Yang Tidak Ditemui di Sekolah

5.7K 424 6
                                    

Jeno tidak dididik untuk bergeming ketika seseorang memasuki ruangan. Ia yakin lima laki-laki di sekitarnya pun demikian.

Di kursi yang terletak di ujung meja, duduk Chenle. Sibuk menekuri hidangan yang ada, memastikan bebek peking yang diminta dimasak dengan tepat dan salad dihiasi dressing seminimal mungkin. Dua orang pelayan berdiri di sebelahnya. Salah satunya adalah sommelier ternama yang beberapa kali juga melayani keluarga Jeno. Mereka menunggu Chenle memberi aba-aba, untuk siap menghidangkan wine. Rambutnya berwarna oranye menyala dan dibiarkan berantakan, nyaris menutupi kening.

Di sebelah kanan Jeno berdiri Renjun. Satu-satunya orang yang tampak begitu tampan dengan potongan rambut mullet itu baru saja bangkit dari kursi, bertelepon dengan suara rendah dalam bahasa Kanton yang fasih tentang beberapa hal yang perlu diselesaikan di pelabuhan. Tampaknya ia tengah berbicara dengan paman termudanya.

Sedang sibuk memainkan gawai gim terbaru, adalah Jisung yang duduk di hadapan Jeno. Seperti biasa, anak itu tak mempedulikan siapapun di sekitarnya meski pelayan di sebelahnya jelas-jelas menatap tak setuju kancing jas yang masih terkait sempurna di depan perut Jisung. Baru kali ini Jeno melihatnya mengenakan tuxedo bermodel Victorian dengan dalaman putih. Bahkan saat ulang tahun nenek Jisung di Highville tiap tahun, Jisung hanya akan mengenakan kemeja, bahkan jins ketika ia bisa lolos dari inspeksi Laura, penjaganya.

Sementara yang baru saja kembali dari toilet adalah Haechan. Seperti biasa, kehadirannya selalu ditandai dengan suara berisik dari mulutnya yang sibuk mengomentari apa saja. Kali ini, ia terpaku pada lilin-lilin di tengah meja dan sibuk mencoba bernegosiasi dengan Chenle agar lilin-lilin itu disingkirkan saja. Rambutnya sudah kembali hitam legam setelah kemarin sempat muncul dengan blonde yang mengejutkan. Kulitnya tampak tan, hasil kegemarannya surfing di pantai-pantai tropis hampir sepanjang musim panas.

"Tidak ada lalat, kenapa juga ada lilin-lilin sialan ini." Remark yang menyenangkan dari Haechan, seperti biasa.

"Ini untuk estetika. Kancingkan dulu ujung kemejamu sebelum terkena saus," Chenle menjawab.

Jeno kenal baik dengan mereka semua karena selain mereka satu sekolah dengan selisih usia satu sampai dua tahun, orang tua mereka juga saling kenal baik. Tak akan ada yang terkejut melihat Mama Jeno pergi berbelanja dengan Mama Chenle dan Jisung, atau Papa Haechan yang mem-book cruise trip untuk Papa Renjun dan Papa Chenle. Mereka sudah kenal dan hampir selalu satu sekolah: selain Chenle yang sejak lahir sampai lulus sekolah dasar di Tiongkok dan Renjun yang homeschool sampai dua tahun lalu.

Jadi seharusnya memang tak ada yang aneh dari jamuan makan siang ini kecuali fakta bahwa orang tua mereka mempersiapkan ini dengan sangat serius sebab mereka menilai sudah waktunya anak-anak mereka belajar berbisnis dan menjalin relasi. Dalam hal ini, mereka bisa saling menguntungkan. Tak ada yang mau dengar tentang bagaimana sebenarnya kelima anak itu di sekolah tak terlalu dekat. Jeno lebih disibukkan dengan ekstrakulikuler seperti olahraga dan perwakilan siswa, Renjun adalah ketua OSIS yang dinilai cerdas dan dapat diandalkan, Chenle lebih senang bermain musik sebagai pengisi waktu senggang, Jisung sangat meminati teknologi dan tergabung dalam kelompok robotika sampai komputer jaringan, sementara Haechan anggota paduan suara dan tari sekolah mereka yang hampir selalu bersama serombongan orang yang senang dengan kelucuannya.

Satu lagi yang sampai sekarang belum datang dan akan mengisi bangku di ujung lain yang berseberangan dengan Chenle. Waktu pertemuan mereka tinggal lima menit lagi dan Jeno tak sabar ingin melepaskan blazer hitamnya. Alangkah menyedihkan ia harus tinggal di dalam hall pertemuan keluarga Zhong yang demikian mencekik tatkala ia bisa bermain sepak bola sambil bertelanjang dada di lapangan.

Diamond Cut Diamond | NOMINWhere stories live. Discover now