28. Perasaan Haruto

868 202 45
                                    

Minggu pertama saat Haruto Pindah ke SMP Bina Nusa.

From: 08xx-xxxx-xxxx
Emang dasar orang tua gila. Anaknya baru balik udah diomelin

Haruto menatap bingung pada nomor telepon asing yang tiba-tiba saja mengirimnya pesan aneh. Tetapi, karena Haruto anak baik, tentu ia mengabaikan pesan itu dan bersiap untuk mengganggu abang atau aanya di lantai bawah.

Tetapi, baru juga Haruto mengganti seragam sekolah menjadi kaus, dering ponsel tiba-tiba saja memenuhi kamarnya. "Ini siapa, sih?" keluh Haruto saat melihat ponselnya, terdapat panggilan masuk dari nomor yang tidak disimpannya.

"Hallo?" ucap Haruto ragu. Ia takut kalau yang meneleponnya itu penculik. "Ini siapa?"

"Lo bisa jemput gue nggak? Di depan Perumahan Griya Indah, gue tunggu di Alfa-nya."

"Lo siapa?"

"Gue May, anak kelas lo!"

"May?" Kening Haruto berkerut. Ia belum hafal semua teman barunya itu. Baru Jeongwoo dan Wonyoung yang ia kenal. "May siapa? Lo penipu, ya?"

"Gue Hirokawa Mao, yang duduk sama Linlin."

Perkara May saja Haruto tidak tahu, sekarang ditambah Linlin. "Gue nggak tau, udah deh--"

"Ya, udah. Nggak taunya nanti aja. Tolong jemput gue di Griya Indah."

Belum satu bulan Haruto pindah ke ibukota, tentu saja ia tak hafal jalanan di sini. Mentok-mentok cuma tahu jalanan dari rumah ke sekolah, sama ke rumah kakak sulungnya. Lah, sekarang tiba-tiba disuruh jemput ke Griya Indah, mana dia tahu.

"Gue nggak tau--"

"Gue share location, pokoknya lo harus jemput gue. Kali ini aja, tolong."

Sebenarnya Haruto masih curiga kalau yang meneleponnya ini hanya orang nggak ada kerjaan, tetapi karena penasaran, ia tetap beranjak keluar kamar. Menuruni anak tangga dan mengambil kunci motor yang nganggur di garasi rumah.

"A Mbin, aku keluar dulu, ya," pamitnya pada kakak ketiganya, si mahasiswa kedokteran.

Hanbin hanya mengangguk. "Sebelum magrib udah pulang, ya," ucapnya sedikit mengeraskan suara karena Haruto sudah di luar.

"Iyaaa," remaja jelas 8 SMP itu masih sempat menjawab sebelum kabur membawa Scoopy yang biasanya dipakai oleh Dahyun. Anaknya masih masa nurut sama orang tua, tidak seperti di masa depan.

Dengan berbekal maps hasil share location dari Mao dan centong nasi sebagai alat perlindungan diri. Remaja itu menarik gas Scoopy dengan hati-hati, maklum baru bisa bawa motor, ini juga modal nekat karena sering diledekin lemah sama Jeongwoo.

"Bener nggak, sih?" gumam Haruto tak yakin. Ia belum paham betul dengan lingkungan barunya. "Gue balik lagi aja apa, ya? Kayaknya ini prank, deh."

Masih dengan mulut yang tidak bisa diam dan kepala sesekali menunduk pada ponsel yang tertempel di spedometer motor karena memakai case gurita. Haruto terus menarik gas motornya pelan-pelan, sampai matanya menangkap sebuah tulisan besar 'GRIYA INDAH MADANI'.

Baru saja akan memastikan tempat dengan membuka aplikasi chat di ponselnya, seorang perempuan tiba-tiba menaiki jok belakang. "CEPET JALAN!" perintah perempuan itu sudah memeluk erat tubuh Haruto yang kebingungan. "CEPETAN!"

"Lo siapa?" tanya Haruto kebingungan, tetapi masih mengikuti perintah perempuan asing itu. Dengan hati-hati Haruto menarik gas motornya. Ponsel yang menempel di spedometer sudah beralih ke saku jaket, sedangkan tangan kirinya siap siaga mengambil centong di dashboard motor jika terjadi sesuatu. "Ini mau ke mana?"

METAMORPIKIR SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang