Save Me

1.3K 195 4
                                    

Kali ini Mark dan Lucas benar-benar panik.

Mereka bahkan berdiri di luar kelas kimia sebelum bel berdering, menunggu Taeil dan Taeyong keluar. Beberapa menit kemudian, dua orang yang ditunggu itu keluar. Mark tak mempedulikan Ten dan Yuta yang menyapa mereka riang.

"Taeil, tolong katakan dia mengangkat teleponmu," Mark langsung menahan Taeil.

Taeil menggeleng, wajahnya juga keruh. "Aku yakin dia sempat online tadi malam. Tapi sekilas dan menghilang."

"Taeil-hyung!" Lucas sudah meraung. Tubuhnya yang tinggi besar tampak limbung memegang lengan Taeil. Ia khawatir setengah mati dengan Jaemin.

"Calm down, Lucas. I'll find a way," Taeyong mengeluarkan ponselnya, kali ini bertelepon dengan entah siapa. Ten dan Yuta yang hendak ke kantin pun terdiam di situ, berusaha mengakses situasi melihat Mark dan Lucas tampak panik.

"Renjun?" tanya Taeil.

Mark menggeleng. "Dia juga tidak tahu."

"Should we tell his parent?" tanya Lucas cemas.

"No!" Mark dan Taeil memekik. Mereka saling pandang sejenak, tahu bahwa ayah Jaemin adalah salah satu orang paling tegas yang pernah mereka temui. Mereka tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi.

"Tapi Jaemin menghilang! Dua hari!" rengek Lucas.

Yuta dan Ten saling pandang mendengarnya, perlahan semuanya menjadi jelas.

"Tidak bisa dihubungi?" Yuta bertanya.

Mark dan Lucas mengangguk. "Tersambung. Pesan terkirim. Tapi tidak ada respon sama sekali."

"WHAT?!" kali ini Ten berseru.

"Kenapa, Ten?" tanya Taeil.

Ten menggeleng pelan. "That's not a good signal, you know? Dia tidak sedang marah, tetapi seolah mendiamkan kalian."

"Ten, help us!" pinta Mark.

Ucapan Ten tentu tidak bisa dianggap sepele. Keluarganya menjalankan bisnis pengamanan tingkat atas. Mereka biasa bekerja untuk artis, pangeran, hingga presiden. Menjalankan protol keamanan tingkat dunia bukan lagi hal baru baginya. Itu sebabnya Ten bisa membobol brankas sekolah mereka dengan sekali percobaan.

"Should I?" Ten tahu situasinya gawat, tapi ia tak berani bertindak tanpa izin...

"Ten, I need your help," Taeyong selesai bertelepon. Ia berbalik dan memegang bahu Ten. Menghela napas lega karena izin sudah diberikan, Ten mengangguk cepat, kali ini mengeluarkan ponselnya.




~




"Urgent." Jeno berbisik ke telinga Jisung.

Jisung langsung menegakkan badannya, berbalik. Dilihatnya Jeno masih berseragam lengkap, tak seperti mengenakan jersey seperti biasanya.

"Kita tidak latihan?"

"Na Jaemin menghilang. Aku harus bantu Mark dan Lucas mencarinya. Aku memberitahumu supaya kamu bisa mengatakannya pada pelatih..." Jeno menutup lokernya dan bersiap pergi.

Diamond Cut Diamond | NOMINWhere stories live. Discover now