48 - DIA KEMANA?

7 1 0
                                    

Detik terasa melambat ketika nerada di dalam dunia Dania. Menit bahkan berjalan lambat seribu kali lipat dibandingkan hari-hari biasanya. Daniel masih mengurung diri setelah melihat jenazah sang Ibunda yang rencananya esok hari akan dimakamkan di Jogjakarta, tepat di makam keluarga Asnara.

Pria itu masih duduk mematung di tepi ranjangnya, masih dengan tatapan kosong memandangi pintu kaca balkon.

"Sial. Langit cerah di atas dunia Gue yang hancur," gumamnya sembari menatap langit yang bertabur bintang. Bulan seolah bersinar.

TokkTokkTokk

"Niel?" suara Gadia itu. Hampir seharian Daniel mengabaikan panggilan dari seseorang. Daniel seolah lupa dengan orang lain. Pikirannya hanya tersita kepada Bundanya yang pergi tanpa pamit.

"Daniel, Kamu nggak mau makan?" tanya Gadis itu lagi. Daniel masih belum menoleh, bahkan enggan untuk menoleh.

"Aku masuk boleh?" tanya suara itu lagi.

Sejujurnya, Daniel muak kepada semua orang yang berpura-pura baik dan perhatian kepasanya. Daniel hanya butuh ruang, Daniel hanya butuh sendiri, Daniel ingin melupakan semuanya untuk sejenak.

Ceklek

Pintu terbuka, Daniel masih tidak menoleh, Pria itu masih menatap pintu kaca balkon yang menampilkan keindahan yang memuakkan.

"Aku bawain Kamu makan malam," ucap Clara.

"Niel?"

"Pergi."

Clara seolah jatuh, ia tidak percaya kata itu akan keluar dari mulut Daniel. Namun, untuk saat ini, Clara mencoba untuk memaklumi. Mungkin karena rasa kehilangan itu Daniel menjadi seperti ini. Clara mencoba untuk tetap menghampiri Daniel.

"Niel, Kamu makan dulu ya,"

"Pergi."

Lagi-lagi, kata itu keluar bagai belati yang menusuk hati. Mata Clara hampir meloloskan air mata, namun sebisa mungkin ia tahan dengan sekuat tenaga.

"Niel, Kam-"

"Denger nggak?!"

Deg

Satu bulir air mata berhasil meluncur di pipi Clara, Gadis itu menatap tidak percaya kepada Daniel. Pria itu menatap tajam kepada Clara yang saat ini masih diam seolah mencerna kata-kata yang keluar dari mulut Daniel di dalam otaknya.

"Aku letakin makanan Kamu disini, makan ya, Aku pergi dulu," Clara mencoba sebisa mungkin untuk menerbitkan senyum di wajahnya yang pucat. Gadis itu mencoba untuk memaklumi semuanya. Ini tidak akan bertahan lama. Daniel akan kembali seperti Daniel yang ia kenal. Clara hanya harus bersabar.

****

"Adek?"

Dania berbalik ketika suara lembut seorang Wanita itu memanggilnya. Suara yang sangat Dania rindukan. Suara yang selalu hadir di setiap hari Dania dan sekarang sudah tidak ada.

"Sini, Sayang," ucap suara itu lagi.

Dania menoleh ke kiri dan kanan, tidak ada siapa pun disana. Namun, ketika ia melihat ke depan, Wanita ayu dengan gaun putih berjalan perlahan menghampiri Dania.

"Bun-bunda?" tanya Dania memastikan. Suara itu memang suara Bundanya, namun Dania masih belum yakin karena saat ini Gadis itu masih belum bisa melihat dengan jelas wajah sosok bergaun putih yang ada di depan.

"Ini Bunda, Nak," sesaat mengucapkan kalimat itu, Wajah tersebut nampak lebih jelas dari sebelumnya. Benar saja, Wajah wanita itu adalah wajah Bundanya.

DUNIA DAN(D)IA : A Story begins here (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang