8: Disaster

16.4K 887 20
                                    

Hai. Jangan lupa follow dan vote sebelum baca ya ^^

***

Kami memutuskan kembali ke gua setelah pada akhirnya Mas Rimba bersedia menciumku cukup lama. Hatiku menjadi sedikit tenang karena kejadian tadi pagi bukanlah sesuatu yang besar. Mas Rimba tidak membenciku.

"Kamu istirahat dulu hari ini. Mas akan cari makanan sebentar." Mas Rimba pamit dengan senyum tipis di bibirnya. Aku mengangguk mengiyakan. Kini aku sendiri di gua.

Tubuhku masih nyeri di beberapa bagian. Kurebahkan badanku di atas alas tempat tidur dan kemudian aku terlelap.

Sesaat kemudian aku merasakan sesuatu melintasi kakiku. Tekstur lunak dan licin membuatku membuka mata. Seekor makhluk hitam tengah memamerkan desisan lidahnya ke arahku.

"Ular!!!" Pekikku panik. Karena pergerakanku yang tiba-tiba, ular itu dengan cepat mematuk kaki kiriku lalu kabur ke arah semak-semak yang tak jauh dari tempatku berada.

"Arghhh!!!" Aku berteriak panik. Kulihat kaki kiriku mulai menampakkan ruam di sekitar area gigitan ular yang juga tengah berdarah.

Aku cuma bisa berharap ular ini bukanlah ular yang berbisa dan berbahaya.

"Mas rimba!!! Tolong!!" Teriakku. Berharap agar Mas Rimba cepat kembali.

Benar saja, Mas Rimba berjalan cepat mendekat. Bola matanya membesar, terkejut dengan kondisi kakiku yang mengenaskan.

"Tadi dipatuk ular. Tiba-tiba da--" belum selesai aku bicara, Mas Rimba sudah berlalu keluar gua kemudian kembali dengan kain basah dan sebotol air bersih.

Tanpa bicara pria itu berlutut dan membasuh lukaku kemudian mendekatkan mulutnya di kakiku.

"M-Mas mau apa?"

Tanpa jijik Mas Rimba sudah menyesap bekas gigitan ular di kakiku dan meludahkan darah yang ia hisap dari sana.

"Akh.." Aku sedikit meringis saat Mas Rimba dengan telaten mengikat kakiku dengan kain bersih.

"We need to go from here." Kata Mas Rimba tidak ingin di bantah.

"Aku tadi lihat asap di hutan, sepertinya ada kehidupan di seberang pantai pulau ini."

"Tapi..." Sahutku menggantung. Jujur, aku sudah merasa nyaman tinggal di sini, hanya berdua dengan Mas Rimba.

"Kamu butuh pengobatan, Violetta. Please... Seperti ucapanmu dulu. We need to survived. Together. Yang artinya, kamu.. dan aku harus hidup." Mas Rimba meraih tanganku dan meremasnya lembut. Mengalirkan kehangatan dan harapan baru padaku.

"Okay." Kataku lirih pada akhirnya.

***

Rimba berjalan menerobos hutan belantara dengan menggendong Violetta. Di dadanya tergantung tas yang terbuat dari sulur tanaman dan daun kelapa.

Mereka sudah berjalan lebih dari satu jam tanpa henti, langkah Rimba pun semakin melambat. Dengan langkah pasti, Rimba mengikuti arah asap yang pernah ia lihat membumbung di kejauhan.

"Mas.. kita istirahat dulu yuk." Ucap Violetta di telinga Rimba. Gadis itu terlihat khawatir dengan Rimba yang sudah bernafas pendek-pendek.

Rimba menurunkan Violetta di batang pohon raksasa yang sepertinya cukup aman menjadi tempat peristirahatan sementara.

"Bagaimana keadaan kamu?"

"Cuma mual dan sedikit mati rasa mas." Violetta meluruskan kedua kakinya. Menampakkan kaki kiri bekas gigitan ular yang mulai tampak membengkak.

Terdampar (END)Where stories live. Discover now