22. Adolescent

9.9K 666 80
                                    

Lucas merasakan sesuatu yang mengganjal di kepalanya membuatnya terbangun dari tidurnya. Saat membuka mata tepat disebelah kirinya ia melihat Ren yang tertidur. Dengan tangan kanan di kepalanya —lagi.

Lucas berusaha mengingat kejadian malam tadi, mencari awal dari kegiatan mereka semalam. Karena semua mengalir begitu saja. Dan Lucas mencoba meyakinkan diri bahwa bukan dirinya yang memulai.

Tapi ingatan Lucas tetap melayang saat ia pindah dari duduknya lalu duduk dipangkuan Ren, Lucas memejamkan matanya karena merasa malu sendiri tentang perbuatannya malam itu.

Tapi Ren menciumnya lebih dulu tadi malam, itu jadi pembelaan di otak Lucas bahwa bukan dia yang memulainya. Semua ini kurang lebih terjadi karena semalam mereka minum-minum. Ia sadar alcohol memang tidak baik, dan mengambil alih akal sehatnya. Mulai saat itu Lucas berjanji tidak akan minum-minum jika ada Ren dan akan menghindari Ren jika dia minum.

Lucas menatap wajah Ren yang sedang terpejam itu. Dimata Lucas, raut muka Ren tampak lelah seperti banyak yang dia pikirkan. Andai ia tahu apa yang ada di otak Ren, Lucas pasti akan berusaha membantu. Apapun itu.

Ia tidak tega melihat Ren yang sepertinya harus dewasa sebelum waktunya. Lucas memang sebal dengan beberapa kelakuan Ren tapi Lucas sudah mulai terbiasa dengan itu.

"Kalo lo liatin gue terus, lo bisa suka sama gue."

Dengan mata terpejam Ren bicara, membuat Lucas malu dan berpaling menatap langit-langit. Tapi Ren justru membaliknya lagi dan memeluk erat Lucas.

"Ren... Sesek... Gue gabisa napas... Lepasin gue..." Lucas meronta berusaha melepaskan diri meskipun kalah kuat dengan tenaga Ren.

"Diem! Gue mau kek gini lebih lama lagi." Lucas berhenti meronta dan Ren mengendurkan tangannya.

"Ren kita harus pulang. Mama pasti nyariin."

"Hmmm."

"Kak..."

Salah satu jurus ampuh melumpuhkan Ren adalah dengan memanggilnya dengan panggilan itu.

Panggilan itu membuat mata Ren langsung terbuka penuh dan mengecup pipi Lucas.

"Lo gak mau sarapan dulu?"

Bukanya menjawab, Lucas kini justru terpesona dengan suara khas bangun tidur Ren. Suara berat Ren. Mungkin akan menjadi salah satu hal yang Lucas sukai tanpa sadar mulai saat ini.

"Kalo lo gak mau sarapan, gue mau sarapan."

Ren bangkit dari posisinya merebahkan Lucas dan mengunci tangannya keatas. Lalu menciumi Lucas.

"Stop it." Lucas meronta.

"Gue lagi sarapan."

"Ren... Semalem gak cukup? Lo mau patahin pinggang gue?"

Ren berhenti sejenak, dia sangat ingin melakukannya pagi ini. Morning sex. Sepertinya hal yang menarik untuk memulai pagi.

"Kondom semalem belom habis."

"No. Lo gila! Sumpah! Lepasin gue." Lucas mulai meronta lagi.

"Last time?"

"No."

Raut muka Ren menjadi lucu seperti anak kecil yang tidak mendapatkan mainannya. Pemandangan yang sangat langka. Lucas beruntung bisa melihatnya, ia dapat melihat wajah Ren yang merengek itu. Ia yakin selama ini hanya dia yang melihat raut Ren seperti itu. Hari-hari Ren selalu bermuka serius, dingin dan ignorance.

"Jawab gue..."

Ren menaikkan satu alisnya, Lucas memang aneh. Belum memberi pertanyaan tapi sudah meminta jawaban.

BROTHERS.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang