The Beast

1K 153 8
                                    

Setelah latihan sepak bola mereda, Jaemin juga kembali segar. Jeno selalu ada di sampingnya setiap malam, baik itu memutarkan lagu-lagu pengantar tidur atau memeluknya sampai pagi. Jaemin sangat berterima kasih untuk itu. Tetapi tugas-tugasnya tak bisa ditinggal. Ia perlu mengurus kantor orang tuanya setiap dua hari, membuat mereka terpisah selama beberapa jam.

Tapi tak apa. Setelah perpisahan itu, Jeno akan memeluknya erat dan mengatakan betapa ia merindukan Jaemin. Jaemin merasa Jeno menginginkannya dengan cara yang benar; tepat seperti yang ia kehendaki.

Apalagi kini mereka tak perlu lagi bersembunyi di loker atau kamar mandi. Mereka makan siang dengan teman-teman yang lain dan saling tatap mesra di mana saja. Di kelas, keduanya juga duduk berdampingan.

"The couple of the century," sambut Renjun begitu Jaemin dan Jeno duduk di depannya. Mereka sedang melewatkan istirahat sambil tiduran di bawah pohon akasia.

"Shut up," jawab Jaemin dengan wajah memerah.

"Ingat hari pertama mereka berjalan bersama setelah pertandingan sepak bola? Wah, aku kira sedang ada royal wedding atau sesuatu. Semua orang memberikan jalan dan menganga. Mereka tidak percaya Jaemin dan Jeno benar-benar memiliki hubungan istimewa," ungkap Jisung.

"Jangan salahkan mereka, Jisung. Kita sahabatnya dan mereka melakukan kerja yang baik dalam menutupinya," timpal Haechan.

"Tidak juga. Kalian hampir memergoki kami siang itu. Di mobil Jeno. Ingat?" jawab Jaemin.

"Oh, no. What exactly are you doing that time?!" tuntut Haechan.

Jaemin dan Jeno saling lirik sebelum tertawa. "Kami dengan senang hati memperagakannya ulang, tapi ada Jisung dan Chenle di sini."

"I should break your car's window that time, Lee."

Renjun tak percaya Lee Jeno yang dikenalnya tiba-tiba menjadi berubah setelah bersama Jaemin. Jeno yang terbilang dingin dan canggung kini cerah dengan senyum dan seolah tak bisa lepas dari Jaemin. Apakah ini efek Jaemin?

Ponsel Jaemin bergetar di sakunya. Ia melihat nomor ayahnya menelepon dan pergi untuk mengangkatnya.

"Jadi kalian tinggal bareng sekarang?" tanya Haechan.

"Nggaklah. Dia cuma tinggal di tempatku sementara. Kenapa? Kamu kangen kamarku?"

"Sadly, yeah."

"Well, come over."

"Lalu? Menghabiskan waktu melihat kalian berdua bermesraan? Thank you very much," jawab Haechan sambil mengalihkan pandangan.

"Aku dan Jaemin tidak bermesraan sepanjang waktu. Kami juga harus mengerjakan tugas dan–"

"Berpura-pura di depan orang tuamu," potong Renjun.

Namun Jeno tidak tersinggung, ia mengangguk. "Just come. I'll invite Renjun, if he is not busy, Chenle and Jisung. Maybe Jaemin would like to invite Mark, too."

Ucapan terakhir Jeno membuat wajah Haechan memerah. Jeno yang tersenyum penuh rahasia membuatnya menyadari bahwa ia sudah ketahuan. Haechan pun membuang muka. Perlahan ia merebahkan tubuhnya di atas rumput yang empuk dan menghela napas.

Mark Lee... Mark Lee... Mark Lee... Kamu nggak capek berlarian di pikiranku? Ia membatin, sekali lagi membayangkan wajah Mark yang tersenyum padanya di koridor tadi.

Diamond Cut Diamond | NOMINNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ