Adu Isi Kepala

22 1 0
                                    

"Bagaimana rasanya dicintai oleh banyak manusia di bumi ini?"

Aku terdiam. Pertanyaan sulit, pikirku

"Semakin takut"

Gadis itu meringis dengan memberikan tatapan yang tak bisa kuartikan, "kau takut dengan banyak orang yang begitu baik dan mau menerimamu? lalu bagaimana dengan ketakutanku yang tidak memiliki siapapun?"

Aku menepuk pundaknya pelan , "Ketakutan yang dimiliki setiap manusia berbeda, bukan?"

Kali ini dia terdiam dan aku tidak mencoba mencari tahu apa yang ada dipikirkannya.

"Beritahu aku, apa yang sebenarnya kau takutkan?" tanya dia.

"Banyak"

"Salah satunya?"

"Ditinggalkan"

Temanku tertawa mendengarnya, "people come and go, u know?"

Aku mengangguk setuju,"karena aku paham itu, semakin aku merasa dicintai aku semakin mau egois. Aku semakin mudah merasa ditinggalkan"

Aku menghela nafas, mencoba menenangkan diri yang kurasa mulai tidak baik-baik saja.

"Kau tahu? terlalu banyak topeng yang aku pakai. Hingga bingung mau pakai bentuk dan warna yang seperti apa. Aku mudah menangis, mudah memikirkan banyak hal. Aku juga mudah merasa bahagia. Ada suatu waktu ketika mereka tidak lagi sama, aku akan berfikir 'Apakah ini saatnya? Apakah hanya sampai sini aku bisa menemaninya? Apa hanya sebatas ini aku bisa bersamanya?'"

Dia tersenyum, "karena alasan itu kamu tidak mudah percaya pada manusia?"

"Tidak. Bukan tentang itu. Kamu tidak akan mengerti, aku sangat rumit", aku tahu dia mulai sebal dengan jawabanku.

"Karena aku tidak mau ditinggalkan, jadi aku selalu memikirkan bagaimana cara berpisah dengan mereka. Aku tidak mau membuat mereka bingung ketika akan meninggalkanku. Setidaknya perpisahan yang aku buat tidak akan membuat mereka sedih dan menangis. Terlebih aku sudah siap untuk tidak lagi bersama mereka."

"Kau egois! Tidak ada yang siap dengan namanya perpisahan!" nadanya kali ini tidak lagi tenang.

Lagi-lagi aku menghela nafas lelah, "Aku bisa yakin kalau aku tidak akan meninggalkan mereka kecuali karena kematian, tapi aku bisa merasakan kapan mereka akan mulai meninggalkanku"

"Manipulatif!", katanya dengan sebal.

Aku hanya tersenyum, "sudah ku bilang, aku rumit. Kau tidak akan mengerti jadi aku"

Dia terdiam cukup lama.

Aku menatap matanya, mencoba mencari tahu apa yang ada di isi kepalanya.
Aku sudah tidak peduli, apakah ia akan mau tetap menjadi temanku setelah mendengar satu rahasia yang memang aneh ini.

"Yang perlu kau tahu, semua orang memiliki pikiran yang tidak sama. Jadi, berhenti menyamakan dengan isi yang ada di kepala sendiri. Temukan bahagiamu sendiri, meskipun kamu sendirian. Ku beri tahu, ada satu hal yang sedang ku upayakan"

Ia melirik ku.
"Selalu mempercayai sekalipun semua manusia pergi, Allah tetap di sini. Bersamaku"

KetukDonde viven las historias. Descúbrelo ahora