10 - PUSARA LELUHUR

28 10 0
                                    

Deg

Tubuh Dania terasa kaku, mendapati Eyangnya sudah berdiri di hadapannya.

"Rani?" kini Eyang beralih menatap Mbok Rani yang juga terkejut dengan kedatangan Eyang putri.

"Tadi, saya lihat Non-" Dania sengaja meninjak kaki Mbok Rani yang tengah berbicara pada Eyang, bisa-bisa hal yang dilakukannya tadi bocor.

Dalam hati Dania berkata, "Maaf, Mbok."

"Dewi mau ngambil minum Eyang," jawabnya separo jujur. Memang niatnya ke belakang adalah untuk mengambil air. Tapi karena ia mendengar Eyangnya berbicara lewat telephone rumah dengan seseorang yang Dania yakini sebagai Ayahnya, ia berhenti sesaat untuk mendengarkan sedikit.

"Oh ya, Dewi hari jum'at Eyang akan pergi ke makam Eyang leluhur kamu, kamu mau ikut?" tanya Eyang.

Dania tampak mempertimbangkan ajakan tersebut untuk sementara.

"Sekalian kamu minta restu mereka, 'kan hari senin ada tes per semester iya 'kan?" mata Dania tampak membulat.

"Ayah kamu yang bilang ke Eyang," ucap Eyang seakan tahu pertanyaan yang akan diajukan oleh Dania. Sedangkan Dania hanya ber-oh ria sebagai jawaban. Sedetik kemudian ia menangguk.

****

Hari-hari mulai berlalu, saat itu Jum'at pagi, Dania sudah bersiap dengan pakaian serba putihnya lengkap dengan selendang putih yang khusus diberikan oleh Eyangnya hanya karena ia dan Eyangnya akan pergi menuju ke makam leluhur mereka.

"Jauh Eyang?" tanya Dania.

"Eyang sudah minta Rani, Mbokmu, untuk memesan taxi." Eyang menunjuk sebuah mobil berwarna putih yang berlabel "TAXI" di bagian atas mobilnya.

"Mbok Rani nggak ikut, Eyang?"

"Nggak sayang, Dia jaga rumah. Setiap jum'at Rani selalu menemani Eyang ke sana." Eyang menjelaskan, karena Dania melihat Mbok Rani masih memakai kebaya kutu-baru yang berbeda warna dari hari kemarin.

"Berangkat sekarang, Eyang?" Dania menggandeng tangan wanita yang sudah melahirkan Ayahnya itu. Walau kulit tangannya sudah tampak keriput disana-sini, Dania merasa bahwa disampingnya ini adalah wanita yang masih kuat. Terbukti dari jalannya yang masih tegak.

Di dalam sakunya, Dania menyimpan selembar kertas yang berisi catatan-catatan pelajaran yang menurut prediksinya akan keluar dalam tes per semesternya, ambisinya untuk menjadi juara utama berturut-turut masih belum surut.
Dania melihat kesampingnya, menatap Eyangnya yang sedang memandang pemandangan perjalanan dari dalam mobil. Tangan wanita tua itu masih menggenggam erat tangan cucu kesayangannya, sampai Dania merasa kulitnya sudah sangat berkeringat disana.

Ting

"BIMA SAKTI 1"

Dania melirik panel notifikasi di layar ponselnya. Seperti biasanya, pasti Bima tengah menanyainya sedang apa, tugas pelajaran ini belum, sudah meresume bab ini belum, hal-hal yang sudah sangat bosan Dania terima.
Mobil berhenti di depan sebuah gapura besar yang berdiri tegak di depan makam-makam berlapis marmer putih besar, bertuliskan "ASNARA - DEWI VARI" berlapis cat emas di atasnya.

Dania memandang takjub.

"Sudah sampai, ayo turun." Eyang mengajak Dania untuk turun dari mobil mereka tumpangi.

Dania menapaki tanah yang masih sedikit basah karena kandungan air, tangannya masih bergandengan dengan Eyang.

"Dewi?" Eyang menyadarkan Dania yang masih memandang satu persatu-satu makam yang nampak terawat.

DUNIA DAN(D)IA : A Story begins here (COMPLETE)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant