6 - PUTRI MUSTIKARAJA

26 10 2
                                    

"Kenapa malam-malam seperti ini ayah ngomongin Bima? Ayah kenal sama Bima?"  tanyanya dalam hati. Dania masih setia menempelkan telinganya di celah pintu.

"Selidiki tentang dia." perintah Tuan Asnara.
Dania yang mendengar langkah kaki akan keluar langsung bergegas menuju ke dapur. Berpura-pura tidak terjadi apa-apa.

"Adek? Belum tidur?" suara ayahnya mengagetkannya ketika Dania menuangkan air ke dalam gelas beningnya.

"Haus Yah," jawab Dania jujur.

Tuan Asnara mendekati putrinya. Memandang Dania yang tengah menuangkan air ke dalam gelasnya.

"Ayah kenapa belum tidur?" tanya Dania membuyarkan lamunan ayahnya.

"Hm? Ayah masih ada kerjaan tadi. Ini juga mau tidur." jawab Tuan Asnara dengan nada yang lelah sekali.

"Ayah jangan capek-capek ya." Dania memutar meja, mendekati sang ayah. Mengelus pundak cinta pertamanya itu dengan penuh kasih sayang.

"Iya sayang." Tuan Asnara memeluk putrinya. Mencium puncak kepala Dania dengan lembut.
Merasakan bahwa kehadiran putrinya adalah anugrah yang sangat berharga.

Dania membalas pelukan ayahnya. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh ayahnya yang memang khas sekali. Ia tidak ingin orang yang tengah dipeluknya ini kelelahan. Ayahnya adalah nafasnya.

"Yah?" panggil Dania.

"Hm?"

"Ayah tidur ya, Adek juga mau lanjut tidur lagi." ucap Dania melepaskan pelukan mereka.
Tuan Asnara hanya mengangguk, membiarkan putrinya pergi menuju kamarnya.

"Ayah nggak akan biarin ada hal yang menyakiti kamu, Ayah janji." ucap Tuan Asnara lirih tapi yakin sembari menatap punggung putrinya yang perlahan menghilang dalam keremangan malam.

****

"Akhirnya kau datang juga Nona Asnara?" suara laki-laki terdengar samar di telinga Dania.

Mulut Dania tidak bisa terbuka.

"Kamu sudah tahu segalanya."

"Sudah cukup jauh mengetahuinya." lanjut suara itu.

Dania tidak mampu melihat siapa yang sedang bersuara. Suara itu berasal dari kegelapan.

"Siapa kamu?!" akhirnya Dania bisa mengeluarkan suaranya.

"NAYA!!" suara laki-laki yang lain datang beriringan dengan langkah kaki yang begitu cepat. Seperti berlari.

"Kak Tama." jawab Dania setelah ia melihat rupa laki-laki itu. Daniel kini mendekati Dania yang tengah duduk dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Daniel cemas.

"Well, well, dua keturunan Asnara masuk kedalam jebakan. Hebat!" suara laki-laki yang pertama. Dania dan Daniel masih belum bisa melihat siapa pemilik suara itu. Masih di dalam kegelapan.

"Keluar kamu!!" Daniel berujar penuh kemarahan.

"Sssttt, sebentar lagi kamu juga akan tahu Tuan Muda Asnara." jawabnya.

Tanpa disadari Daniel, Dania mengambil sebuah senjata api yang berada dalam saku belakang Daniel. Sebuah pistol sudah berada di tangan kanan Dania. Siap menembak.

"Harusnya sedari dulu aku nglakuin ini, Dania!" lama-kelamaan suara tersebut sudah tidak asing bagi Dania. Ia sepertinya telah mendengar suara itu di berbagai kesempatan.

Dania mengangkat tangannya. Memegang pistolnya dengab erat.

Daniel yang melihat Dania, sontak membelalakkan matanya.

DUNIA DAN(D)IA : A Story begins here (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang