for lovers who hesitate

4.6K 523 83
                                    

Langit malam penuh berisi cemas dan juga angan dari setiap orang di kota ini. Sementara angin membawa dirinya sendiri membelah jalanan, menyinggahi jendela-jendela rumah yang terbuka, merasuki tubuh siapa saja yang sedang kesepian. Dan di tengah pekatnya malam, ada satu pria yang merenung di sana karena perasaannya tak bisa ia luapkan pada siapa-siapa. Hanya redup lampu di atas nakas yang menjadi saksi percakapan sunyi antara ia dan pikirannya saja.

Ini bukan yang Jake bayangkan ketika ia harus menghabiskan beberapa jam di akhir pekan untuk berdua saja makan malam di restoran. Faktanya, Jake pikir ia tidak bisa mengharapkan hal ini sama sekali, dimana Heeseung - pria yang sudah membuatnya jatuh hati - mencium keningnya. Yang, tentu saja, membuatnya gelagapan tak karuan di depannya. Namun terlepas dari betapa inginnya ia untuk merasa senang bukan kepalang di penghujung hari ini, ada satu hal yang mengusik isi kepalanya sedari tadi perihal Heeseung.

Selama ini Heeseung tidak pernah begitu terus terang tentang orientasi seksualnya.

Hanya karena ia memiliki mantan istri bukan berarti Jake dapat menyimpulkan kalau Heeseung straight. Tetapi dengan Heeseung yang tadi meminta ijin padanya untuk mengecup keningnya, apakah itu berarti Heeseung juga tertarik pada laki-laki? Atau pria itu hanya ingin bereksperimen saja dengannya?

Jake menghela nafas gusar, mencoba memikirkan bagaimana caranya ia mengatakan semua yang ia rasakan pada Heeseung ketika mereka bertemu lagi di lain waktu.

Anggap ia cemerlang di bidang kalkulus atau fisika dasar sekalipun. Tapi itu semua adalah sesuatu yang bisa dijelaskan dengan teorema dan logika.

Jake hanya bisa menjelaskan sesuatu yang bisa dipikir dengan logika. Dan cinta - cinta bukanlah sesuatu yang bisa dijabarkan menggunakan logika atau rumus hitungan. Cinta hanyalah firasat pada awalnya, lalu kemudian itu berubah menjadi serangkaian keputusan yang seseorang ambil. Dan Jake tidak tahu bagaimana caranya untuk mengekspresikan itu semua.

Beberapa orang terdekatnya sempat menyebutnya bebal karena ia pernah tak kunjung mengajak kencan perempuan yang berusaha mendekatinya selama sebulan penuh. Tak jarang juga di masa SMA-nya ia terus terang menolak pernyataan cinta dari banyak perempuan di hari Valentine, yang berujung dengan teman-temannya yang pada saat itu melemparkan kalimat candaan bersifat iri dan sarkas kepada dirinya karena ia tak pernah mengencani satu pun dari perempuan-perempuan itu.

Tapi bagaimana ia bisa? Sedari kecil ia tidak pernah merasa tertarik pada perempuan.

Tentu, Jake menganggap setiap perempuan itu cantik - dengan rambut cepak maupun panjang, dengan suara berat ataupun tinggi, dengan hobi memasak maupun ahli di bidang olahraga. Jake menganggap semua perempuan itu menarik. But it never really worked for him, whether romantically or sexually. He never felt a single thing towards women.

Dan di umurnya yang ke limabelas, Jake baru sadar kalau ia hanya tertarik pada lelaki saja. Tapi, lagi, Jake tidak pandai mengungkapkan perasaannya. Jadi biasanya Jake hanya bisa menatap punggung lelaki yang ia sukai dari belakang saja selama jam pelajaran berlangsung. Atau jika beruntung, Jake akan terpilih secara acak di jam pelajaran olahraga dan menjadi satu tim dengannya.

Tidak pernah sekalipun dalam hidupnya ia membayangkan akan bisa menjalin hubungan dengan seorang pria. Meskipun jika ia ingat lagi, sejak tahun 2017 pernikahan sesama gender di Australia sudah bersifat legal secara hukum. Namun tetap saja, orang-orang di sekitar masih akan menatap siapa pun itu yang mengumbar kemesraan di publik jika mereka bukanlah pasangan laki-laki dan perempuan. Jadi Jake tidak pernah membayangkan apa jadinya jika ia mengencani seorang pria.

Namun itu semua berubah beberapa bulan setelah ia pindah ke Korea.

Seoul selalu terkesan sibuk untuk Jake. Dengan gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi dan jalanan yang hampir tidak pernah terlihat lengang, kota ini terasa begitu asing baginya. Setiap harinya hanya ia habiskan untuk berkegiatan di kampus, pulang, lalu begitu lagi di keesokan harinya. Ia sendiri, dan tidak ada satu pun bagian dari sudut kota ini yang mampu ia anggap sebagai rumah.

someone to take you home | HEEJAKEWhere stories live. Discover now