11. Bday

778 198 20
                                    

"Kakak lo hari ini ultah," ucap Haruto yang tiba-tiba saja duduk di sebelah Mao.

"Asahi lahir bulan Agustus, Cuy!"

"Kakak lo yang ambil rapor waktu itu," jelas Haruto tenang. "Dia ultah sekarang."

"Masa?"

Haruto mengangguk. "Liat aja di KTPnya."

Mao diam sejenak. Ia membuka ponselnya, melihat sosial media milik Seira. "Kagak, ah. Liat! Kagak ada yang ngucapin."

"Kagak punya temen kali," jawab Haruto terdengar tidak peduli walaupun tangannya kini sudah merebut ponsel Mao, melihat akun Instagram milik Seira. "Kagak punya temen, IGnya aja cuma dagangan."

Seira memiliki usaha di bidang kuliner. Akun Instagram perempuan itu adalah seiric_o, tetapi sepertinya di-private. Haruto pasti tak bisa mengikutinya.

"Dia punya restoran daging?"

"Kepo lo!" Dengan cepat Mao merebut ponselnya. Ia khawatir Haruto mendatangi restoran itu dan mengetahui pekerjaan Mao. "Endorse itu."

Haruto hanya mengedikkan bahunya. Ia berusaha mengingat akun Instagram dan nama restoran yang tadi ada di unggahan Seira. "Gue titip kue ulang tahun ya," ucap Haruto. "Hari ini lo ketemu sama dia, kan?"

"Lah? Napa jadi lo yang ngasih kue ulang tahun?"

"Eh, tapi jangan bilang dari gue!" ucap Haruto cepat. "Bilangnya dari lo aja!"

"Kuenya mana?"

"Nanti balik gue ambil, lo tunggu," ucap Haruto santai. "Inget! Jangan bilang dari gue."

Mao hanya mengangguk. Ia tak mempedulikan tentang Haruto yang mengetahui tanggal lahir Seira dan kue ulang tahun yang sudah dipesannya. Lagi pula lumayan, jika Mao mengetahui tanggal lahir Seira dan memberikan kejutan, itu dapat membuatnya menjadi seperti karyawan teladan.

"Kerja sama Seira enak nggak?"

Pertanyaan Haruto yang tiba-tiba membuat Mao langsung membulatkan matanya. Ia tak pernah cerita bahwa Seira adalah bosnya. "Asahi yang cerita?"

"Menurut lo aja," balas Haruto. "Belum lagi Teh Dahyun yang ngirim foto waktu ketemu sama lo. Dia taunya Seira kakak lo, padahal kakak lo cuma Bang Sarden."

"Eh, tapi kok Asahi bisa kenal sama Kak Sei, sih? Baru aja mau gue jodohin mereka--"

"Gila lo!" potong Haruto. "Mereka aja sekarang lagi berusaha buat ngehindarin itu, lo malah mau jodohin mereka."

"Hah? Ngehindarin apa?"

Haruto seketika diam. Ia keceplosan, jiwa lambe belum hilang pada dirinya. "Kagak, bukan apa-apa," jawabnya. "Udah, ah. Nanti kuenya gue kasih pas balik sekolah. Gue pesen di kafe Mas Jinan, kok."

"Siap," jawab Mao sembari mengacungkan jempolnya dan setelah itu kembali merangkum beberapa materi yang tadi dijelaskan.

"Waktu ketemu sama Teh Daday, itu lo dari mana sama Kak Sei?"

"Jalan-jalan," jawab Mao. "Wisata kuliner sambil kerja."

"Enak nggak kerja sama dia?"

"Anjir, gue dapet gaji pertama gede banget, To!" cerita Mao semangat. Ia bahkan tak lagi mencatat rangkuman. "Kak Sei bahkan ngasih reward buat gue gara-gara dapet peringkat lima."

Haruto ikut tersenyum saat mendengar cerita antusias dari Mao. "Dia kagak marah-marah?"

"Kagak, baik banget anjir! Makanya pengen gue jodohin sama Asahi."

METAMORPIKIR SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang