III. HANGOUT-SUSPECT.

507 98 9
                                    

Oh, mungkin Jay menantang dirinya sendiri ke jalur sesat sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oh, mungkin Jay menantang dirinya sendiri ke jalur sesat sekarang. Jay menggenggam tangan pacar orang, dibalik selimut tebal, menutubi setengah tubuh dari mereka bertiga. Mereka bertiga? Iya, Jack, Jay, dan Jessie. Mereka tengah berada di dalam Studio Bioskop sekarang.

Menikmati film yang baru saja keluar, akhir-akhir ini. Spiderman.

Mengapa ada selimut? Jack dan Jay memilih Class Velvet. Padahal Jessie seorang tadinya memilih pakai paket biasa. Tapi ucap Jack dan Jay, mereka ingin mencobanya sekali-kali. Nggak punya kesempatan dalam hidupnya.

Oh, sungguh lebay sekali. Pikir Jessie.

Seakan-akan meramal besok nyawa mereka berdua akan dijemput oleh malaikat, dramatis sekali persahabatan mereka ini. Seumur hidup Jessie dan Caesar, dia nggak pernah se-dramatis ini.

Ya, sudahlah.


Jessie ingin menikmati film yang akan mereka tonton ini dengan fokus, sekali saja. Gadis itu malah terus diusik oleh Jay, memang nggak tahu diri. Mana jelas sekali lelaki itu menampilkan senyumannya pada Jessie, menganggap dirinya tampan dan lembut jika seperti itu.

Kenyataannya, tidak. Bisa saja anak kecil yang sedang terdiam ... menangis melihat ekspresi wajah Jay sekarang.

Bak om-om pedo, kehausan akan belaian.

"Cuih." Jessie mendecih kesamping── pas-pasan menghadap wajah pacarnya. Jack menaikan alisnya heran, kenapa pacarnya ini?









Oh ... mungkin mengikuti suara sengatan benangnya Spiderman.










Ayo, sebut saja pacar Jessie itu bodoh. Mudah dibodohi. Mirisnya, apa dia nggak menyadari── bahwa sedari tadi sohib dekatnya tengah membelai, menggenggam, dan mengelus tangan pacarnya. Dari balik selimut.

Dugaan Jessie benar, akan terjadi seperti ini. Gadis itu telah memberontak dan menolak kehadiran Jay diantara ia dan Jack. Bukannya Quality Time. Malah Selingkuh Time.

Salah gadis itu pula tak menekan Jack, supaya ia tidak mengajak sohibnya itu. Jessie menyesal sekarang, dia ingin saja memberontak tapi── sudah diancam sebelumnya. Oleh Jay.

Lelaki itu benar-benar licik. Dunia nggak pernah adil, semesta nggak menyayangi Jessie, dia selalu dibuat begini.

Katanya tuhan nggak begitu jahat memberi hambanya ujian, tapi apa? Keterbalikannya.

"Nikmatin aja, daripada kesel." bisik Jay, didekat telinga Jessie.

Oh. Gadis itu nggak sudi banget kupingnya diisi suara mulut kotor lelaki itu, iyuh. Lebih najis daripada daging babi.

Jessie hanya bisa mendengus kesal, meratapi nasibnya. Merasa berdosa kepada tuhan, ibu, dan pacarnya. Makin sedih lagi saat tangannya digenggam oleh dua pria.

Mama, ayo bawa Jessie ke alam bawah sadar Mama! Jeritnya dalam hati, tak kuasa menahan tekanan batin.

Sementara itu, Jay disampingnya hanya tertawa cekikikan. Tertawa diatas penderitaan gadis itu.

Siapa suruh menarik perhatian lelaki?

"Aku nggak suka sama Jay!" kata Jessie, melipat kedua tangannya didada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku nggak suka sama Jay!" kata Jessie, melipat kedua tangannya didada.

Mereka berdua sudah berada di dalam mobil sekarang, iya, menuju pulang. Baru sekarang Jessie bisa membuka mulutnya yang sedari tadi ia tahan. Si pacar cuma bisa menetralkan napasnya, mencoba membujuk sang kekasih hati.

Jiah.

"Kenapa?"

"Ngeganggu!"

"Dia cuma diem, loh???" heran Jack sambil memutar stir mobil ke kiri, mengikuti jalur.

Matamu diem. Pacarmu digoda, Two LOL.

Jessie mengerutkan dahinya, menghembuskan napasnya. Menatap lagi kearah sang pacar.

"Pokoknya nggak suka!" tekannya. Mengalihkan pandangan ke kaca jendela mobil, melihat kendaraan lain dari luar kaca. Dia nggak mau dengerin bujukan dari pacarnya.

"Katanya kemarin seru?"

"Apa jangan-jangan ...
















Kamu suka dia?"

"Y-Ya ... MANA ADA! NGAWUR." elak Jessie. Sedikit merasa panik.

Jack terkekeh, dirinya berfokus kearah depan. Mengendalikan jalan mobilnya, berhati-hati. Saat lampu merah, mobilnya otomatis ia hentikan.

Jack memundurkan kursi sandaran jok, merebahkan dirinya perlahan. Menatap mata gadis itu, berusaha mencari kebohongan. Jack bisa menemukannya, tapi dia nggak yakin. Mungkin sebaiknya bertanya, untuk memastikan.

"Aku cuma bercanda padahal, kok kamu panik??" tanyanya, mengintrogasi. Menaruh kecurigaan pada pacarnya, Jack tidak sebodoh itu.

Omong-omong.

"LAMPU HIJAU!" Jessie menunjuk ke depan, ──Mengalihkan Topik──

Terpaksa, Jack harus kembali mengendarai kendaraan beroda empat itu. Dia tersenyum agak miris, bukannya dijawab, malah diganti topik lain.

Ah, positif thinking saja. Memang waktunya tidak pas, untuk menanyakan hal yang tidak jelas itu. Lagi pula Jack hanya iseng bertanya, kenapa jadi dia sendiri pula yang menaruh rasa curiga?

Ayolah Jack, lo nggak boleh gitu. Gue yakin Jessie orang yang setia. Monolognya sendiri dalam hati.

 Monolognya sendiri dalam hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
You Right, Jake Jay✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang