Tangled

1.5K 218 7
                                    

Jeno memeluk pinggang lelaki yang kini tertidur di sebelahnya itu. Baru tadi malam ia memeluk Jaemin tetapi ia tak bisa lagi menahan diri untuk berjauhan dengan lelaki itu. Kalau dia semenyenangkan ini, mengapa aku menahan diri? Rutuk Jeno dalam hati. Jaemin tak terganggu. Ia masih tertidur tengkurap di kiri Jeno, mengenakan pakaiannya semalam. Di kiri Jaemin, tidur Chenle.

Bibir itu masih sama. Masih bibir yang membuat Jeno gelisah selama lebih dari seminggu belakangan. Warnanya yang merah mudah seolah menantang Jeno untuk mendekat. Tapi setiap kali Jaemin ada di sampingnya, bibirnya yang membeku. Ia ingin menyergap Jaemin tiba-tiba dan menciumnya begitu saja di kelas yang kosong, tetapi ia justru takut dengan imajinasinya sendiri.

"Morning..." ia mendengar gumam pelan dan Jaemin mengangkat kepalanya, kali ini menatap Jeno sambil mengerjapkan mata.

"Morning," jawab Jeno tak kalah pelan. Jaemin begitu tampan bahkan saat bangun tidur.

"Good sleep?" Jaemin dikenal sebagai sosok yang flamboyan bukan tanpa sebab. Seperti kali ini, ia mengusap pipi Jeno dengan jemarinya seolah biasa melakukannya.

Jeno hanya mengangguk, sedikit tak siap dengan sentuhan yang berani itu. Ia bukan tipikal orang yang suka skinship, tetapi mengingat hari masih demikian pagi, ia tak bernafsu mengelak. Apalagi dari Jaemin. Merasakan sentuhan Jaemin di kulitnya membuatnya melayang.

"Last night was–"

"Jaemin! Jeno!"

Jaemin mengerang. "Not now, Lucas!" Namun suaranya yang menggelegar itu membangunkan Chenle.

"Morning already?" anak itu mengucek mata dan meregangkan tubuh.

Jeno menyesal tak mengunci pintu semalam sehingga Chenle bisa masuk dan tidur di samping mereka begitu saja. Kini Lucas yang menerobos masuk, membuat Jeno menarik tangannya yang memeluk Jaemin di balik selimut.

Jaemin berdecak menyadari hal ini, menatap Lucas kesal.

"Man, he killed it!" tak peduli dengan raut kesal Jaemin, Lucas melemparkan tubuhnya yang jangkung ke tempat tidur, menindih Chenle dan Jaemin sekaligus. Lengkingan Chenle kembali terdengar.

"You have to see all the hickeys in his neck... its crazy!" Lucas menunjuk lehernya.

"Siapa?" tanya Jaemin, berusaha menggeser kakinya.

"Winwin."

"And why is it a problem?" tanya Jaemin. Mereka biasa melihat Yuta dan Winwin berciuman di mana saja.

"Just because," jawab Lucas ringan. Ia hanya ingin mengganggu ketenangan pagi di vila Pusaka.

"Wait, you had that too!" seru Lucas, menyadari ketika Jeno sedikit mengangkat rahangnya, mengekspos leher yang juga tampak merah di sana-sini.

"Noooo!" Jaemin langsung bergerak, menutup mata Chenle yang sudah membeliak.

"Jeno! What a man you are! Let me see!" Lucas kali ini meraih tangan Jeno, lupa bahwa ia bahkan tak seakrab itu dengan Jeno. Jeno sendiri langsung menutup wajah dan lehernya dengan bantal.

"Stay away, Lucas!" Jaemin berseru, mulai kesulitan karena Chenle meronta. "Go. Before I kick your ass!"

"Wait. Why are you... OH MY GOD! MARK LEE YOU NEED TO SEE THIS! This is INSANE!" Lucas meraung.

Diamond Cut Diamond | NOMINDonde viven las historias. Descúbrelo ahora