36. DAY 1

4.6K 229 44
                                    

Happy reading

Hari pertama telah tiba. Seluruh murid-murid SMA GARUDA BANGSA sedang sibuk untuk mengatur dan menyimpan barang-barang yang akan didonasikan kepada anak Panti Asuhan. Untuk hari ini, mereka akan melakukan kunjungan ke salah satu Panti Asuhan yang berada di pertengahan kota Jakarta.

Sebagian siswa banyak yang mondar-mandir karena membantu para panitia osis. Dan sebagiannya juga tetap belajar di dalam kelas. Karena yang ikut hanya perwakilan di setiap kelas, yang menjadikan pelajaran masih bisa berlangsung.

Ketua osis, yaitu Shaka Zergino Derlangga. Ia tengah mencatat seluruh barang-barang yang telah dimasukkan ke dalam bagasi mobil. Diikuti dengan Thalia di sampingnya yang membantu arahkan teman-temannya.

Athala yang berada di pinggir lapangan melihat itu semua. Jika bukan Thalia yang telah mengancamnya, laki-laki itu sepertinya akan bertindak sesuka hatinya dengan mengambil Thalia dari jangkauan Shaka.

"Gak ikut bantuin bos?" sahut Ijal sembari menikmati es teh ditangannya. Cuaca yang panas membuat anak Arbani berlindung di bawah pohon untuk menjauhkan diri dari terik matahari. Padahal, terik matahari pagi sangat baik untuk kesehatan.

"Males," jawab singkat Athala.

Reja berdehem. "Males bantuin atau males ngeliat pacar lo berduaan ama dia, bos?"

Athala tidak menjawab. Ia hanya menaikkan bahunya tak acuh, seakan tidak mendengarkan omongan Reja.

"Sembarangan lo Ja! Liat noh, Mereka nggak berduaan aje. Segerombolan malah!" ucap Bagas.

"Iya noh, noh!" sambung Nail mengangguk-angguk.

Bagas mencibir menatap Nail. "Apaan lo, noh-noh?!"

"Ya noh!" balas Nail lebih menekankan.

"Nah-noh, nah-noh. Gak jelas lo pada!" timpal Alan.

Athala menghembuskan nafasnya kasar. Tidak heran jika ia selalu mendengar ocehan-ocehan tidak bermutu yang dikeluarkan dari mulut anggotanya itu. Layaknya makanan sehari-hari, membuat Athala terbiasa. Walaupun kadang suara-suara mereka seperti ibu-ibu rempong yang ingin mengejar diskon.

Vanya menyibakkan rambutnya yang habis terurai itu ke udara. Lalu ia berbalik badan melihat ke belakang, yang disitu ada sekumpulan anak Arbani. "WOI PARA LELAKI! LO NGGAK MAU BANTUIN KITA ANGKETIN NIH BARANG?" tanya Vanya berteriak.

Mendengar itu membuat murid-murid sontak mengarahkan pandangannya ke arah anak Arbani. Yang ditatap pun hanya menanggapinya seraya tersenyum manis.

Thalia mendengus. "Biarin aja Van. Ntar kalau mereka kesini, malah buat kacau."

"Ya ampun Thal... Mereka cuman diem-diem baek disana!" Vanya memijit kepalanya.

Setelah menyimpan barang dan menutup pintu bagasi, Shabina berjalan ke depan mobil. "Udah semua kok Thal. Mereka gak perlu kesini," ucap Shabina.

"Udah ya? Thanks banget kalian udah bantu!" seru Thalia tersenyum. "Sayang banget kalian gak bisa ikut," lanjutnya sedikit nada lirihan.

"Gak papa kali. Kan ada lo sama Anela," ujar Vanya.

Anela yang baru saja datang dari kelas langsung menghampiri Thalia dengan membawa satu dos besar di kedua tangannya. "Ngapain nih ngumpul? Btw, ini isinya main-mainan buat anak kecil disana," jelas Anela.

ATHALA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang