47 - MASIH BERKABUNG

7 1 0
                                    

Dania terbangun dari sebuah mimpi yang sangat menyakitkan. Peluh membanjiri tubuhnya yang gemetar. Bibirnya pucat dan tatapannnya kosong. Orang-orang di sekelilingnya tengah mencoba untuk menghangatkan tangan Dania. Orang-orang yang berbaju serba hitam.

"Bunda kemana?" tanya Dania sembari menangis kembali.

Ia baru saja terbangun dari pingsannya, semua orang yang hadir langsung panik ketika Dania tidak sadarkan diri. Bahkan, Eyang putri sampai histeris.

"Bundanya Dania kemana?" lirihnya sembari memejamkan matanya yang masih meneteskan air mata.

"Jangan tinggalin Dania Bundaaaa..." lanjutnya.

Semua orang yang hadir berusaha untuk menahan air matanya agar tidak ikut turun. Mereka semua ikut bersedih melihat Dania yang sangat amat terpukul atas kejadian yang menimpa keluarganya ini. Mereka semua tahu kedekatan dari seorang Nadia dan Dania.

"Jangan tinggalin Dania Bunda, Dania nggak mau sendirian," ucapnya lagi. Eyang putri berusaha tegar dengan mengusap-usap kepala Dania dengan penuh kelembutan dan rasa sayang. Eyang putri tidak menduga di usia Dania yang masih sangat belia harus menghadapi cobaan yang begitu berat. Di usia Dania yang masih sangat membutuhkan sosok Ibu malah kehilangan Ibu.

"Kuat, Sayang."

****

Kabar bahagia datang dari Singapura, lebih tepatnya datang dari Daniel dan Clara. Hari ini, hasil pengobatan yang Clara lakukan berhasil sukses, dan akan dirujuk menuju ke Rumah sakit yang ada di Kota lama. Betapa bahagianya Daniel dan Clara akhirnya bisa kembali setelah beberapa pekan harus menghadapi hari-hari penuh ketegangan. Saat ini, Daniel bisa bernapas lega, apalagi ia sudah sangat merindukan suasana rumahnya.

"Makasih ya Niel, Kamu udah selalu nemenin Aku disini dan selalu dukung Aku sampai sekarang," ucap Clara saat mereka sampai di Bandara. Daniel sengaja tidak memberitahu orang rumah karena ingin memberikannya kejutan.

"Siap ke Rumah?"

"Banget!"

"Ayo," Daniel mengulurkan tangannya untuk menggandeng tangan Clara. Senyum yang terlukis di wajahnya masih belum luntur, dan Daniel tak henti-hentinya mengucapkan syukur atas apa yang terjadi pada Kekasihnya ini.

****

Rumah kediaman Asnara semakin ramai, kedatangan Margaretha yang langsung memeluk Dania untuk menenangkan Dania semakin membuat rumah duka menjadi lebih haru. Dania menangis kembali ke dalam pelukan Ibu-Rotinya.

"Bunda pergi, Ibu-Roti," ucap Dania.

Margareth mengusap pipi Dania untuk menghapus air mata yang sudah mengalir itu. Menyesakkan sekali melihat pemandangan ini.

"Dania kuat, Dania bisa ya, Bunda pergi ke tempat yang indah, jangan khawatir," ucap Margaret sembari menatap mata Dania yang sudah bengkak dan memerah.

"Kenapa Bunda cepat banget ninggalin Dania? Dania salah apa sama Bunda?"

"Nggak, Dania nggak punya salah, Dania Anak baik, Dania sayang sama Bunda, Bunda juga sayang sama Dania, jadi Anak baik, Anak cantik nggak boleh nangis terus ya, Sayang," ucap Margareth sembari membawa Dania kembali ke dalam pelukannya. Badan Dania gemetar, air mata Margareth luluh.

Margareth menatap seseorang yang sudah tertutup kain putih di tengah-tengah-tengah mereka. Margareth masih tidak percaya bahwa disana, seseorang yang sudah tidak bernapas itu adalah Nadia, Sahabatnya yang selalu menghiburnya ketika ia kehilangan seorang Suami dan Putri.

Margareth mengingat kenangan-kenangannya bersama Nadia yang indah berputar-putar di dalam pikirannya. Yap, orang baik akan pergi terlebih dahulu, orang baik selalu dipilih Tuhan untuk diambil terlebih dahulu.

DUNIA DAN(D)IA : A Story begins here (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang