03 | Pertanyaan-pertanyaan

394 77 6
                                    

Tidak terasa matahari mulai tenggelam, langit berubah cantik kejinggaan. Waktu yang tepat untuk pulang sekolah karena tidak terasa terik panas seperti siang hari dan matahari terbenam yang dapat mencuci mata dari raga-raga yang lelah.

"Seharusnya jam segini kita pulang sekolah kan?" monolog Yujin.

"Nggak, soalnya gue berenti ekskul dari awal kelas 12, jadi gue pulangnya kaya biasa jam 3," sahut Yuna menyebalkan.

Dibanding menunggu entah sampai kapan Minseo, Jinha, dan Dajeong malah dengan egoisnya mengambil makanan apapun yang dapat diambil sebagai persediaannya untuk bertahan.

"Ini kita gapapa ngambil makanan ini?" tanya Dajeong yang takut.

"Lo pikir kapan mereka akan nemuin kita? Sore ini? Nanti malem? Besok pagi? Seminggu lagi atau mungkin sebulan? Gimana kalo kita gak pernah di temuin?!" balas Minseo yang malah membuat Dajeong semakin takut.

"Lo sendiri tau apa? Kenapa lo pesimis banget mereka gak akan nemuin kita dalam 24 jam?!" Kali ini Jinha yang menyuarakan pikirannya.

"Justru karena kita gak tau apa-apa, di sini gak ada yang tau sebenernya kita kenapa. Kita aja bahkan gak tau apalagi orang di luar sana, mungkin bagi mereka kita yang tiba-tiba ilang," tutur gadis Park itu.

Dari kejauhan Intak menatap ketiga gadis itu sembari melempar puntung rokoknya asal. "Fuck!" umpat Intak, lalu menghampiri mereka dengan kesal.

"Lo bertiga ngapain?!" tanya Intak yang memergoki Minseo, Jinha dan Dajeong.

"Jadi perebutan persediaan udah mulai?" sarkasnya.

"Lo tau kan kalo di movies or series orang kaya gue yang selalu menang?" tanya Intak sekali lagi.

"Ck," Dajeong gadis yang biasanya banyak diam itu berdecak meremehkan seorang Hwang Intak. "Maksud lo uang? Ntak, sadar uang selalu gak berarti di situasi kaya gini di series maupun movies," ujar gadis itu.

"Lo yang harusnya sadar, kenapa bergaul sama mereka yang gak selevel sama lo?" balas Intak dengan senyum meremehkan yang menyebalkan diakhir.

"Oh gue tau, karena di MIPA itu ada Yuna sama Yujin kan? Tapi kenapa Yuna gak milih main sama lo?" tanya Intak masih dengan ocehan menyebalkannya.

"Karena lo emang cupu, lo dari awal emang gak pantes bergaul sama kita," lanjutnya. "Gue kasian sama lo, bahkan uang orang tua lo udah gak berguna sejak awal, lo itu sama aja kaya Seo Donghyun!" final Intak.

"Lo semua ngapain?!"

"Ah, anjing!" umpat Minseo setelah melihat Dana dan Hyunsoo yang tidak lain adalah anggota OSIS.

"Lo kayanya gak mau pulang ya?" tanya Dana setelah melihat makanan yang telah mereka kumpulkan.

"Lo berempat balik!" seru Hyunsoo.

"Na, lo bawa mereka ke Doyoung sama Yuna, gue kayanya perlu ngamanin kantin," kata Hyunsoo yang mendapat anggukan oleh gadis lawan bicaranya.

Dana yang hendak memberitahukan kekacauan di kantin malah disambut dengan kekacauan yang lain.

"Lo bilang kita cukup nunggu, tapi apa?! Gak ada yang dateng nemuin kita!" seru Linlin yang pada puncak emosinya.

"Gue tau lo cape, karena semua juga gitu, guepun cape!" balas Doyoung yang kali ini benar-benar marah.

"Lagi pula dari awal gak ada yang nyuruh lo buat sok mimpin," ujar Sungwon menambah keributan.

"Sungwon just shut the fuck up!" Akhirnya Yuna harus turun tangan juga.

"Gini, bener kata Doyoung lo semua pasti cape jadi malem ini, kita istirahat dulu dan lanjut ngomongin tentang situasi kita lebih serius besok," jelas Yuna, tidak ada yang menentang gadis itu lagi pula mereka memang tidak punya saran apapun.

Kemudian Dana menghampiri Yuna memberitahu kejadian di kantin. Gadis Shin itu memijat kepalanya setelah mendengar cerita Dana. Baru sampai di sini saja mereka sudah egois, pikir Yuna.

Setelah itu Yuna naik ke podium dengan mikrofon.

"Guys, ada yang mau gue omongin lagi. Malem ini kalian boleh milih makan malem apa aja di kantin tapi tolong jangan egois! Kita gak tau apa yang selanjutnya akan terjadi sama kita, mungkin aja kita butuh bantuan orang lain. Jadi jangan egois. Setelah kita berhasil balik atau ditemuin kita juga harus ganti makanan yang udah kita makan," kata Yuna terakhir kali.

...

"Sua, itu buat apa?" tanya Huijun yang memergoki teman sekelasnya itu mengambil banyak snack.

"Buat cemilan gue malem ini," jawabnya tanpa takut.

"Wah, anak kelas lo seburuk ini Jun?" tanya Minjae anak MIPA 1 yang pura-pura tidak percaya anak IPS seburuk itu, dia hanya ingin merendahkan orang lain saja. Tapi Huijun lebih tidak percaya pertanyaan itu keluar dari mulut temannya sendiri.

"Lo akan ngabisin itu semua malem ini?" tanya Kangmin yang kebetulan ada di dekat situ juga.

"Balikin lagi, ambil secukupnya!" perintah Woojin yang bersama Kangmin. Diingatkan, hanya Woojin OSIS, 12 MIPA 1 yang berani memerintah orang lain, bukan Woojin 12 IPS 3 yang hanya bisa memandangi mereka.

"Kacau. Kita bisa pulang gak ya?" monolog Taekhyeon setelah melihat keributan kecil itu.

"Bukan tentang pertanyaan kita bisa pulang atau nggak, tapi pernyataan kita harus bisa pulang," sahut Woojin.

"Menurut kalian, lebih baik anak IPS 3 atau MIPA 1?" tanya Sora tiba-tiba, gadis itu sendiri anak MIPA 1.

Taekhyeon menggeleng cepat. "Nggak, anak kelas gue nggak banget," jawabnya.

"Di kelas gue ada Hwang Intak, Park Sujin, Kim Doah yang paling gue gak suka, belum lagi Baek Jiheon dan lo tadi liat sendiri kan gimana Linlin ngamuk? Jelas kelas lo ada mantan ketua OSIS, ketua angkatan, anak juara satu paralel dan tim netral kaya lo bertiga," kata Taekhyeon panjang lebar.

"Mereka juga gak jauh lebih buruk kok," ujar Sohee, lalu tiba-tiba jadi lebih diam.

"Tapi Seo Donghyun tuh emang selalu sendirian ya?" tanya Woojin.

Second Home | 03line ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant