51. JATUH SAKIT

4.1K 184 13
                                    

Kalau kalian ada gak sih, yang kalau sakit tiba-tiba jadi manja bangettt?

Komen ya!

Happy reading

Di pagi hari, meja makan kediaman Rivano telah penuh dengan berbagai makanan. Bibi Yuni sedari tadi pagi yang menyiapkannya untuk dimakan bersama. Walaupun ia sebagai asisten rumah tangga, tetapi dirinya selalu diperlakukan seperti layaknya keluarga sendiri oleh Rivano, Bunda maupun Athala. Bibi Yuni yang tidak mempunyai keluarga dan tempat tinggal memilih untuk mengasuh Athala disaat kedua orangtuanya sibuk dengan pekerjaan di kantor. Dari kecil sampai sekarang pun Athala masih diasuh seperti anak Bibi Yuni sendiri.

Anak itu tidak menolak. Athala suka dengan cara Bibi Yuni yang merawatnya sewaktu bayi sampai sekarang. Ia sangat disayang dan dimanjakan. Namun ada kalanya Bibi Yuni juga menyuruh Athala untuk bersikap dewasa saat ia melakukan sesuatu. Setiap Athala melakukan kesalahan, ada Bibi Yuni yang pasti menceramahinya.

Setelah sekian lama Bibi Yuni memanggil nama Athala namun laki-laki itu tak kunjung turun maupun menyaut, Bibi Yuni memutuskan untuk naik ke kamar Athala. Ia terus memanggil nama Athala sampai tepat di depan kamar laki-laki itu.

"Nak Athala," panggil Bibi Yuni seraya mengetuk pintunya.

"Ayo turun. Makanan sudah Bibi siapkan." Bibi Yuni menunggu jawaban namun nihil.

Wanita itu kemudian memegang gagang pintu dengan perlahan. "Bibi Yuni masuk nih, ya..." Ia lalu masuk ke dalam kamar Athala.

Dahi Bibi Yuni mengerut saat tak melihat Athala tertidur di atas kasurnya. Padahal di hari biasa, laki-laki itu pasti sedang tertidur pulas walaupun matahari sudah terbit. Bibi Yuni kemudian melangkahkan kakinya lebih jauh masuk ke dalam.

"Hayo... Athala dimana nih? Mau main petak umpet sama Bibi ya?" Bibi Yuni lalu berjalan ke arah balkon. Berniat untuk mengecek apakah ada Athala atau tidak.

Tidak ada siapa-siapa pun di sini. Lalu dimana Athala?

Jantung Bibi Yuni seketika berdetak kencang tak karuan. Raut wajahnya ikut pucat saat tidak melihat Athala. "Nak Athala dimana?" panggil Bibi Yuni sedikit meninggikan suaranya.

Bibi Yuni menghela nafas sambil mengusap dadanya. Ia lalu kembali berjalan menuju satu tempat yang terakhir. "Oh... Lagi mandi ya?"

Tidak ada jawaban lagi membuat Bibi Yuni mendekatkan diri ke arah kamar mandi. Tangannya terangkat mengetuk pintu kamar mandi dengan nyaring. Tetapi ada yang terasa janggal. Athala tidak pernah mandi di pagi hari kecuali dirinya ingin pergi ke sekolah. Ditambah laki-laki itu juga suka mengundurkan waktunya untuk mandi.

Tanpa basa-basi lagi Bibi Yuni terpaksa memegang gagang pintu kamar mandi. Bibi Yuni mengecek, untungnya pintu kamar mandi itu tidak dikunci dari dalam. Yang menjadikan Bibi Yuni dapat masuk dengan cepat. Karena Athala tidak biasanya seperti ini, Bibi Yuni tambah cemas dibuatnya.

Saat pintu terbuka, menampilkan sosok laki-laki yang terbaring di atas bath up dengan wajahnya yang menghadap keatas. "NAK ATHALA?!" Bibi Yuni berteriak menjerit. Suara teriakannya yang membuat Bunda dan Rivano terkejut dari bawah sana.

"Kenapa Bi?" teriak Bunda dari bawah.

"Nak Athala, nyonya! Ayo naik," kata Bibi Yuni panik. Ia lalu berusaha mengangkat Athala namun postur tubuh Athala yang lebih besar daripada Bibi Yuni membuat Wanita itu kesusahan untuk mengangkat tubuh Athala.

Bibi Yuni kemudian beralih dengan memegang wajah Athala yang sangat dingin. Bibir laki-laki itu juga sudah sangat pucat dan mengering. Bibi Yuni tidak ada habisnya mengusap-usap wajah Athala untuk menyalurkan kehangatan. Dirinya juga sesekali menepuk-nepuk pipi Athala tetapi tidak ada reaksi sama sekali.

ATHALA [END]Where stories live. Discover now