Chapter 11

292 55 20
                                    

Ketika dewa tidak sempat menengok manusia, dia mengirimkan cinta.

💜💜💜

Wu Xie, dua puluh tahun, seorang mahasiswa bebas dan liar, mencari jawaban, dan Zhang Qiling, si pemimpi, tiga puluh, dikunjungi oleh hantu kenangan yang telah mendominasi hidupnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Wu Xie, dua puluh tahun, seorang mahasiswa bebas dan liar, mencari jawaban, dan Zhang Qiling, si pemimpi, tiga puluh, dikunjungi oleh hantu kenangan yang telah mendominasi hidupnya.

Jadi, pertemuan ini nyata sekarang.

_______________

"Xiao ge, siapa dia?" Karena tidak mendapat jawaban verbal dari Zhang Qiling, Wu Xie mengulang pertanyaan.

"A-aku tidak tahu," Zhang Qiling tergagap, meski tetap terlihat anggun dan tenang. Senyum kaku terbentuk di sudut bibirnya.

"Tuan Zhang, siapa dia?" Liu Sang mencondongkan tubuh pada idolanya, kedua tangannya masih memegang papercup.

"Dia--," Zhang Qiling menoleh pada Liu Sang dengan kilasan gusar di matanya.

"Apa kita cukup akrab hingga kau banyak bertanya?" ia mendesis geram.

Liu Sang mencibir sebal. Entah mengapa, padahal ini sama sekali bukan urusannya. Selama mengawasi Zhang Qiling di bar sebelum ia nekad menemuinya dengan cara menguntit, ia seringkali melihat pria itu didekati para tamu mau pun pegawai, dan ia merasa baik-baik saja walau pun tidak suka. Namun kali ini, melihat seringai samar di wajah Wu Xie yang jelas-jelas lebih rupawan, dia merasakan dengki yang tak tertahankan. Rasanya seperti tidak nyaman, dan merasa terancam.

Tidak satu pun dari mereka bergerak saat mereka saling berhadapan. Detik demi detik berlalu hening, dan mereka tidak mengatakan apa-apa.

Tiba-tiba Wu Xie merasa bersalah karena muncul dengan cara ini, tanpa peringatan, dan itu membuatnya lebih sulit. Awalnya dia berpikir bahwa dia akan tahu harus berkata apa. Tapi dia tidak melakukannya. 
Segala sesuatu yang muncul di kepalanya tampak tidak pantas, entah bagaimana, terasa kurang.

Pertanyaan yang awalnya sangat ingin ia ajukan sejak bertahun-tahun lalu, mendadak hilang.

"Xiao ge, kupikir kita harus bertemu lain waktu. Pangzhi menungguku," ujar Wu Xie datar, ia sempat ragu untuk mengakhiri pertemuan manis ini, tapi ia benar tentang Pangzhi yang menunggunya untuk kembali.

"Tunggu, Wu Xie-- aku," sentakan ketakutan yang familiar menyergap Zhang Qiling. Dia tidak boleh kehilangan jejak Wu Xie lagi. Dia ingin menanyakan semua detail informasi, dan kemana ia harus pergi jika ingin menemui Wu Xie. Banyak pertanyaan yang ingin ia ucapkan namun yang keluar dari mulutnya adalah sesuatu yang lain.

"Aku harap kau benar-benar menemuiku," ia berkata canggung.

Wu Xie maju selangkah, mendekatinya. Berada dalam jarak sedekat ini, Zhang Qiling disergap rona nostalgia. Dia benar-benar merasa takjub hingga sulit bicara dengan benar. Benang merah itu semakin menyala, memberinya keberanian. Zhang Qiling memberanikan diri mengulurkan tangan untuk menyentuh bahu Wu Xie.

𝐅𝐢𝐫𝐬𝐭 𝐋𝐨𝐯𝐞 (𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞) Where stories live. Discover now