06. feeling

49 7 6
                                    

Kumohon jangan mendekat, atau kau akan jatuh semakin dalam
.
.
.
.
.
.
.
.

Annette berjalan sendirian menuju koridor lantai empat. Ia harus pergi ke ruang Lab untuk mengambil laporan hasil praktek minggu lalu. Sebenarnya bangunan lantai empat itu belum sepenuhnya jadi, masih banyak ruangan kosong dan pinggiran dinding yang rawan bagi para siswa sekolah.

"Permisi, bu" dia memasuki ruangan itu, ada guru pengawas disana. Annette menjelaskan tujuan datangnya ia kemari.

Hingga akhirnya Annette mendapatkan laporan nya, lega hati ia merasa bisa segera kembali ke dalam Kelas. Hingga tak disangka, Annette dipertemukan kembali dengan orang yang hendak menamparnya dulu..

Youna berjalan menatap Annette serius. Tatapan nya mengintimidasi dari atas hingga bawah. Annette berusaha tersenyum saja karena ingin menghindari hal yang tidak penting

Tatapan nya malah terlihat semakin berapi-api. Tapi tak lama Youna akhirnya menggeleng, ia seolah ingin menyelesaikan ini semua. Youna mencegat Annette yang ingin berlajan pergi "Annette, gue mau minta-"

Annette mengriyit bingung, ia berusaha mencerna ucapan orang dihadapan nya. Youna terus mendekati Annette dengan tatapan sedih, sepertinya dia memang menyesal kali ini..

Tapi jarak tubunya dengan Youna semakin dekat, reflek Annette memundurkan langkahnya. Hingga tanpa ia sadari dirinya sudah berada di ujung dinding yang pecah.

Ekspresi Youna seketika berubah, tatapan sedihnya menjadi senyum jahat "Lo pikir gue mau minta maaf?"

"Dasar adik kelas gatau diri!"

Tangan Youna merampas kertas laporan yang dipegang Annette dan menjatuhkan nya. Ia mengambil sehelai rambut anak itu, memainkan nya seolah-olah ingin membuat Annette takut.

"Annette, lo udah terpojok! Mau gue dorong kapan biar ini semua selesai? Haha"

Tapi Youna tak mendapatkan respon seperti yang ia harapkan, Annette malah tersenyum santai "Ternyata gue salah sangka ya? Ular akan tetap menjadi Ular"

"APA?!" tangan Youna hampir saja mendorong pundak Annette, tapi itu tak semudah yang ia bayangkan.

Annette menangkis dorongan Youna dan berbicara "Ka Youna yakin, mau dorong aku? Coba liat belakang dulu"

Wajah paniknya tak terelak. Saat Youna menghadap belakang, kesempatan itu Annette pakai untuk mengembalikan posisi aman nya.

Tepat sekali, dibelakang mereka tak jauh beberapa meter dari ruang Lab ada Evelyn dengan kameranya, juga beberapa siswa yang menyaksikan kejadian tersebut. Ia merekam seluruh bukti kejadian, dan dengan mudah Youna bisa terpojok.

"Maaf ya, masalah pribadi kaya gini jadi dilihat banyak orang deh"

Youna merasa terintimidasi, perasaan malu nya sudah terukir dengan jelas dalam wajah itu. Tapi tidak dengan rasa bersalah!

"Apa? Sudah sepatutnya ini ketauan bukan? Percobaan pembunuhan loh, bisa masuk penjara" Annette hanya merespon lucu.

Tangan Evelyn bergetar, ia tidak kuat melihat semua ini. Kenapa Annette yang mengalami nya sendiri bahkan tidak merasakan apa-apa?!

"Sekali lagi.. Aku benar-benar minta maaf kalau mungkin pernah membuat Ka Youna kesal"

"Tapi-" Annette mengambil kamera Evelyn "Yang ini tidak bisa. Kau berani berbuat harus berani bertanggungjawab"

Semua siswa yang menyaksikan terbungkam, mereka hanya bisa memberikan tepuk tangan. Annette dan Youna benar-benar jadi trending topic Sekolah hari ini.

Suasana yang riuh memicu perhatian Juan dan Everest, mereka akhirnya datang ke atas melerai kerumunan. Membawa bukti ke ruang Guru, ingin menyelesaikan semuanya.

⚪⚪⚪

"Youna, Kamu di Drop Out 5 hari!"

Youna menggigit bibirnya, wajahnya cemas. Tidak dapat dipungkiri ia memang takut sekarang "Kamu tidak bisa ikut Test dan pembelajaran selama hari yang sudah ditentukan, paham?"

"Annette.. Saya harap kamu tidak akan meluaskan masalah ini, ya" para guru menatap Annette dengan wajah memelas.

"Semoga urusan kalian bisa selesai dengan damai"

Mau apa? Bagaimanapun tidak ada pihak sekolah yang ingin reputasinya turun. Tapi setidaknya, orang yang bersalah sudah mendapat hukuman.

Annette menunduk, memberi pertanda bahwa ia akan segera meninggalkan ruangan. Juan hendak menghampiri Annette yang berjalan pergi.

Tapi belum sempat ia bertindak, Everest memotong dengan menggenggam tangan Annette "Hari ini, gue yang anter lo pulang"

Kata-kata itu membuat Juan mundur. Niat awalnya memang sama dengan Everest, mengantar Annette pulang. Tak lain juga untuk memberi perhatian dan bertanya kronologis kejadian seutuhnya.

Tapi sudah keduluan, mau bagaimana?

⚪⚪⚪

"Hah? Nganterin pulang?"

"Lo kan gatau rumah gue dimana!" tangan nya yang masih digenggam membuatnya harus berjalan dibelakang Everest.

Genggaman itu memang tidak kasar, tapi cukup kuat "Tinggal kasih tau gausah ribet"

"Yaudah lepas" ia melepaskan tangannya paksa "Lo mau bawa gue kemana? Tas gue masih dikelas bodoh!"

Everest tidak sadar bahwa kelas Annette kelewatan, ia tertawa saja. Kalau anak itu tidak melepaskan genggaman nya paksa, mungkin Annette akan pulang dengan meninggalkan seluruh buku-buku nya.

Annette menggendong ransel coklatnya, berjalan keluar kelas dan berdiri di hadapan Everest. Suasana mendadak jadi senyap, entahlah ini terasa cukup aneh "Yaudah, ayo"

"Masa harus gue tarik lagi" Everest menatap nya lucu.

Akhirnya mereka berdua berjalan menuju parkiran. Tak jauh dari sana, terlihat banyak siswa yang mengantri untuk menunggu Bus datang, seperti biasa.

Everest menancap gas motornya, keluar dari Gedung sekolah. Tanpa sadar, ada sepasang mata yang menatap mereka berdua tajam dari kaca mobil hitam nya.

Juan masih diselimuti api cemburu.

⚪⚪⚪

#To be Continued

wadoh, next ga yaaa?

luvv -cheeseylis

28/December/2021

Untuk, EverestWhere stories live. Discover now