unfamiliar comfort

5.8K 1K 149
                                    

cw // mentions of alcohol , toxic relationship traits , signs of mental health problem

─────────────────────────

Bel pulang sekolah telah berbunyi sejak setengah jam yang lalu. Dan kini seisi kelas telah kosong, hanya ada Jake di dalamnya. Ia membereskan barang-barangnya ke dalam tasnya sebelum keluar dari ruangan kelas.

"Kak Jake, gue balik duluan ya," kata Jungwon ketika ia berpapasan dengannya di lobby.

"Eh eh, Jungwon! Tunggu bentar," Jake meraih lengan Jungwon, menahannya untuk mengambil selangkah lebih jauh. "Gue mau minta pendapat lo."

"Cepetan, bis gue ntar lagi dateng."

"Sunoo hari ini ga masuk, dia sakit. Dan gue udah ngechat ayahnya, tanya apakah dia butuh bantuan gue atau engga. Tapi sama dia cuma diread doang dari tadi pagi. Menurut lo, gue harus ke sana, ngga?"

Jungwon mengangkat bahunya. "Iya, kali? Ngga tau deh, Kak. Suka-suka lo aja mau ke sana apa engga. Dah yaa, gue ga mau lari-larian ke halte bis. So, bye~"

Begitu kalimat yang diucapkan Jungwon.

Dan itu juga alasan mengapa Jake kini berdiri dengan kikuk di depan kediaman milik keluarga Lee.

Setelah mengatur jantungnya yang berdetak tak karuan, tangannya pun terulur untuk memencet tombol bel yang ada.

"Siapa?" suara Heeseung terdengar dari speaker bel rumah.

"J-Jake," jawabnya sambil mendekat ke microphone bel.

"Oh?" Dari respon yang Heeseung keluarkan, Jake dapat dengan jelas berasumsi kalau Heeseung agak sedikit bingung dengan kedatangannya kemari. Namun beberapa detik kemudian, ia membukakan pintu depan dan bertemu dengan yang lebih muda. "Saya ngga ngira kamu bakal beneran dateng. Silakan masuk."

Ini adalah kedua kalinya bagi Jake untuk mengunjungi rumah Heeseung. Meskipun saat terakhir kali ia ke sini adalah sebulan yang lalu, ia masih ingat betul daerah perumahan ini. Jadi Jake tadi memutuskan untuk naik bis agar bisa sampai ke kompleks sekitaran sini, lalu berjalan kaki dari depan blok hingga sampai ke rumahnya.

"You didn't respond to my text, so I got worried," katanya sambil membuka sepatunya dan meletakkannya di rak.

"Oh, itu saya lupa bales. Hehe sorry."

Ia memutar badannya menghadap Heeseung, lalu tersenyum maklum. "It's okay. Oh iya, ini aku bawain jus aloe vera sama buah-buahan buat Sunoo." Jake mengeluarkan kantong plastik dari tas ranselnya. "Sori ya, ngga rapi banget cuma dikantongin plastik. Aku baru beli itu tadi di supermarket menuju ke sini." Jake tersenyum canggung dan menggaruk tengkuknya.

"Makasih banyak, Jake. Jadi malah ngerepotin kamu. Mau lihat Sunoo? Dia ada di kamar"

Jake mengangguk, menerima tawarannya. Yang lebih tua pun berjalan beberapa langkah di depan Jake, menunjukkan jalan menuju kamar Sunoo yang letaknya tak jauh dari taman belakang.

Setelah sampai di depan pintu yang dihiasi dengan banyak tempelan sticker Transformer dan kartun Disney Frozen — Jake juga tak paham korelasi antara Bumblebee dan Olaf ada dimana. But then again, this is Sunoo. Jadi ia tidak begitu kaget.

Heeseung mengetuk pintu kamarnya.

"Masuk," respon yang Sunoo berikan sangat pelan, nyaris tidak terdengar kalau saja Heeseung tidak menempelkan daun telinganya di pintu.

Ia membuka pintunya, "Hey. Liat, nih, ada siapa yang dateng," si Ayah membuka pintunya lebih lebar, memperlihatkan sosok Jake yang berdiri di belakangnya. Ia menoleh pada si guru dan mengatakan, "Masuk aja, Jake."

someone to take you home | HEEJAKEWhere stories live. Discover now