44:sebelum bulan setengah lingkaran

9.6K 1.8K 30
                                    


Maafkan atas segala typo happy reading

.

.

.

Langkah kakinya terburu di saat keadaan sedang kacau tidak terkendali di luar. Nafasnya yang tak beraturan hanya bisa terdengar sesak.

Xavier kecil berlari menuju kamar tidur ibunya, ia dalam keadaan ketakutan dan panik. Keringat sudah basah menetes dari kepalanya.

"Ibu ayo pergi, cepat bangun ibu"
Xavier memaksa ibunya yang sedang terkulai lemah akibat sakit untuk bangkit dan pergi mengikuti apa yang dia inginkan.

"Ibu, penyihir menyerang istana, ayo pergi ibu ayo cepat pergi"

Sang ibu hanya menatap anaknya dengan mata berbinar. Tubuhnya tak mungkin kuat untuk di bawa berdiri bahkan berlari.
Sang ibu hanya mengusap wajah anaknya sambil menggeleng lemah.

"Jaga dirimu baik-baik"

"Tidak, aku akan baik-baik saja selama bersama ibu...maka dari itu ayo pergi "
Xavier masih berusaha memaksa ibunya untuk beranjak dari tempat tidur.

Suara kegaduhan dan teriakan semakin kencang. Dan rasa panik yang menguasai keadaan menjadikan ruangan itu terasa tegang.

Jacob saat itu datang, ibu Xavier menatap Jacob penuh pengharapan dan saat itu juga Jacob langsung menarik Xavier keluar ruangan.

"Tidak lepaskan aku... Ibuu..Jacob lepaskan aku"

Tidak perduli sekuat apa Xavier mencoba, Jacob terlalu erat memegang dan menariknya pergi.

Sehingga Xavier hanya bisa berteriak terus memanggil ibunya yang semakin hilang dari pandangan. Terburami oleh derai air mata yang menetes bersamaan.

"IBUU!" Raja terbangun dari mimpi gelapnya. Ia masih duduk di kursi kerjanya dan setelah mimpi buruk itu nafasnya tersengal. Tatapan matanya kosong bersamaan dengan dada yang tiba-tiba di isi sepenuhnya dengan kesedihan.

Raja menggenggam erat tangannya, ia menegaskan rahang berusaha untuk kuat. Bahkan bukan hanya di mimpi saja ia berkeringat sampai terbangun pun ia mendapati hal yang sama.

Ini masih tengah malam dan ia bangun dalam kondisi yang tidak mengenakan.
Raja berhasil menenangkan dirinya, saat ini malah ia tidak merasa mengantuk sama sekali.

Mimpi buruknya masih sering muncul, hal yang sangat menggangu dirinya. Raja akhirnya keluar untuk berjalan jalan, mencari udara segar.

Istana begitu sunyi, para penjaga malam hanya diam tidak mengobrol di posnya.
Mereka hanya bisa berbaur di pergantian waktu jaga.

Sang Raja melangkah mendatangi tempat yang biasanya ia jadikan tempat untuk menenangkan pikiran.

Saat itu bulan masih berbentuk sabit. Dan suasana terang akibat cahayanya.

Xavier duduk di bawah pohon delima dan apel buah pada pohon itu belum matang buahnya, Xavier tak sabar menunggu pohon ini matang buahnya.

Yang mulia suka apel dan itu selalu mengingatkan tentang ibunya. Ibunya juga menyukai apel. Maka dari itulah pohon ini ia tanam, untuk mengingatkan dan menghormati sang ibu.

Raja lantas berdiri, ia harus kembali ke kamar karena cuaca terasa semakin dingin.

Tetapi langkahnya melambat saat menatap seseorang yang sedang tidur di depan perapian dengan sebuah karung kentang yang menyelimuti dirinya.

Matanya menyipit memperhatikan, ia tidak tahu siapa orang tersebut karena tubuhnya menghadap ke perapian.
Apakah memang seharusnya seorang pelayan tidur di sana.

The Moon Wolf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang