8

16.6K 1.9K 38
                                    

Vania memasuki ruang rawatnya dengan tergesa-gesa. Menahan malu yang amat besar.

BRAKKK.

Menutup pintunya dengan keras. Bisa-bisanya dirinya salah memasuki kamar. Mana yang ia masuki adalah kamar laki-laki lagi. Aishhhh!!!

"Dari mana aja lo hah!?" Azlea bertanya kepada sang adik.

"I-ituu anu ah iya beli anu....eh?" Menggaruk kepala yang tidak gatal.

Azlea mengangkat satu alisnya. Sejak kapan adiknya jadi prik begini?

"Anu apaan?" Tanyanya.

"Eumm..itu lho, apasih namanya gue lupa. Ah iya beli deodoran." Memasang senyum lembar untuk mencairkan suasana.

"Hah?" Beo Azlea dengan wajah cengo.

"Ah udah lupain aja. Btw ngapain kakak kesini?" Vania berjalan menuju tempat tidurnya.

"Disuruh Papa." Jawabannya singkat.

Gadis itu hanya menganggukan kepalanya untuk menanggapi perkataan dari kakaknya. Vania tak berniat untuk membuka pembicaraan kembali dengan sang kakak.

Azlea mendudukan dirinya di sofa sambil memainkan handphonenya. Canggung, itulah yang dirasakan keduanya.

Setelah mereka terdiam cukup lama, Azlea bangkit dari duduknya. "Gue pergi, ada urusan."

Tanpa menunggu jawaban dari Vania, Azlea langsung pergi meninggalkan gadis itu. Vania meletakkan handphone nya setelah melihat kepergian kakaknya.

"Gila!! Canggung banget busedd."

Gadis itu kini berjalan hendak keluar. Memunculkan kepalanya saja dari pintu. Mengintipnya seakan takut bertemu dengan seseorang.

"Aman." Kepalanya celingak celinguk memastikan sesuatu.

Menutup kembali pintunya. Berbalik kearah kamarnya.

Senyum tipis terukir dibibirnya. "WAKTUNYA KONS-"

Tokkk Tokkk.

Vania mendengus kesal. "Aishhh!!! Siapa sih!!! Ganggu waktu gue aja!!"

Ceklekkk.

Terlihat seorang wanita paruh baya berdiri didepan pintu. Gadis itu menautkan alisnya sebagai tanda berpikir.

"Assalamu'alaikum non. Saya Bi Arum, asisten rumah tangganya non."

Ah! Sekarang Vania tau, orang didepannya itu adalah orang yang telah merawatnya dari kecil.

Gadis itu tersenyum tulus. "Waalaikumsalam Bi." Ujarnya sambil menyalami Bi Arum.

"Bibi kesini disuruh tuan untuk bantuin non buat beres-beres."

"Loh??! Emang Vania udah boleh pulang bi?"

Bi Arum mengangguk. "Sudah non. Tadi kata tuan, dokter sudah mengizinkan non buat pulang."

Raut wajah gadis itu tampak sumringah. "Beneran bi? Berarti besok Vania udah boleh sekolah dong!!!" Pekiknya senang.

"Kalo itu saya kurang tau non. Lebih baik non tanyakan sendiri pada tuan." Jawab Bi Arum dengan lembut.

Vania mengangguk dan tersenyum sambil mempersilahkan Bi Arum masuk.

••••

"Sabina!! Dengerin penjelasan gue dulu." Laki-laki itu terus mengejar gadisnya yang terus berjalan didepannya.

Mencengkal pergelangan gadis itu hingga berhenti. "Dengerin penjelasan gue dulu baru lo boleh pergi."

Gadis itu menghempaskan tangan yang mencengkalnya dengan kasar.

"Berhenti ngikutin gue!! Gue nggak butuh penjelasan lo!!!" Sabina kembali berjalan tanpa memperdulikan lelaki tadi.

Alden menghela nafas kasar. "Kali ini aja Bina!!! Gue janji nggak akan ganggu lo lagi, tapi biarin gue jelasin semuanya ke lo."

Alden kembali mengambil tangan Sabina dengan lembut. "Kali ini aja gue mohon."

"10 menit. Gue nggak ada waktu lebih lama untuk mendengarkan semua omong kosong lo." Jawab Sabina judes.

"Azlea yang maksa gue buat nglakuin itu semua." Gadis itu mulai melirik laki-laki disampingnya itu.

"Lanjut." Sabina tertarik dengan apa yang diucapkan Alden barusan.

"Azlea ngancem gue bakal bilang sesuatu ke Papa kamu tentang rahasia itu. Azlea tau semua tentang kita Bina."

Sabina menahan emosi mendengar penjelasan Alden. Lagi-lagi ini semua perbuatan mantan sahabatnya itu.

"Azlea sudah sangat keterlaluan!! Gue akan gertak dia untuk tidak ikut campur lagi atas semua urusan gue!!!" Gigihnya.

Laki-laki itu berlutut didepan Sabina. "Maafkan aku. Aku sudah mengecewakan mu."

Gadis itu melotot. Apa-apaan sahabatnya ini!? Demi mendapatkan maafnya dirinya sampai rela berlutut didepan banyak pasang mata yang sedang menatap mereka!!!

Memegang kedua lengan Laki-laki itu. Menyuruhnya untuk bangkit. "Apa-apaan sih lo!?!! Bangun!!! Atau gue nggak akan pernah maafkan lo seumur hidup!!!" Ancamnya.

"Tolong jangan benci gue Bina." Mohonnya.

"Gue udah maafin lo!!! Sekarang bangun!!!! Dan jangan pernah kayak gini lagi!!!!" Marah gadis itu.

Alden bangun dan langsung memeluk gadis didepannya itu. "Makasih Bina...makasih!!" Gumamnya tepat ditelinga Sabina.

••••

Keesokan harinya, Vania sudah lengkap dengan seragamnya. Kemarin, setelah membujuk sang Papa akhirnya Vania diizinkan untuk berangkat ke sekolah.

Dirinya sangat antusias untuk pergi ke sekolah. Melihat dramanya secara langsung mungkin akan sangat menyenangkan. Senyum lebar terus menghiasi bibirnya.

Sambil menenteng tas dilengan kanannya, dirinya berjalan menuruni tangga.

"Pagi semuaa!!!!" Sapanya dengan hati senang.

Gadis itu mendudukan dirinya dihadapan kakaknya.

"Papa memang yang terbaik." Ujarnya sambil mengacungkan kedua jempolnya.

"Kamu Papa bolehin sekolah dengan syarat harus diawasi oleh kakakmu. Azlea jaga adikmu, jangan sampai adikmu kembali terluka karena perbuatanmu." Ujar Papanya.

"Hm." Jawaban singkat itu keluar dari mulut Azlea.

"Kamu berangkatnya sama Papa dan juga Mama aja ya sayang?" Ucap Mama sambil mengambilkan nasi ke piring masing-masing.

"Vania berangkat naik taxi aja Mah Pah. Lagian kantor Papa sama Mama juga nggak sejalan sama sekolah Vania."

"Yasudah terserah kamu saja."

Gadis itu mengangguk sambil memakan makanannya dengan lahap. Vania buru-buru menyelesaikan acara makannya.

Setelah selesai, dirinya langsung pamit dan memesan taxi untuk ia tumpangi.

Didalam perjalanan, gadis itu tersenyum tipis setelah mendapatkan sebuah ide yang akan mengubah alur nanti. Bersenandung ria sambil melihat jalanan luar.

Sesampainya didepan sekolah, Vania langsung membayar dan bergegas untuk turun.

"Akhirnya gue bisa bertemu dengan semua tokoh. Yuhuuu Prince!!!! Calon istrimu ini datangg!!!!" Ujarnya dengan semangat.

Disepanjang perjalanan menuju kelasnya, Vania tak berhenti-hentinya untuk tidak tersenyum. Sungguh gadis itu tidak sabar untuk melihat tokoh-tokoh fiksinya itu.

Saking antusiasnya bertemu dengan semua tokoh, gadis itu tiba-tiba merasa kerah seragamnya ditarik oleh seseorang. Menghentikan jalannya dan berbalik kearah belakang.

"LO!?" Gadis itu terkejut melihat siapa yang menariknya.

"Hm? Kita bertemu lagi gadis cabul." Senyum tipis terbit dibibir lelaki itu.

TBC.

UPDATE 2 HARI SEKALI YA BESTIEE!!!!

Mysterious Second CharacterWhere stories live. Discover now