Chapter 14

320 48 32
                                    

Mengapa kau mencintaiku? Seberapa besar kau mencintaiku? Berapa lama kau akan mencintaiku? Pertanyaan-pertanyaan itu tak pernah aku tanyakan padamu, dan tak pernah kau tanyakan padaku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mengapa kau mencintaiku? Seberapa besar kau mencintaiku? Berapa lama kau akan mencintaiku?
Pertanyaan-pertanyaan itu tak pernah aku tanyakan padamu, dan tak pernah kau tanyakan padaku

Kita tak perlu mempedulikan semua itu karena kita tahu jawabannya ada dalam hati kita yang terdalam.
Mengatakan aku cinta padamu, sangat mudah untuk dilakukan. Tapi kita tak terlalu sering mengatakannya.

Kenapa?

Karena semua tindakan kita jauh lebih penting daripada sekedar kata-kata.

Kita saling mengirim pesan setiap pagi mengucapkan "Semoga harimu menyenangkan"
Lalu, sepanjang hari menjadi sangat optimis dan penuh energi.

Kita bicara pada malam hari, mengatakan "Selamat bermimpi indah"
dan kita akan tidur dengan damai dan bahagia.

Saling memberikan perhatian sederhana, "Jaga kesehatanmu, cuaca sedang hujan"
dan hati kita akan menjadi hangat.

Berjalan-jalan, membaca buku, memecahkan puzzle, mendengarkan musik. Bersama-sama.
Semua kegiatan sederhana itu membuat kita lebih dekat dan makin dekat.

Berbaring di atas rerumputan, memandang langit biru di angkasa, menceritakan candaan-candaan kecil dan tertawa bersama.
Kita telah merangkai momen-momen indah menjadi kenangan yang tak terlupakan.

Percikan sinar matamu, menunjukkan padaku jalan untuk meraih mimpi menjadi kenyataan.

Angin yang lembut, rintik hujan yang sunyi. Musim gugur yang dingin.

Setiap kali alam menyentuhku.
Aku terkenang kembali momen perjumpaan denganmu.

Apakah ini takdir?

💜💜💜

Apakah cinta pertama yang menjadi cinta terakhir benar-benar mungkin?

Duduk di ruang tamunya, Zhang Qiling memikirkan pertanyaan itu untuk yang keseratus kalinya. Hampir satu setengah bulan berlalu setelah pertemuan kembali dengan Wu Xie. Mereka memiliki kesempatan berjalan-jalan, minum kopi di kafe romantis dengan iringan nada lembut, dan pertemuan singkat di bar pada malam hari. Waktu berlalu begitu cepat saat seseorang sedang bahagia.

Di luar, matahari musim panas masih terik saat siang menjelang sore. Kemilau jingga terlihat melalui jendela, dan selain ketukan lembut ranting bunga di kaca, semuanya sunyi. Namun dia tahu bahwa ia tidak sendirian di rumah ini, dan dia bangkit dari tempatnya di sofa dan berjalan menyusuri lorong untuk mengintip pria tua itu. 

"Aku terkejut melihatmu ada di rumah pada akhir pekan," Zhang Rishan duduk di sofa kebesarannya dekat perapian dengan surat kabar di tangan.

"Kau sering keluar rumah akhir-akhir ini, di luar jam kerja."

𝐅𝐢𝐫𝐬𝐭 𝐋𝐨𝐯𝐞 (𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞) Where stories live. Discover now