16...

12K 2K 7
                                    

Raivia bisa melihat dengan jelas bagaimana sibuknya semua orang dalam mempersiapkan pesta ulang tahun Raja Xavier, mereka bekerja dengan sangat giat dan pantas mendapatkan upah lebih.

'Apakah aku akan turut hadir pada pesta tersebut?'

Raivia tiba-tiba teringat saat dirinya di undang ke pesta ulang tahun salah satu teman lamanya bersama sang kakak. Saat itu ia hanya bisa berdiam di pojok ruang yang ramai, tanpa bisa bicara dengan siapapun hanya diam di tempat. Di tengah tengah kebahagiaan semua orang ia bisa melihat temannya lebih akrab dengan kakaknya ketimbang dirinya. Saat itu ia baru sadar teman temannya sudah menjadi milik kakaknya sungguh kenyataan pahit dan harusnya ia merasa kesal bukan.

Dan Raivia tidak berharap banyak pada sang raja yang tampak memperhatikan dirinya. Meskipun mungkin ia dianggap sangat berharga ia tetap akan diam membisu tanpa bisa bicara sepatah katapun. Andaikata ia berada di tengah pesta tersebut ia hanya akan berakhir sama seperti dulu, bukankah itu sama menyesakkan untuknya.

Ngomong-ngomong soal teman bukan kah ia punya dua burung temannya, dan ia sedang menunggu mereka terbang melintas. Raivia hanya bisa bicara pada mereka sehingga merekalah teman yang berati bagi dirinya dan tak akan pernah ia lupakan sampai kapanpun.

. . .

"Bagaimana jika kita membiarkan para gadis dan wanita bangsawan menari bersama anda saat pesta?"

Franco masih berusaha menjodohkan Rajanya dan ingin sang raja segera menikah bagaimanapun caranya.

"Aku benci mereka, jika kau tak mau ku bubarkan pesta ini jangan coba-coba melakukan apapun"
Ancam Xavier penuh tekanan sambil menatap lembar lembar kertas di depannya.
Franco menelan air liur nya mereka terancam seperti yang terduga. Namun ini adalah salah satu kesempatan untuk Sang raja mendapatkan calon istrinya.
Laki-laki itu mengusap tangganya sambil berfikir hal apa yang ia bisa usahakan untuk menjodohkan Raja.
Otaknya hampir buntu memikirkan semua ini namun Franco tidak boleh kehilangan akal.

'Apakah aku paksa sang raja menikah saja dengan jebakan?'
Batinnya punya pikiran yang cukup beresiko.

Sedangkan yang di pikiran Xavier saat ini adalah bagaimana cara mengatasi inflasi yang tiba-tiba terjadi. Bahkan masalah lumbung Gandung yang di bakar belum juga selesai tapi mengapa tiba tiba ada laporan inflasi pada uang mata kerajaan. Dan tiba tiba ada daerah yang sudah di kuasai pendatang tanpa dia ketahui.

"APA SEMUA ORANG SUDAH KEHILANGAN AKAL HA!!!"
Tiba tiba Xavier berdiri, menggebrak meja dan berteriak dengan Sangat keras dalam waktu yang bersamaan Franco sampai mundur beberapa langkah dan tubuhnya jadi gemetaran.

"Mengapa ada banyak masalah besar dan mereka tidak mengadakan pertemuan dasar para bajingan!"
Xavier bahkan terdengar menggerakkan giginya menahan amarah

"Ya, yang mulia tenanglah"
Franco tidak berharap kemarahan sang raja semakin meluap. Karena Franco juga takut saat Xavier sudah marah.
Seperti ada tanduk muncul dari kepalanya dan matanya menjadi lebih gelap.

"Masalah ini akan-"
Xavier menatap Franco dan membuatnya berhenti bicara.

"Perintahkan Exel untuk mencari tahu siapa yang bersangkutan menyebabkan peredaran uang berlimpah juga perampokan dan penggal mereka sebelum kau yang ku penggal!"

Franco Langsung meninggalkan ruangan tanpa sepatah katapun ia tahu apa yang di ucapkan sang raja bukanlah main-main semata.

Xavier kemudian kembali duduk dan bersandar namun kemarahannya masih belum reda
Ia menarik nafas dalam dan menghembuskan nya juga dengan sangat berat.

"Para bajingan itu"
Gumam Xavier dengan sorot mata yang tak bisa di gambarkan lagi kemarahannya.

.

.

.







The Moon Wolf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang