17. gone

16 1 0
                                    

Sisi yang lain telah pergi, menciptakan sisi baru yang tak dikenali
.
.
.
.
.
.
.
.

Drttt Drttt

"Halo?"

"Everest, cepat pulang"

"Paman kasih alamatnya, bergegaslah kesini sekarang..."

Everest menaiki tangga, masuk ke dalam kelas dan merapihkan seluruh buku-bukunya. Ia memasukkan nya dengan terburu-buru. Setelah selesai lelaki itu kembali berjalan keluar, sedikit berlari Everest akhirnya sempat tercegat sesaat karena ia bertemu seseorang "Langsung balik Rest?" sapa Dion.

Lelaki itu mengangguk saja, memiringkan wajahnya. Melanjutkan langkah kakinya, Everest bertemu beberapa teman kelasnya yang lain baru sampai di ujung tangga melakukan hal yang sama, hendak merapihkan tas untuk pulang kerumah.

Ia memakai helm nya melajukan motor dengan kecepatan penuh. Itu berbahaya, ia sempat diteriaki beberapa pejalan kaki karena motornya yang terlihat ugal-ugalan. Everest tidak perduli, wajahnya tampak cemas dan pikiran nya kacau.

Lelaki itu mendapatkan telpon dari Paman Kim beberapa menit yang lalu, Ayah dilarikan ke Rumah Sakit. Tadi pagi katanya Ayah merasa sesak, ia kesuliatan bernapas dan akhirnya pingsan.

Angin sore semakin berhembus kencang, Everest membelokkan motornya kearah kiri dan langsung memarkirkan nya. Ia berjalan memasuki lobby rumah sakit menuju meja resepsionis dan bertemu Kim disana yang menunggunya. Everest segera menghujani lelaki itu berbagai pertanyaan. Tetapi Paman Kim langsung mengalihkan segala ucapan Everest dan menarik lengan nya masuk menuju kamar Nomor 152.

Everest perlahan membuka pintunya, terlihat Ayah yang masi terpejam. Disampingnya terdapat alat oksigen, Ayah membutukan itu karena ia masih merasa sesak. "Tidak apa-apa, Ayahmu sedang tidur sekarang"

Everest menoleh kearah Paman Kim, memeluknya erat. Kim membalas pelukan nya, ia menepuk lembut punggung anak itu.

Hingga seorang dokter masuk kedalam reflek membuat kedua lelaki itu menoleh kebelakang. Dokter tersebut mengajak Everest dan Kim untuk memberitahu mereka mengenai kondisi Ayah. Mereka menuju sebuah ruangan dan duduk disana.

Dokter menjelaskan bahwa kondisi liver Ayah sangat buruk. Ia terkena penyakit hati disebabkan konsumsi alkohol berlebihan dalam jangka panjang. "Itu menyebabkan mual, mudah lelah dan akhirnya kesulitan bernapas"

"Kalau kebiasaan itu tidak bisa dihentikan.. Akibatnya akan buruk" sambung dokter.

Everest kembali masuk ke kamar Ayah, ia terduduk disana. Memperhatikan wajah Ayahnya, Everest sesekali mengecek ponsel dan menunggu disana sampai Ayah tersadar. Tetapi tak sengaja lelaki itu akhirnya tertidur, matanya terpejam dipangkuan Ayahnya.

Beberapa waktu berlalu.. Mata Everest mengerjap, ia disilaukan cahaya putih yang memasuki indra penglihatan nya, menganggunya yang sedang terlelap. Everest melihat Kim yang sedang membawa makanan Rumah Sakit, memberikan nya pada Ayah yang ternyata sudah tersadar.

Everest seaakan dibuat lega, ia melihat Ayahnya sudah bisa makan dengan lahap. "Ayah, gapapa?"

Pria paruh baya itu menoleh kearah anaknya, menatapnya sebentar. Everest mengangguk kecil, tersenyum. Tetapi ternyata respon lain datang dengan tak terduga, Ayah malah tampak seperti orang linglung, tidak mengingat apapun. "Ayah?"

"Ayah? Ini Everest"

Pria paruh baya itu tidak menghiraukan ucapan anaknya, ia lanjut menyuap sesendok nasi. "Ayah?..."

Kim menepuk punggung anak itu pelan, menggeleng dan tersenyum tipis. "Ayah mengalami Dimensia, kehilangan ingatan untuk beberapa saat"

"Itu juga disebabkan akibat kecanduan alkohol nya"

"Ini pasti berat.. Tetapi Paman yakin kamu bisa melewatinya"

Everest terdiam saja, ini bukan sosok Ayah yang dulu ia kenal. Walaupun hubungan mereka sempat mendingin, dan saling acuh beberapa waktu, tapi Everest rasa yang kali ini  benar-benar berbeda. Ayah seolah melupakan putranya sendiri.

Lelaki itu menunduk sesaat, kemudian kembali mengangkat kepalanya "Kapan Ayah bisa pulang?"

"Tagihan Rumah Sakit pasti besar.."

"Kata dokter, kalau kondisi badan nya membaik walaupun ia masih kehilangan ingatan.."

"Malam ini sudah bisa pulang" respon Kim.

⚪⚪⚪

Di terjangan angin malam, Everest keluar dari lobby ia memasukkan ponselnya dalam kantung celana. Lelaki itu berjalan kedepan memberhentikan sebuah taxi yang sedang melaju mencari penumpang. Ia membuka pintu taxinya, mengantarkan Kim dan Ayahnya pulang. "3.000 Won ya"

"Ini Ahjussi"

"Hati-hati ya"

Sopir taxi itu tersenyum, kemudian menancapkan gas nya dan kendaraan itu melaju cepat di kesibukan jalanan malam Kota Seoul. Everest berjalan kearah parkiran rumah sakit, ia mengeluarkan kunci motornya. Kemudian melanjutkan perjalanan nya kerumah, menyusul Kim dan Ayah.

⚪⚪⚪

Malam tiba, Everest berbaring di ranjang kamarnya. Ia terbebani banyak hal, uang untuk menebus obat Ayah tidaklah sedikit. Apalagi masalah hutang yang terus melilitnya beberapa tahun terakhir, anak itu harus terus bekerja keras agar bisa menyelesaikan seluruh masalahnya. Entah sampai kapan..

Ia menatap kearah jendela, bintang-bintang di langit sana terlihat sangat indah. Menemani bulan purnama yang bersinar dengan sempurna, sendirian. Seperti dirinya, bulan itu menopang cahaya besar, menyinari langit malam.

Ia masih sibuk menatap kearah langit, hingga ponselnya beberapa kali bergetar membuat lamunan Everest pecah. Lelaki itu mengecek ponselnya "Pesan dari Annette?" batin nya heran.

Ia membuka aplikasi chat, terdapat dua notifikasi dari gadis itu. Everest membaca pesan nya, tanpa pikir panjang ia langsung menelpon Annette. Ia tidak ingin bicara lewat pesan, itu tidak jantan.

Malam-malam? Menelpon gadis? Kalau ketahuan Paman Everest pasti kena omel. Ah memang kenapa? Aku kan tidak tinggal dengan Paman.

Drrtt Drt

Ponsel mereka akhirnya tersambung, mereka berbicara berdua lewat sambungan telpon.

"Ada apa besok?" tanya Everest langsung ke topiknya.

"Gimana ya? Bingung sih sebenarnya harus mulai darimana"

"Kenapa?"

"Kamu punya waktu luang besok?"

Everest terdiam sesaat, matanya menatap kearah langit-langit kamar. Pesanan kayunya sudah selesai kemarin, mungkin ia hanya akan bertugas menjaga toko beberapa waktu saja "Sepertinya aku senggang besok"

Annette berdeham, ia menjelaskan keinginan nya besok untuk membuat kue bersama. "Aku tahu besok Ayahmu ulang tahun"

"Iya kan?" tanya nya diujung sana.

Everest kaget, ia bangun dari tidurnya. Langsung terduduk semangat "Loh? Tau darimana?"

"Kemarin aku nemenin Evelyn dan Jia ke ruang arsip sekolah untuk mengumpulkan data siswa, sekalian aja aku liat punya kamu"

"Kan gaada yang tau, bisa aja ternyata seorang Everest keturunan vampir atau semacam nya seperti di film"

"Menyamar menjadi siswa tampan sekolah eh ternyata lahir di abad 300 Masehi"

Everest tertawa lepas tak mengerti, sepertinya anak ini berusaha melawak tetapi dia tidak bakat. Bakatnya hanya membuat orang lain terpesona, tenggelam dalam perasaan yang aneh. Tapi aku akui, topiknya tidak membosankan.

"Yasudah ya" ucap gadis itu, menutup topik.

"Have a nice dream, Anne"

"Sampai ketemu besok"

⚪⚪⚪

#To be Continued

luvv -cheeseylis

Untuk, EverestWhere stories live. Discover now