55...

8.8K 1.8K 79
                                    

   Pagi harinya Raivia di kejutkan saat melihat seluruh barang barang Ellen sudah basah dan kotor dengan air dan tomat juga sayuran sisa.

Ellen hanya melihat itu dengan mata yang berair. Raivia, ia tak tahu mengapa hal ini terjadi ia butuh penjelasan.

Bahkan matahari saja belum benar benar naik ke atas. Tetapi seperti hal buruk yang terjadi sebagai awal dari pagi, Raivia kemudian memegang bahu Ellen sambil berhadapan dengan wanita itu.

"Apa yang terjadi Ellen, tolong jelaskan apa yang terjadi? Siapa yang melakukan semua ini?"

Raivia berusaha menatap mata Ellen yang di sembunyikan dengan wajahnya yang menunduk.

"Kalian berdua hari ini harus membersihkan seluruh kandang"

Nyonya Marie datang lalu memberikan tugas yang sama sekali tidak masuk akal.
"Hukuman untuk mu Ellen, aku sudah mengatakan bersihkan dapur dengan benar bukan?"

Nyonya Marie kemudian berbalik melangkah pergi.
Raivia menggeleng, apakah ini waktunya. Waktu dimana ia harus bersikap berani setelah berusaha baik hati dan bersabar selama ini?.

"Tidak"
Kata Raivia meskipun perasaan takut dan jantung berdebar keras sedang ia rasakan.

Nyonya Marie menoleh perlahan dan menatapnya datar.

"Tidak?"
Tanya nyonya Marie masih mempertahankan keanggunnanya.

"Kenapa kau melakukan ini pada kami? Kau memberikan semua pekerjaan berat dan masih terus menghukum kami?"

"Kau hanya pelayan, jangan bersikap lancang Raivia"
Nyonya Marie perlahan mendekat.

"Tetapi ini bukan berarti kau harus bersikap tidak adil padaku dan Ellen?"
Raivia sampai mengerutkan keningnya saat berbicara begitu.
"Kau tidak bersikap seharunya pada semua pelayan

Semua pelayan terundang untuk menyaksikan sesuatu yang terjadi.
Ellen menggenggam tangan Raivia.

"Akan kami kerjakan"
Ellen berusaha menghentikan Raivia dan pemberontakkannya.

"Tidak Ellen, nyonya ku mohon."

Nyonya Marie sampai di hadapan Raivia dan begitu saja ia langsung menampar Raivia dengan keras hingga membuat wajah Raivia menoleh.

Pipi putihnya langsung merah seketika, semua orang terkejut akan hal tersebut hanya bisa menatap dalam diam.

"Akan aku ajari padamu sikap patuh karena nampaknya mau tak memilikinya"

Nyonya Marie lantas menarik rambut Raivia membuat dirinya terduduk sambil meraih sebuah pisau di dalam keranjang kentang.
Ellen berusaha membantu tetapi bawahan nyonya Marie menahannya.

Nyonya Marie lantas memotong rambut Raivia secara asal dan menjatuhkan rambut itu di depan wajah Raivia.

Mata Raivia berair di saat itu. Ia terisak, apakah ia telah salah karena tidak bersabar?

"Jika kau macam-macam lagi aku tidak akan pernah segan-segan melukai mu dengan ini"
Nyonya Marie masih memegang pisau di tangannya melepaskan tangannya dari kepala Raivia dengan kasar.
Raivia, kemudian menangis tersedu-sedu dan berusaha menahannya.

Setelah nyonya Marie pergi Ellen langsung memeluk Raivia.
"Bukankah aku sudah mengatakannya"

Mereka berdua akhirnya menangis bersamaan. Ia masih belum tahu mengapa ini bisa terjadi padanya. Para pelayan akhirnya menjadi lebih takut pada nyonya Marie.
Di depan mata mereka saja sudah sebagai bukti apa yang akan terjadi jikalau mereka berusaha protes.

Mereka bersyukur hal itu tak terjadi pada diri mereka.
Raivia dan Ellen, apa yang bisa mereka harapkan dengan hal ini. Raivia merasa tidak enak dengan sahabatnya itu.

The Moon Wolf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang