Chapter 04

577 82 12
                                    

Tujuh Tahun Kemudian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tujuh Tahun Kemudian

Zhang Qiling mendengar alunan lagu setiap malamnya di bar ini. Terkadang keras bersemangat, terkadang mengalir dalam tempo sedang, dan saat malam makin menua, ia terbiasa menggantinya dengan lagu serupa mantra lembut. Bahasa asing yang tidak pernah benar-benar ia mengerti sebelumnya. tapi beberapa bagian otaknya ~~ anehnya menyematkan kata-kata itu sebagai untaian yang familiar. Seperti lagu pengantar tidur yang jauh, seseorang yang bernyanyi untuknya. Dari masa bertahun-tahun lalu.

Sudah lama sekali.

Zhang Qiling merasa aneh. Tidak kecewa atau sedih. Hanya aneh. Semakin ia mendengarkan, semakin banyak kerinduan menguras energinya. Terkadang ia merasa lemas bagai tak bernyawa.

Sudah lama sekali sejak ia merasakan sensasi kegembiraan dan rasa takjub saat melihat benang merahnya terhubung dengan Wu Xie. Benang-benang terasing masih berkelip di sekitarnya dan dia ibarat seekor laba-laba terjebak di tengah-tengah.

Lewat tengah malam ini dia kembali memikirkannya sambil merapikan area bar ditemani lagu cinta bertempo lambat, suara penyanyi membuai seolah-olah dia tahu betapa kosongnya perasaan Zhang Qiling jauh di lubuk hati.

Banyak yang berubah selama rentang waktu tujuh tahun. Selain musim demi musim mengubah wajah kota dengan keunikan dan warna warni tersendiri, Zhang Qiling pun belajar melakukan banyak hal.

Tahun ini usianya menginjak dua puluh tujuh. Dia mengambil pekerjaan sebagai wakil manager di bar terkenal di pusat hiburan Hangzhou. Bar itu milik sang paman yang masih belum rela melepas jabatan manager walau pun dia sudah sangat pemalas dan kurang produktif. Akhirnya, Zhang Qiling yang bertanggungjawab atas semuanya. Dia tidak memikirkan akan berakhir di tempat semacam ini.  Tetapi setelah ia lulus kuliah, tak banyak tawaran yang begitu menjanjikan seperti tawaran pamannya. Tentu saja. Dia bisa mentoleransi semua kelalaian mau pun kesalahan Zhang Qiling.
After family is family.

Sesekali, menjadi bartender akan menghibur hatinya yang sepi, dan mengalihkan perhatiannya dari segala jenis warna menyilaukan dari jalinan benang merah gaib yang tak pernah bisa ia hindari. Paman Rishan akan mengingatkannya sesekali akan kemurahan hati menjadi makcomblang bagi seseorang. Kadangkala Zhang Qiling melakukannya. Tapi lebih banyak ia mengabaikannya, memilih fokus dengan pencapaian dalam hidup.
Paling tidak satu impiannya sudah tercapai. Mengganti motor besar dengan sedan Chevrolet hitam impiannya.

Malam yang berangin di bulan Juli, salah satu dari sekian malam hangat di musim panas, bar seramai biasanya.  Zhang Qiling berdiri mengawasi suasana di samping bartender area.

"Minum! Minum! Minum!"

Sekelompok pemuda di arah jarum pukul sembilan mulai meneriakkan agar seseorang menenggak minumannya.

Ya Tuhan, pikir Zhang Qiling. 

Malam ini lebih berisik dari biasanya.

𝐅𝐢𝐫𝐬𝐭 𝐋𝐨𝐯𝐞 (𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞) Where stories live. Discover now