3

21.7K 2.2K 67
                                    

"Siapa disana?"

Deg.

Anjingg kenapa harus ketahuan segala. Umpatnya dalam hati.

"Kucingg" Sahut Ratu dengan suara yang dibuat-buat.

Dengan terburu-buru Ratu langsung meninggalkan tempat itu dan berlari kencang menuju kamarnya.

Ceklekk.

Brakkk.

"Haahhh...hahhh..huuhhh..."

"Berasa dikejar setan dah gue" Gadis itu langsung merebahkan tubuhnya ke brankar.

Wushh!!

"Uhukkk....uhukkk."

"Mau coba kabur hm?" Sesorang entah siapa tiba-tiba muncul didekat brankar nya.

Buseddd srepettt, cakep bener nih lakik, cocok sih sama gue. Pikir Ratu.

Tangan pemuda asing itu menyadarkannya dari lamunanya. Meski tangannya membelai lembut pipi nya, ada sedikit ketakutan di dalam diri gadis itu.

"Ka-kamu siapa?" Ujarnya terbata-bata.

Senyum seringai muncul diwajah pemuda itu. "Kau sudah melihat diriku yang sebenarnya gadis manis."

Mata Ratu melebar. Jadi makhluk yang tadi ia lihat itu adalah pemuda didepannya?

Bukannya takut, Ratu malah tersenyum lebar menampilkan gigi ratanya. "Woahhhh!! Jadi lo yang tadi terbang? Kok bisa sih lo terbang?! Apa jangan-jangan lo punya kekuatan superr!?? WAHHH JINJJAAA?!!! DAEBAKKKK!!!" Hebohnya.

Pemuda itu terkejut. Tak menyangka dengan respon gadis didepannya. Dalam benaknya pasti gadis ini akan ketakutan setelah mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya seperti para korbannya. Dan pasti setelah orang itu tau dirinya bukan manusia biasa pasti akan mencemohnya dengan sebutan 'monster iblis'.

"Kau tak takut?" Tanya pemuda itu tanpa melepas tangannya yang masih membelai pipinya.

Kening Ratu mengerut lalu dia memiringkan kepalanya. "Kenapa harus takut?"

Mendengar pertanyaan dari gadis itu, pemuda itu langsung mengencangkan cengkramannya pada pipinya.

Rahangnya mengeras. "Cihh!! Tak usah berpura-pura. Kau tak perlu berpura-pura tak takut seperti itu. Semua orang yang telah melihat diriku yang sebenarnya akan takut seperti mereka yang telah menghinaku."

Dirinya kini semakin mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu.

"Ucapkan kata-kata terakhirmu gadis manis."

Mata pemuda itu seperti menghipnotis Ratu untuk terus menatapnya. Walaupun dirinya sedikit merasa takut tetapi ketika melihat matanya yang hanya menyiratkan luka, kesepian, dan dendam yang hanya ia pikirkan hatinya tiba-tiba terenyuh.

Gadis itu memberanikan diri untuk membelai pipi pemuda didepannya.

"Are you okay?" Suara lembut Ratu membuat badannya menegang.

Terlihat jelas dimata gadis itu seperti mengkhawatirkan nya.

Tangan yang awalnya berada dipipinya kini berpindah diatas kepalanya. Ratu mengusap lembut rambutnya.

"Gue tau lo nggak baik-baik aja. Walaupun gue gatau lo kenapa, gue harap lo akan terus kuat seperti ini. Segan yang manis."

Senyuman tulus Ratu membuat pemuda itu sedikit merasa nyaman?

Cekleekk.

"Astaga sayang. Maafin Mama sama papa baru bisa dateng sekarang. Kamu baik-baik aja kan sayang?"

Ratu menoleh kearah pintu. Disana terdapat wanita dan pria paruh baya yang datang bersama satu gadis cantik dibelakangnya.

Apa mereka keluarga Azlea? Si Antagonis sebenarnya? Batinnya.

"Mama? Papa?" Gumam Ratu.

Wanita paruh baya itu mendekat kearahnya. "Iya sayang ini mama sama papa. Maaf ya, gara-gara kakak kamu yang bandel ini kamu jadi masuk rumah sakit. Maaf juga mama sama papa baru bisa pulang sekarang. Kamu udah makan sayang?"

Ratu menggeleng sebagai jawaban. Dirinya masih sedikit bingung dengan situasi seperti ini. Terlebih lagi ingatan tentang tubuh ini hanya menjelaskan tentang kedua orang tua yang menyayangi nya saja.

Dirinya juga tidak tau nama dari pemilik tubuh ini.

"Yaudah sekarang Vania makan ya. Mama udah beliin martabak kesukaan kamu."

Vania? Jadi nama gue sekarang Vania? Oke berarti sekarang gue udah ganti nama jadi Vania. Batin Ratu.

Vania hanya menganggukan kepalanya.

"Lea! Cepat kamu minta maaf sama adikmu. Karena perbuatan kamu, adikmu jadi terluka." Titah Papa.

"Nggak!! Suruh siapa dia sok-sokan mau jadi pahlawan kesiangan si nenek lampir cihh!!!" Balasnya ketus.

"Azlea. Minta maaf sama adikmu atau papa akan pindahkan kamu ke rumah eyang?" Tegas Papa.

"PAPA APA-APAAN SIH!?? UDAH BERAPA KALI LEA BILANG!!! LEA NGGAK MAU PINDAH!! STOP ANCAM LEA UNTUK PINDAH!!!" Azlea pergi keluar meninggalkan ruang rawat adiknya.

Vania terkejut mendengar bentakan itu. Semarah-marahnya dirinya terhadap orang tuanya mana berani dirinya membentak kedua orang tuanya.

"Sabar pah. Istighfar." Suara lembut Mama menenangkan emosi Papa yang hampir meledak.

Vania yang tidak tau inti dari permasalahannya hanya memandang kedua orang tuanya bingung.

"Mah? Pah? Apa yang sebenarnya terjadi?" Vania bertanya dengan raut wajah kebingungan.

"Kamu nggak inget sayang?" Tanya Mama.

Vania menggeleng tanda tak ingat.

"Kamu beneran nggak inget kenapa kamu bisa berada dirumah sakit?"

Vania kembali menggeleng.

"Astaga sayang, apa kamu anemia??!" Paniknya.

Vania menatap Mama nya cengo. "Ralat Mah. Amnesia bukan Anemia."

"Ah iya iya maksud Mama itu." Mama tersenyum lebar. "Kamu beneran nggak inget sebulan yang lalu kamu kecelakaan gara-gara nyelamatin teman kakak kamu yang sengaja didorong sama Azlea kakak kamu?"

Vania menautkan kedua alisnya. Sepertinya ia sedang mengingat-ngingat sampai mana part nya sudah berjalan.

Teman Azlea siapa? Apa mungkin Sabina? Kalo memang Sabina berarti plot udah berjalan sampai part pertengahan. Syukur deh belum dipuncak konflik, berarti masih ada kesempatan gue untuk merubah alurnya kan? Ah iya, didalam novel juga Vania bakalan tetap koma sampai puncak konflik. Monolognya dalam hati.

"Kalo kamu nggak inget jangan dipaksain dulu ya sayang? Oh iya sebelum Mama masuk Mama denger kamu lagi ngobrol sama seseorang? Tapi kok pas Mama masuk kamu sendirian ya?"

Lah? Vania baru menyadarinya. Kemana perginya si Segan? Setan gantengnya?

"Nggak kok Mah. Dari tadi Vania cuma sendirian. Sini biar Vania makan sendiri aja Mah makanannya." Gadis itu mengambil alih martabak yang ada ditangan Mamanya.

Memakannya dengan lahap perisis seperti orang yang kelaparan.

"Mwama Mwau?" Tanyanya dengan mulut penuh.

Mamanya hanya menggeleng sambil tersenyum. "Buat Vania semua, Mama nggak minta. Udah habisin semua aja biar kamu cepat sembuh."

Gadis itu hanya mengangguk sambil melahap kembali martabaknya.

"Mulai sekarang kau tak akan bisa jauh dariku gadis manis." Bisik sosoknya yang tak terlihat.

TBC.

Eyyo epribadeh.

Jangan lupa di Vote ya tante<3

Mysterious Second CharacterWhere stories live. Discover now