The Gala

1.8K 234 8
                                    

"Aigo, here you are."

Mrs. Na Young Chien, nenek Jaemin, melangkah masuk ke kamar. Jaemin sedang duduk di kursi sementara rambutnya ditata, kukunya dirapikan, dan sepatunya dipasang. Semua oleh pelayan. Keluarga mereka menyewa Kwek Hall untuk acara ulang tahun Nenek Jaemin dan di sanalah Jaemin tinggal sejak kemarin. Ia menempati kamar yang disinyalir kesayangan Putri Marivana setiap kali tinggal di negara mereka.

"Nenek!" Jaemin tersenyum. Semua pelayan melepaskan tangannya dari tubuh Jaemin sementara anak itu menghambur memeluk neneknya.

"You look handsome," puji neneknya.

"I miss you so much! Stop travelling over the world."

"Kalau nenekmu ini tidak pergi, siapa yang akan mengurus perusahaan-perusahaan itu? Kakekmu meninggalkanku dengan tumpukan pabrik yang harus diawasi. Bahkan tiga anak tidak cukup untuk membuat semuanya berjalan normal," seperti biasa, Nenek merepet panjang.

Jaemin tersenyum. "Kelak, aku akan membantumu, Nek."

Mrs. Na Young Chien sama sekali tak tampak seperti perempuan berusia 70 tahun. Orang-orang sering mengira ia masih di awal 50, hanya saja dengan gerak yang tidak selincah dulu. Tubuhnya yang mungil dan rambutnya yang sempurna memutih tak pernah berubah sejak Jaemin kecil.

Nenek Jaemin mengacungkan tangan untuk pelayan setianya. Dalam sekejap, semua orang keluar ruangan, menyisakan Jaemin dan Neneknya duduk di atas tempat tidur.

"Jaemin, ayahmu sudah memintamu turun serta?"

Senyum Jaemin perlahan memudar, tapi ia tetap menatap Neneknya lembut. "Benar, Nek. Aku belajar."

"Bagus, bagus," Nenek Jaemin menggenggam tangan Jaemin erat. Jaemin bisa merasakan kerutan sekaligus kasih sayang di sana.

"Kamu memang bukan cucu pertama, Jaemin. Tapi aku berencana menyerahkan semuanya padamu. Ayahmu memintamu membantu karena aku sudah mendesaknya selama dua tahun ini."

"Nenek! Berhenti bicara begitu."

"Aiyoh! Aku sudah tua. Firasatku mengatakan aku tidak bisa mempercayakan semuanya pada sepupu-sepupumu. Orang bilang aku hanya terlalu sayang pada ayahmu. Tidak. Aku memperlakukan semuanya sama, tapi kamu istimewa."

Jaemin tahu Neneknya selalu berbicara dengan kekhasan orang tua; membandingkan satu sama lain dan membicarakan mereka seolah mereka bibit yang bisa dipilah.

"Aku tidak ingin kamu terganggu dengan urusan remeh seperti sekolah, apalagi kekasih. Orang akan histeris mengetahui rencanaku padamu. Ck, sesungguhnya aku berharap kamu tidak perlu menikah."

"Nek?" Jaemin menaikkan alisnya.

"Hal itu hanya akan mengganggumu, Nak. Percayalah padaku. Mungkin untuk sekarang. Gadis-gadis itu hanya akan datang seperti lalat mengerubungimu."

"Untunglah aku tak tertarik dengan gadis, Nek."

Nenek Jaemin menatap mata cucunya lekat-lekat. "Apapun itu, bukan itu yang membuatmu istimewa di mataku, Na Jaemin."

Perlahan Jaemin membungkuk, merebahkan kepalanya ke pangkuan Neneknya. Perempuan yang tegas itu pun luluh, mengelus rambut Jaemin perlahan.

"Kalau tak ada halangan, aku akan mengumumkannya sore ini. Bersiaplah."

"Sore ini?"

Diamond Cut Diamond | NOMINWhere stories live. Discover now