2: Let's Survived!

24K 1.5K 53
                                    

🌴🌴🌴

"Mas, kira-kira ini di mana ya?"

"Entah. Mungkin di pulau kecil dekat Australia atau Papua." Mas Rimba melepas kemeja putihnya yang sekarang bewarna coklat dan penuh pasir.

Tubuhnya yang berotot dan kekar membuatku memalingkan wajah. Tanpa bisa kutahan wajahku bersemu merah. Sedangkan Mas Rimba cuek-cuek saja bertelanjang dada. Pria dewasa itu mengambil ranting pohon yang panjang dan mulai mencari-cari sesuatu di antara puing-puing pesawat yang ikut terdampar di sekitaran pantai.

"Kenapa diem aja? Katanya mau survived?" Teriak Mas Rimba dengan berkacak pinggang. Ya ampun, baru beberapa menit lalu pria itu terlihat lemah tak berdaya, kenapa sekarang sudah segar bugar begitu sih?

"Sabar.. aku lagi laper mas. Lemes banget." Sahutku tanpa berusaha mendekat. Tapi aku memang lapar.

"Ya sudah, diam di sana. Biar Mas yang cari makanan." Balasan Mas Rimba membuatku bersemu. Entah kenapa kami seperti sedang memainkan sebuah film romantis yang mana aktornya sedang berjung mati-matian untuk hidup pasangannya.

Halu. Astaga.. dasar otak perawan.

"Hehe." Setidaknya pikiran ini mengalihkan segala kekhawatiran dan ketakutanku.

Beberapa saat kemudian Mas Rimba datang membawa kerang-kerangan dan beberapa ikan kecil yang ia bungkus dengan kemeja putihnya yang tak lagi putih.

"Gimana cara makannya, mas?" Tanyaku bingung.

"Ya dimakan aja. Tidak ada cara lain. Yang penting ada sesuatu yang masuk ke perut kita."

"Tapi..." Aku menatap ikan-ikan kecil yang sudah mati itu dengan gejolak di perut. Mual.

"Aku nggak bisa makan ikan mentah, mas." Kataku merasa bersalah. Takut membuat usaha Bang Rimba tampak tidak kuhargai.

"Ini satu-satunya cara untuk survived sekarang. Besok kita coba masuk hutan, cari buah-buahan dan kalau beruntung, kita bisa menemukan penduduk pulau ini." Mas Rimba ikut bersila denganku di atas pasir. Menatap ombak lautan yang masih bergulung-gulung dengan ganasnya.

"Makasih mas.." aku mengambil kerang yang bentuknya seperti piring. Mencoba membukanya. Susah.

"Ck." Mas Rimba berdecak, namun tangannya mengambil alih kerangku dan membukakannya untukku.

"Makasih lagi mas." Aku tersenyum dan memulai makan kerang mentah di tanganku.

Aku mengernyit, merasakan tekstur kenyal dan lendir yang bersatu membuatku ingin muntah.

"Segitunya nggak doyan?" Mas Rimba menatapku tajam.

"Iya mas.. aku jijik."

"Kalau kamu makannya gini?" Mas Rimba menarik tengkukku lalu menyambar kerang di tanganku dan memasukkannya ke mulutku dengan mulutnya.

Mataku membelalak, tidak menyangka dengan aksi Mas Rimba yang ajaib ini.

"Uhmmm.."

Lidah Mas Rimba mendorong kerang mentah menggunakan lidahnya. Mau tak mau akupun menelannya. Bibir Mas Rimba yang kenyal dan penuh membuatku terhanyut dalam ciumanya yang dalam. Ini adalah ciuman versi dewasa pertamaku.

"Mmas.. sudah." Aku mendorong dada Mas Rimba menjauh, namun hal itu membuatku tersadar aku sedang menyentuh dada bidang pria dewasa 35 tahun yang bidang dan berbulu.

Perutku kembali mulas, namun karena alasan lain.

"Kenapa?"

"Kenapa mas cium bibir aku?" Tanyaku polos dengan nafas terengah-engah.

Terdampar (END)Where stories live. Discover now