24 | Come back

190 41 0
                                    

Jiheon ternyata salah menilai mereka. Semua memilih mengorbankan Doyoung yang tidak tahu bagaimana keadannya dibandingkan sama-sama mencari Doyoung. Tapi bukan berarti mereka semua tidak peduli dengan mantan ketua OSISnya itu. Keputusan akhir mereka sepakat akan keluar dari jendela aula saat pagi tiba.

Pagi-pagi saat matahari baru muncul mereka satu persatu mulai keluar melalui jendela. Sohee yang tidak sengaja melihat Donghyun yang tampak murung langsung menghampiri pemuda itu.

"Lo kenapa?" tanyanya.

"Dia ternyata bohong sama gue, dia gak pernah balik," jawab Donghyun yang masih sulit dimengerti oleh gadis Kim itu.

"Maksud lo siapa?"

"Junhan," jawab Donghyun cepat.

"Lo sedeket itu sama dia?" tanya Sohee lagi.

"Semua orang benci sama gue, semua orang selalu nyalahin gue, tapi dia anak OSIS yang awalnya cuma bantu nyelesain masalah gue sampe akhirnya nyelesain semua masalah gue, dia bahkan mau berkorban buat gue dan dia itu bener-bener sosok kakak bagi gue," jelas Donghyun panjang.

"Dia pasti balik," kata Sohee.

"Tapi Sohee, lucunya lagi terakhir kali gue liat dia, pas itu udah malem, mungkin cuma sisa gue dan dia di sekolah, dia ngomong kalo dia gak akan keluar dari kelas itu. Gue bahkan sampe ngebales dia deng bilang kalo dia gak boleh keluar sebelum gue balik, dia bohong."

Saat yang lain masih keluar dari aula satu persatu, Woojin yang keluar pertama, sekaligus yang menyadarinya pertama, terkejut menatap pemandangan di hadapannya.

"Ayo cari Doyoung sama Kak Junhan!" seru Jiheon tapi Woojin masih fokus dan tidak menghiraukan gadis itu.

"Jin?!" seru gadis itu sekali lagi yang mulai geram.

"Ji, ini bukan tempat kita sebelumnya," ujar Woojin masih belum mengalihkan pandangannya.

"Liat," ujar Woojin, jari telunjuknya menunjuk pada sesuatu.

"Garis polisi?" tanya Jiheon masih bingung.

"Ini bukan tempat kita sebelumnya," ulang Woojin. "Tapi-" pemuda itu menggantungkan ucapannya sendiri.

"Ada suara mobil," katanya.

Lalu anak-anak yang lainnya muncul.

"Kenapa Jin?" tanya Kangmin salah satu yang baru muncul dan sadar ekpresi pemuda Lee itu tampak serius.

"Kita gak ada di tempat kita sebelumnya dan ada suara mobil, gimana kalo kita meriksa ke depan dulu?" jelas Woojin dengan sebuah pertanyaan diakhir.

"Tapi kita gak punya waktu banyak," balas Kangmin. "Lo bisa aja salah denger," katanya lagi.

"Oke, mungkin gue salah denger tapi gimana sama garis polisi di sana?" tanya Woojin. "Itu gak keliatan baru dipasang tadi malem," tambah pemuda Lee.

"Yaudah kita periksa ke depan dulu," final Kangmin.

Kangmin pun meminta Yuna untuk menginstruksikan mereka pergi ke arah gerbang utama. Pemuda itu sengaja meminta Yuna karena jika ia yang mengatakannya, mereka tidak akan peduli.

Diluar dugaan mereka. Gerbang utama itu muncul, tidak ada hutan dan dari kejauhan mereka dapat melihat beberapa kendaraan berlalu-lalang.

"Gue pasti mimpi kan?" monolog Dana.

"Kalo gitu gue juga pasti mimpi," sahut Hyunsoo.

"Guys ini kita beneran udah berhasil pulang?" tanya Dayeon terdengar excited.

"Ok, pertama kerumah Taekhyeon di sebrang untuk mastiin, kalian tunggu aja di depan gerbang," kata Woojin yang langsung berpikir cepat dan disetujui oleh mereka semua tanpa keributan.

Taekhyeon ditemani Woojin dan beberapa anak yang lain pergi menyebrang ke rumah pemuda Jeong itu. Setelah pergi beberapa menit Woojin muncul dengan wajah yang sumringah tidak seperti biasanya, dan kali ini tidak ada yang mengecewakan mereka lagi.

"Itu beneran rumah Taekhyeon dan orang tua Taekhyeon sampe nangis liat Taekhyeon, kita beneran udah balik!" seru Woojin bersemangat.

Respon mereka bermacam-macam, ada yang terkejut, ada yang saling berpelukan karena terlalu senang, tidak sedikit juga yang menangis haru.

"Tapi Doyoung gimana?" tanya Jiheon.

...

Mereka benar-benar kembali pada dunia mereka sebenarnya. Pelukan hangat keluarga adalah selimut paling hangat yang dirindukan. Kembalinya merekapun menimbulkan banyak pertanyaan. Bahkan kasus mereka sudah sampai media. Pihak sekolah berusaha melakukan segala cara untuk menutupinya membuat mereka mau tidak mau menutup mulut, entah itu membantu atau malah sebaliknya. Tetapi masih tidak ada satupun yang mengetahui bagaimana keadaan Doyoung dan Junhan sekarang. Sepasang pemuda-pemudi itu semakin takut.

"Fiks kan Doyoung juga dia bunuh?" ujar Doah yang sudah gelisah sejak kepergian Doyoung.

"Sebenernya kita sendiri masih belum tahu dia bener pembunuhnya atau bukan," sanggah Kyungmin.

"Masih kurang jelas apa lagi?! jelas-jelas dia yang sengaja bikin Sungwon keliatan jadi tersangka dan semenjak ada dia perasaan gue selalu gak enak," balas si gadis masih kuat pada pendiriannya.

"Kalo gini kita gak mungkin diem aja kan?" lanjut Doah.

"Kalo gini kita gak bisa lanjut lagi. Mulai sekarang lupain semua yang terjadi di sana, lupain tentang kita, dan anggep aja kita gak pernah saling kenal sebelumnya," kata si pemuda yang sudah terbawa emosi.

"Cowo kaya lo yang selalu mentingin diri sendiri itu emang yang paling brengsek," ujar Doah sebelum meninggalkan Kyungmin.

Di tengah perjalanan gadis itu yang kesal pada Kyungmin, Doah malah tidak sengaja bertemu dengan Woojin, bukan Lee Woojin teman sekelasnya yang pencinta alam itu. Ini Lee Woojin anak MIPA 1, anggota OSIS yang paling menyebalkan.

Doah tidak salah, Woojin memang semenyebalkan itu. Sekarang Woojin tengah menghalangi jalannya.

"Gue lagi gak mood debat sama lo," kata Doah malas-malasan tapi masih terdengar ketus.

"Lo sedeket apa sama Kyungmin? Bahkan gue yang temen sekelasnya aja hampir gak pernah ngobrol sama dia?" tanya Woojin tiba-tiba.

Doah yang sedang dalam keadaan mood yang buruk ditambah kesal dengan oknum yang ditanya Woojin, gadis itu menjawabnya asal. "Dia mungkin gak suka ngobrol sama orang ngeselin kaya lo," jawabnya.

"Nggak, masalahnya bukan tentang gue. Tapi lo dan dia," sanggah Woojin.

"Okay gue jawab, dia brengsek. Puas lo!"

Second Home | 03line ✔Where stories live. Discover now