35. Uluran Tangan

782 180 39
                                    

Btw, btw, Guys. Tolong Like tugas UAS periklanan aku yaaa🤗 Like aja, nggak ditonton juga nggak apa-apa🤣

🦋

Setahun lalu, tepat di hari yang sama. Seira mendatangi rumah mewah yang dulu menjadi bagian dari kisah masa kecilnya. Rumah bergaya Eropa klasik dengan tiang-tiang tinggi menjulang di beberapa tempat. Warna emas cukup mendominasi rumah tersebut, beberapa lukisan tertata rapi di dinding berwarna putih.

"Nggak apa-apa, Ei. Masalah sebelumnya juga bisa lo selesaiin," ucap Seira pada pantulan dirinya di depan cermin. "Masalah segede apapun udah biasa lo hadapi. Tenang, Ei."

Helaan napas Seira terasa sangat berat. Di kamarnya saat kecil, perempuan itu masih terus mengumpulkan energi untuk makan malam tepat di hari ulang tahunnya. Walaupun tidak semenyedihkan tahun lalu, tetap saja ulang tahunnya masih terasa hambar.

"Lo harus bersyukur, Ei. Tahun ini ada banyak yang ngucapin. May, Haru, Asahi, tantenya Jiho--Eh, Jihoon kemana, ya?" Senyum masam Seira terbit, ia kembali menghela napas berat. "Padahal bulan kemarin Mama paling semangat bikin rencana ulang tahun gue," gumamnya lalu melipat kedua bibirnya ke dalam, berusaha menahan rasa kecewa saat menyadari keluarga kecil yang akhir-akhir ini selalu ada untuknya sudah mulai menghilang.

Ketukan pintu dan disusul Pak Moon yang masuk membuat Seira langsung menoleh dan tersenyum pada pria paruh baya itu. "Maaf menganggu, Nona. Tetapi, Tuan Jidi meminta Nona untuk turun, sebentar lagi keluarga Park akan datang."

Hanya anggukan yang Seira beri, lalu setelah itu ikut keluar dari kamarnya.

🦋

"Gila, sih. Gue baru sadar kalo ternyata bokap gue jendral, Ji." Woojin yang duduk jok belakang Alphard hitam itu menatap takjub dengan iring-iringan patwal yang mengantar mereka.

Jihoon tentu tidak tinggal diam. "Kita ternyata anak jendral, Bang," sahutnya ikut dalam skenario sang kakak. "Baru kali ini gue ngarasain naik mobil terus dijaga sama ajudan."

Kakak beradik itu kompak meledek sang papa. Setelah sekian lama menjadi pejabat tinggi yang memiliki banyak kuasa, akhirnya Tuan Park menggunakan kekuatan. Padahal, sebelum-sebelumnya Papa paling anti melibatkan instansinya bekerja dengan masalah keluarga.

"Anak Jendral, tapi ditilang," sindir Woojin ke Jihoon, mengungkit masa lalu. "Anak jendral tuh harusnya leluasa, Ji. Kalo macet juga bisa nyalain tinut-tinut."

Adik kakak itu kembali tertawa bersama. Mereka seperti tak ada beban, padahal kali ini sedang berada di dalam misi penyelamatan. Ya, menyelamatkan Seira.

"Cuma Seira yang berhasil bikin Papa pake kekuasaannya, mantap!" lanjut Bang Woojin. "Anak kesayangan emang beda."

Ya. Setelah malam di mana Haruto meminta bantuan. Jihoon langsung berbicara dengan sang papa. Menjelaskan apa yang terjadi pada Seira dan cara yang bisa mereka gunakan untuk menyelamatkan perempuan itu.

Sesuai dengan harapan, bahkan jauh lebih baik dari harapan Jihoon. Papa Park langsung turun tangan. Memerintahkan anak buahnya untuk mencari informasi tentang W crop, lalu beliau juga langsung terjun untuk mengajak kerja sama dengan Watanabe Young alias Om Jidi.

Iring-iringan mobil mewah serta beberapa mobil patroli mulai memasuki pekarangan megah milik keluarga Watanabe. Seira yang mendengar suara strobo mobil dari dalam rumah seketika melirik sang paman. Sepenting itu, kah, partner bisnis keluarganya sampai ada polisi yang mengiringi?

"Kamu kenal sama mereka," ucap Om Jidi, "kali ini pasti nggak akan nolak." Pria dengan setelan formal itu sampai tersenyum tipis. "Eh, jangan-jangan sebenernya kamu udah tau siapa mereka."

METAMORPIKIR SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang