Epilog

1.7K 149 8
                                    

A/N :
Selamat tahun baru ★゚・:,。゚・:,。
Akhirnya sampai epilog sejak fanfic ini dipublish pertama kali dua tahun lalu (*p'д'q)゚。
Happy reading!

-------------------------------------------------

Soundtrack
信じてほしい (Shinji te Hooshii) © Chippoke Ohashi

---------------------------------------------------

Lima tahun kemudian.

"Aku pulang." Hawa hangat khas rumah membuat otot tegang Sasuke melemas rileks. Setelah melepas sepatu dan kaos kakinya, ia memperhatikan sekeliling. Keadaan rumah cukup berantakan, namun masih bisa ditolerir. Karena tidak ada sahutan, Sasuke berjalan masuk lebih ke dalam. "Naru?"

"Di sini!"

Suara cempreng seperti suara gadis remaja itu Sasuke ikuti sumbernya. Naruto berada di kamar mereka, duduk selonjor di atas ranjang. Ia menutup majalah yang dibacanya begitu melihat Sasuke. "Selamat datang," sapanya ceria.

Sasuke mengerutkan hidung saat disadarinya wanita itu mengenakan piyama yang sama dengan yang ia lihat sebelum berangkat bekerja. Dari situ pun Sasuke langsung sadar Naruto tidak bersolek seharian. Kemungkinan lebih buruk lagi, belum mandi.

Si pirang mendelik menyadari tatapan menghakimi dari Sasuke, tahu betul apa yang dipikirkan pria itu. "Tadi siang aku mandi, kok!"

"Lalu kenapa kau menggunakan baju yang sama?" Sasuke menyipitkan mata curiga.

Naruto menarik kerah piyamanya, membawanya ke hidung. "Masih bersih kok," dalihnya setelah mengendus sekilas. "Lagipula dengan begini cucian tidak terlalu banyak 'kan?"

Sasuke mendesah. Walaupun sudah terbiasa dengan tingkah antik Naruto sejak berbulan lalu, tetap saja ia tidak bisa menahan keluhannya. Dilepasnya blazer, dasi, serta sabuknya lalu menggantungnya di gantungan suling di balik pintu. Setelah dirasa tubuhnya tidak terlalu sesak oleh pakaian itu, Sasuke ikut duduk disamping Naruto, diam-diam bersyukur karena si pirang memang tidak sebau yang ia duga. Bahkan aroma sabun jeruk yg dipakai Naruto tercium samar. Karena itu Sasuke tidak ragu lagi untuk mengecup dahi Naruto lalu menaruh dagunya di bahu kecil wanita dalam pelukannya itu.

Naruto mendenguskan tawa. "Aku masih tidak percaya orang yang pernah mengancam akan mendorongku dari tebing tepi laut sekarang malah melingkarkan lengannya di perutku."

Decakan tidak terima terdengar dari balik bibir Sasuke. "Kau tahu sendiri saat itu aku marah sekali. Dulu kelabilanmu itu sangat menjengkelkan," tukasnya sebal.

Tawa Naruto berganti dengan cengiran bersalah. Ia menggaruk pipinya yang tidak gatal. "Kuakui quarter life crisis-ku memang sangat parah."

"Tepat." Sasuke tersenyum miring. "Karena diusiamu yang memasuki seperempat abad kau malah bersikap seperti bocah lima tahun."

Naruto yang tersinggung tidak tahan untuk tidak balas meledek. "Dia orang yang sama dengan yang sedang kau peluk dan kau cintai sekarang, kalau kau lupa."

"....aku tahu."

"Woah," Naruto menoleh, bertemu pandang dengan Sasuke yang balas menatapnya datar. "Pengakuan terbesar abad ini!"

Sasuke memberi sentilan kecil di dahi membuat Naruto mengaduh. "Jangan berlagak seolah aku tidak pernah mengungkapkan cinta padamu."

"Aku masih trauma. Cinta pertamaku menolakku, begitu bernafsu ingin mendorongku dari tebing‒"

Demi Kakakku (SasufemNaru)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang