10. holding

34 7 5
                                    

Pelukan hangat, kasih sayang, dan perhatian memiliki makna yang sama
.
.
.
.
.
.
.
.

Hujan deras mengguyur jalanan sepanjang kota, air tergenang dimana-mana. Langit tampak sangat gelap sekarang, hanya suara jarum jam di pergelangan tangan nya yang mengisi kesunyian malam..

Hanya dia seorang, berjalan tanpa arah dengan keadaan yang kacau berat. Ia kehilangan kontrol tubuhnya, kesehatan nya juga terus menurun. Sinar lampu yang menyilaukan dari beberapa mobil yang lewat menjadi satu-satunya hiburan kecil yang ia terima.

Mengingat kenangan manis bersama mendiang istri dan putra kecilnya, tubuhnya meringkuk berusaha menghalau dingin nya angin malam. Hanya dibalut sebuah jaket kulit usang, air matanya tiba-tiba jatuh. Lelaki ini terlelap di sebuah tempat duduk umum.

Entah apa yang ia ingin lakukan di sisa waktu hidupnya.. Keputusasaan, depresi, dan penyesalan melanda hatinya setiap hari. Pikiran nya seolah tak lepas dari apa yang ia perbuat. Lilitan hutang dan masalah-masalah itu terus menghantui dan memperkacau hidupnya.

Tapi sayang.. Dia lebih memilih kabur sesaat, tenggelam dalam fantasi buruknya dengan barang yang hanya memberi kesenangan tidak nyata. Meninggalkan putra kecilnya itu sendirian adalah penyesalan terberat yang masih ia topang sekarang..

"Ayah.. Ayah!"

"Yah, bangun"

"Disini dingin, ayo pulang.."

Ayahnya masih belum sadar, Everest membangunkan tubuh lelaki itu dan terus berjalan menopang dengan payung hitam di tangan kiri nya. Ayah Everest bukanlah benar-benar seorang tunawisma, disampingnya masih ada seorang putra, yang peduli, tulus dan mau merawatanya. Menghabiskan waktu bersama, tentu dengan sebuah kebahagiaan.

Tapi wataknya yang keras, membuat ia terpontang-panting dijalan. Dimanapun tempatnya, walau tak layak iapun rela. Dirinya tidak ingin lagi menjadi beban untuk anaknya itu..

⚪⚪⚪

"Paman, tolong jaga Ayah ya"

"Tolong jangan sampai dia pergi pergi gajelas lagi.."

"Everest, capek.." ia menunduk sesaat, terlihat pada Paman Kim rambut basahnya karena percikan air hujan yang mengalir dari payung tadi.

Mengeluh... Hal yang baru bagi anak ini, walaupun ia merasa tak nyaman, biasanya hal-hal seperti itu jarang ia ungkapkan.. Apalagi pada orang lain.

Mungkin Everest butuh tempat berteduh, ia belum sanggup menelan semua itu sendiri. Memang siapa sosok keluarga yang bisa diajak berbicara dan berbagi cerita padanya? Dalam usia yang masih labil seperti ini? Cuma Paman Kim, orang asing yang setia merangkul dan mendengar Everest.

⚪⚪⚪

Pagi ini, Juan, Alva, juga Dion terpaksa mengadakan rapat dadakan untuk melanjutkan pembahasan mereka beberapa hari yang lalu. Sebagai sebuah partner organisasi mereka sudah sering berunding untuk menyelesaikan masalah-masalah seperti ini. Solidaritas mereka yang cukup tinggi, dan dedikasinya memang sangat diapresiasi para guru.

Ya, tahun depan mereka naik tingkat. Itu artinya calon-calon pengurus baru akan segera dibuka. Juan yang sudah menjabat satu setengah tahun lamanya semakin dibuat sibuk. Ia tidak bisa lagi bermalas-malasan, tidur dikelas, apalagi membolos.

"Kita bisa amatin beberapa anak yang aktif berpartisipasi di sekolah ini" tangan nya mencoret-coret papan, melingkarinya dan menulis poin-poin penting.

"Semangat dan keteguhan niat mereka untuk bergabung bareng juga ga kalah penting"

"Kita harus cari calon penerus yang benar-benar layak untuk dipilih" tukas Juan. Dia tampak pintar, kharisma nya memancar luas. Di hadapan nya duduk beberapa anggota lain juga, lengkap dengan almameter mereka.

Rundingan ini berjalan cukup lama, hingga akhirnya mereka selesai tepat di pergantian jam mata pelajaran berikutnya. Semua berjalan bubar, pergi ke kelas masing-masing.

Juan dan Dion naik tangga, kelas mereka diatas. Sementara Alva belok kanan, mereka berpisah disana.

"Evelyn? Ngapain diluar gini?" langkah kaki Alva terhenti sesaat.

Evelyn tidak menjawab, ia masih sibuk sendiri duduk diluar.

Alva mengerinyit sebentar "Lagi ngobrol sama ikan?"

"Buta lo? Gue lagi mencatat"

"Men-ca-tat"

Pria itu tertawa pelan "Catet apaansi?"

"Guru sains halangan hari ini, cuma dikasih materi, sama laporan tugas"

"Yaudah masuk, kan bisa catet didalem? Langit mendung"

"Gak, ah"

"Nanti hujan-"

Bresss

Ucapan Alva dipotong kenyataan yang hadir, ia reflek membuka almameternya. Menarik Evelyn masuk, posisi mereka berdekatan sekarang.

Berjalan menerjang hujan yang seakan semakin deras "Kejadian beneran kan, hujannnnn" ucap gadis itu dalam kegelapan, ia hanya samar-samar melihat jalan karena sebagian rambut dan kepalanya tertutup almameter besar milik Alva.

"Makanya kalo ngomong pikir dulu dong" tukas Evelyn.

Alva terus berjalan hingga akhirnya mereka sampai juga di depan kelas. Ia membuka almameter nya dari kepala gadis itu, memerasnya kuat bertujan mengurangi kadar air. Tapi Itu tidak sepenuhnya bekerja, almet Alva tentu saja masih basah.

Perlakuan mereka membawa perhatian beberapa anak kelas, hingga yang lain nya nyeletuk "Cuit cuitttt"

Annette yang masih duduk di mejanya, dibuat penasaran dengan keadaan diluar. Ia melihat beberapa teman kelasnya hebih memperhatikan kearah luar jendela.

Ia berdiri dan berusaha mengintip dari jauh. Tidak ada apa-apa? Itu hanya air hujan yang mengalir deras. Eh, tapi- "Kiw kiwwww" ia berjalan keluar menyadari sesuatu.

"Pacal balu nih" ia mendorong pelan bahu Alva. Tatapan lucunya mengarah ke Evelyn, gadis polos itu tidak menyadari kaeena masih membersihkan kacamatanya dari percikan air hujan.

"Yailah.. Iri aja yang abis makan gelato bareng"

Mata Annette terbelalak, ia dibuat kaget dengan ucapan Alva barusan. Berbagai umpatan sudah memenuhi otaknya, dalam hati ingin sekali melontarkan itu semua keluar. "Kalo sepi udah gue tonjok lo, Va"

"WAITTTTT" Evelyn masih kebingungan.

"IRI AJA?? GILA LOOOO!!"

Annette dan Alva saling menatap sesaat. Mereka kaget dan menutup mulutnya masing-masing. Dalam hati sudah terkira, gosip baru pasti melanda.

⚪⚪⚪

#To be Continued

ahahaha halo, lama bat ya aku ga up chapter baru (゚ο゚人)

sekalinya up pendek-pendek, tapi daripada ga sama sekali kannn. karena aku kangen sama eresttttt🙊🙊

everest kepanjangan, rest kependekan, jadi erest ajaa🙏🏻🙏🏻

Youna belum ada kabar sih.. tunggu next chapt y AWOWOWK

sekian deh, paipai 👋🏻

luvv -cheeseylis

20/February/2022

Untuk, EverestWhere stories live. Discover now