Chapter 05

545 86 35
                                    

Zhang Qiling tercengang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Zhang Qiling tercengang.

Harusnya dia sudah tahu sejak awal, melihat dari gayanya, Wu Xie adalah tuan muda yang menyukai benda-benda bagus.

"Ayo! Sebelum si gendut menangkapku!"

Wu Xie kembali mengajak Zhang Qiling berlari. Kali ini melewati baris-baris pertokoan, rumah makan, dan kedai kopi. Kemudian mereka tiba di satu persimpangan, Wu Xie berbelok ke kiri.

"Ini tidak akan berhenti sampai pagi," dengusnya di tengah nafas terengah. Beberapa detik ia memindai sekitarnya, lalu matanya tertumbuk pada satu galeri seni. Di samping pilar-pilar penyangga kanopi, di halamannya terdapat pohon-pohon cemara setinggi dua meter dan dihiasi lampu kecil berkelap-kelip.

"Sembunyi di sana," bisiknya pada Zhang Qiling.

Lagi-lagi, Zhang Qiling mengangguk patuh.

Derap langkah beberapa orang diiringi lengkingan teriakan Pangzhi mengatasi suasana ramai jalanan.

"Sudah kubilang awasi tuan muda! Oi, sialan kalian semua!"

Dari balik pohon-pohon cemara, Wu Xie mengintip pada dua orang bodyguard yang diutus ayahnya untuk mengawal kemana pun ia pergi. Rasanya ingin tertawa menyaksikan raut wajah cemas mereka. Tapi ini bukan waktu yang tepat untuk tertawa.

"Siapa mereka?" bisik Zhang Qiling.

Wu Xie mengatur nafas sebelum menjawab, "Mereka pengawalku, dan paman gendut itu dia orang kepercayaan ayah."

Tentang Pangzhi, Zhang Qiling setidaknya sudah tahu.

"Kenapa harus melarikan diri? Mereka bukan penculik bukan?"

"Akan kujelaskan nanti," desis Wu Xie acuh tak acuh. Sekali lagi ia menyembulkan kepala, mengawasi para pengejarnya.

Sial! Bertepatan ia mengintip, salah seorang pengawal itu menoleh ke arah pohon-pohon cemara hiasan tempatnya bersembunyi.

"Ahh! Nyaris...!" Wu Xie menggeram, ia melihat raut wajah Zhang Qiling yang sulit dijelaskan.

"Salah satu dari mereka kesini," ia berbisik cemas.

Tidak boleh! Mereka tidak boleh menemukannya.

"Sembunyi seperti ini bukan jalan keluarnya. Kita harus berakting cerdas," gumam Wu Xie.

"Maksudmu?"

Wu Xie memposisikan diri, punggungnya bersandar pada kaca galeri, lantas ia menarik Zhang Qiling untuk berdiri tepat di depannya. Dengan begitu ia terlindungi. Tubuh Zhang Qiling lebih tinggi darinya, serta memiliki bahu lebar dan tegap. Meski tidak sempurna, bayangannya saja sudah cukup melindungi Wu Xie dari para pengejar. Tetapi posisi seperti ini justru semakin mencurigakan.

"Tuan, daripada kau menghabiskan waktu menunggu orang mabuk dalam bar, kenapa tidak membantuku menciptakan satu kisah cinta murahan dan menyelamatkanku dari mereka?" Wu Xie menampilkan seringai khas miliknya.

𝐅𝐢𝐫𝐬𝐭 𝐋𝐨𝐯𝐞 (𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞) Where stories live. Discover now