Walking on Thin Ice

882 143 6
                                    

Taeyong menatapi hujan yang turun dengan deras. Komputer di mejanya masih menyala, menampilkan data yang sudah dipelajarinya sejak semalam.

Mata Taeyong terasa pedas. Ia sebenarnya tak harus melakukan ini. Ia bisa membayar siapa saja untuk merangkum data itu agar lebih mudah dibaca, tetapi ia tak mau mengambil resiko. Terdengar bunyi konstan dari interkom.

"Tuan? Tuan Jaehyun datang."

"Suruh dia masuk," jawab Taeyong. Ia meminum segelas air putih sampai tandas sebelum menyambut Jaehyun.

"Lee Taeyong, you look like a mess," ujar Jaehyun ketika memasuki kamar Taeyong. Taeyong mengenakan kaus dan celana panjang putih yang dilapisi jubah tidur berwarna hitam. Rambutnya acak-acakan sementara wajahnya tampak kusut.

A hot mess, batin Jaehyun, berpaling ke rak buku untuk menyembunyikan rona merah di wajahnya.

"And you look nice. Ada janji?" sahut Taeyong mengamati Jaehyun yang hari ini mengenakan jin belel berwarna hitam yang dipadukan kemeja biru laut.

"Ah, begitukah kelihatannya?" Jaehyun tampak salah tingkah. Bagaimana bisa ia mengatakan kalau ia sengaja berpakaian rapi hanya untuk bertemu Lee Taeyong di hari Minggu?

"Jaehyun, kemarilah sebentar," Taeyong melambai dari tempat duduknya. Jaehyun pun mendekat. Ia membungkuk di samping Taeyong untuk melihat apa yang dihadapi anak itu semalaman.

"Is this..."

"Ya. Data yang kucuri dari ruang pelanggaran. Menarik, bukan? Nah, aku sudah menyusunnya menjadi tiga halaman. Kamu bisa membacanya selama aku mandi. Geez, aku pasti menjijikkan," gumam Taeyong sambil berdiri, menyerahkan kursinya kepada Jaehyun dan berlalu ke kamar mandi.

Jaehyun menurut. Ia membaca dengan cermat apa yang sudah disusun Taeyong. Oh my God... is this true? Ia mengklik folder yang terbuka untuk memastikan apa yang ditulis Taeyong benar.

"Mengejutkan, kan?" tiba-tiba Taeyong sudah muncul. Ia baru saja mandi dan berganti pakaian.

Jaehyun hanya mengangguk tanpa suara, masih fokus mencermati data. Pelayan datang, membawa senampan berisi sarapan dan meletakkannya di meja sebelum keluar. Taeyong pun duduk di sofa. Kali ini membuka tirai sehingga pemandangan hujan deras bisa ia nikmati sepenuhnya.

"Taeyong, kalau data itu benar–"

"Ya, akan ada perubahan, Jaehyun. Aku harap kamu siap."

"Aku?" Jaehyun bahkan tak memikirkan dirinya. "Jung Yunho yang akan berurusan dengan itu. Apakah kamu siap, Taeyong?"

Taeyong menghirup kopinya perlahan. Flat white favoritnya kini tak seenak biasanya, apalagi ketika Jaehyun menuntut jawaban.

"Pamanku menelepon semalam," Taeyong memulai cerita. Jaehyun pun duduk di sampingnya untuk mendengarkan. "Dia memintaku belajar dari Na Jaemin. Dia memintaku memperlakukan anak itu dengan baik. Pamanku sudah tahu lebih dulu tentang posisi Jaemin."

"No shit," Jaehyun tak bisa menahan diri. "Yunho-hyung juga mengatakan hal yang sama padaku."

"Dari data yang bisa kuambil, kekayaan keluarga Ne terbilang mengerikan. Aku belum pernah melihat nilai sefantastis itu, Jaehyun. Yang kukhawatirkan adalah, tidak semua orang tahu ini. Bahkan Jaemin."

"Bagaimana dia bisa tahu? Dia berkeliaran dengan sepasukan tukang pukul."

"Dan melakukan tugasnya dengan baik. Akuilah, Jaehyun, dia terkenal bukan hanya karena menghajar orang, tetapi menyingkirkan sebagian besar masalah keluarga Na. Ingat tempo hari kita menyelamatkannya dari Kwek Hall? Aku tebak sepupu-sepupunya yang bodoh juga tak tahu ini."

Diamond Cut Diamond | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang