4: Let's Move!

25.5K 1.3K 12
                                    

"Mas lagi apa?"

"Bikin pisau."

"Bisa?" Aku mendekat ke tempat Mas Rimba berada. Pria itu nampak serius berkutat dengan sampah alumunium yang ia temukan di pesisir pantai.

"Seharusnya bisa." Mas Rimba tidak terusik sama sekali dengan kehadiranku, dia tetap sibuk menempa alumunium sebesar lengan itu dengan batu.

Aku mengangguk saja. Tidak ingin mengganggu Mas Rimba, aku memutuskan untuk berjalan-jalan di pesisir pantai. Siapa tahu aku menemukan sesuatu yang berguna.

"Jangan jauh-jauh." Seru Mas Rimba.

"Iya."

Aku melambai ke arah Mas Rimba sambil tersenyum lebar. Ah, dia tidak sedang menatapku. dengan menghentakkan kaki, aku membasahi kakiku yang telanjang dengan air laut yang sudah terasa hangat karena siang hari.

kruyuukkk.

Oh iya, tadi pagi aku belum sarapan dengan layak. Hanya menyantap daging buah kelapa muda yang jatuh dari pohonnya. Aku tidak mau makan daging ikan mentah seperti Mas Rimba. Untuk minum, kami meminum air hujan yang kutadah semalam.

Dalam kondisi seperti ini, aku jadi ingat video youtube yang pernah kutonton. Dalam video itu seorang youtuber menjelaskan cara bertahan hidup saat terjebak di pulau tak berpenghuni. Yaitu membuat tanda S.O.S.

Mengapa baru terpikirkan sekarang?

Kuedarkan pandanganku ke arah pepohonan. Dengan penuh semangat aku segera mengumpulkan ranting kayu, bebatuan dan sampah apapun yang kutemukan. Baru kali ini aku merasa ada hikmahnya sampah yang terdampar di bibir pantai.

Aku tersenyum kecil melihat hasil karyaku. Tulisan S.O.S raksasa membentang di atas pasir. aku sengaja membuatnya agak dekat dengan pepohonan karena takut terbawa air pasang dan tersapu hujan.

 aku sengaja membuatnya agak dekat dengan pepohonan karena takut terbawa air pasang dan tersapu hujan

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Ya Tuhan, semoga dengan ini kami bisa segera diselamatkan. Amin.

"Wow." Sebuah suara mengagetkanku. Pria 35 tahun yang mendadak menjadi sangat dekat denganku itu menatapku takjub. Aku

"Sudah beres, Mas?" Tanyaku mengalihkan perhatian Mas Rimba yang masih menatapku intens, membuat rona merah menjalar dari pipiku.

"Sudah. Mau kita pergi sekarang?" Tanya Mas Rimba kembali pada mode serius. Pagi tadi kami sepakat untuk masuk ke hutan, mencari tempat berlindung dan sumber air. Karena tidak mungkin kami terus bertahan di sekitar pantai yang minim sumber makanan dan air bersih.

"Okey."

"Violetta Hacika Narendra..." Mas Rimba menyebut nama lengkapku untuk pertama kali. Aku tidak bisa menahan jantungku yang berdebar kencang. Menebak apa yang akan dikatakan Mas Rimba selanjutnya.

"Setelah ini, Mas yang akan melindungi kamu meski nyawa mas taruhannya." Mas Rimba meraih tanganku. Lalu menautkan jari-jarinya di sela jemariku.

"Mas ngomong apa? Kita akan bertahan hidup sama-sama. Taruhan dosa tahu." Ucapku dengan membenamkan diri di pelukan Mas Rimba.

Terdampar (END)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum