Chapter 17

248 40 19
                                    

Sepasang mata Liu Sang cemerlang di balik lensa dan tersenyum pada seseorang sambil menawarkan segelas lemon squash

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Sepasang mata Liu Sang cemerlang di balik lensa dan tersenyum pada seseorang sambil menawarkan segelas lemon squash.

"Terima kasih!" Orang yang ditawari itu adalah Zhang Rishan. Seperti biasa dia datang dan pergi sesuka hati di dalam bar. Dia menerimanya dan dengan penuh semangat meminum minuman itu, mengamati balok-balok es batu. Dia membanting gelas ke atas meja dan menghela nafas panjang.

"Jadi, Xiao ge masih tidak ada di sini?"

Dia ingin memastikan dengan suara penuh pertanyaan. Bagi Liu Sang itu adalah surga, kesempatan emas untuk melakukan percakapan yang layak membahas orang yang dia sukai. Dia terkekeh dan mengambil kembali gelas itu.

"Akhir-akhir ini dia selalu mengurung diri di ruang kerjanya," ia menjawab, mengabaikan keheranan di wajah paman Rishan.

"Pemuda bernama Wu Xie itu, apa dia masih suka datang kemari?" Dia meregangkan tubuhnya sedikit dan meluruskan.

"Selalu. Tetapi Xiao ge tidak pernah menemuinya lagi sekarang. Sepertinya mereka sudah tidak berteman baik." Dia sedikit menyeringai, masih merasa energik untuk memiliki kesempatan mendekati Zhang Qiling setelah renggangnya komunikasi dia dengan Wu Xie.

"Pasti ada kesalahpahaman diantara mereka," gumam paman Rishan, disambut gelengan oleh Liu Sang.

"Tidak ada hal semacam itu. Mereka hanya tidak berjodoh satu sama lain. Untuk apa dipaksakan?"

"Begitu ya?" Paman Rishan mengerling geli. Dia menangkap kecemburuan di sana. "Tapi kulihat benang merah takdir diantara mereka masih terikat dengan kuat, dan nyalanya berkobar."

Liu Sang mendecih. Takhayul bodoh itu lagi. Dia sudah cukup dengan orang minum dan mabuk semalaman, tidak perlu ditambahkan dengan orang yang tidak minum tapi lebih mabuk dari para pengunjung.

"Aku juga sudah mengikat benang merahku," dia mengangkat tangan kanannya, memperlihatkan dengan bangga gelang tali merah yang cukup bagus.

"Aku akan membelikan satu untuk Xiao ge, biar couple."

Melihat betapa konyolnya sikap Liu Sang, paman Rishan tertawa singkat namun tidak berkomentar apa-apa.

Pada saat itu seseorang muncul di antara para tamu. Mereka melihatnya bersamaan.

"Entah sudah berapa malam berturut-turut dia datang tanpa bisa menemukan Xiao ge. Rupanya bocah nakal itu gigih juga," dengus Liu Sang.

Dia melihat Wu Xie duduk dengan wajah muram di satu meja dan memesan sebotol minuman anggur merah terbaik. Menuangkan dan meneguknya secara perlahan, Liu Sang melihat pemuda itu bahkan sudah lesu sebelum mabuk. Dia menyeringai pada paman Rishan.

"Apakah dia masih belum sadar bahwa Xiao ge tidak akan menemuinya lagi?" Liu Sang ingin membuat kesalahpahaman di antara mereka dan melihat mereka putus, dia menunjuk pada Wu Xie dengan ragu-ragu menatapnya lalu menyunggingkan senyum penuh siasat. Dia tidak tahu persis apa yang membuatnya berduka sampai sejauh ini atau apa yang membuat mereka menjadi bertengkar, tetapi apa pedulinya.

𝐅𝐢𝐫𝐬𝐭 𝐋𝐨𝐯𝐞 (𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞) Onde as histórias ganham vida. Descobre agora