17 | Dua Woojin

170 41 0
                                    

"Gue bener-bener gak bisa percaya lagi," ujar Woojin menyisir rambutnya kebelakang frustasi.

"Woojin, itu cuma permainan, gue yang debat, bahkan Hyunsoo yang sampe keluar dari permainan. Lo gak usah sebaper itu kali," kata Dana.

"Jadi gimana, mereka ada yang keliatan mencurigakan?" tanya Doyoung to the point. Sebenarnya alasan Woojin ikut bermain adalah untuk mengawasi mereka. Bagaimanapun Woojin juga salah satu dari tim yang dibentuk untuk menangkap pembunuh Yujin.

"Jiheon, gue gak bisa percaya cewe itu lagi," ujar Woojin. "Dia jago debat, gampang untuk ngarang ceritanya sendiri dan dipercayain sama anak-anak lain."

"Tapi yang ganggu pikiran gue Kyungmin. Sejak kapan dia deket sama Doah?"

"Deket gimana?" tanya balik Hyunsoo.

Benar juga, Woojin baru teringat. "Ah iya kalian gak tau kalo dia juga dokter. Jadi dokter itu harus milih siapa yang mau dia lindungin dan gue sama Kyungmin dua kali milih orang yang sama, Doah."

"Mungkin dia tau Doah polisinya?" jawab Hyunsoo. "Menurut gue, lo lebih aneh karena biasanya lo selalu benci dia," kata pemuda Jang itu.

"Ya karena gue udah sadar dia polisi," jawab Woojin sedikit emosi.

"Hadeh Hyunsoo lo gak peka banget, jelas Woojin suka sama Doah!" sambar Dana.

"Wow, plot twist banget!" seru Doyoung yang sedari tadi masih setia menyimak.

"Kalo ngomong jangan sembarangan!" seru Woojin tidak mau mengakui.

"Lo gak bisa ngelak lagi, jelas-jelas tadi lo belain dia dari gue," kata Dana menumpahkan tehnya lagi.

"Terserah lo mikir apa, intinya Kyungmin deket sama Doah itu bukan hal yang biasa," ujar Woojin lebih tenang.

"Iya sih gue setuju, bahkan dia gak terlalu deket sama anak kelas," kata Doyoung. "Gini aja, sekarang diem-diem kalian perhatiin gerak-gerik mereka berdua," kata pemuda Kim lagi.

Setelah itu Woojin yang lain muncul.

"Kayanya kalian lagi ngomongin hal penting ya? kalo gitu gue nunggu di luar aja sampe kalian selesai," ujar Woojin canggung.

"Nggak, kita udah selesai kok," kata Doyoung, kemudian mempersilahkan Woojin untuk bergabung.

"Jadi gue udah selesai ngomongin sama anak-anak tim gue dan mereka siap kalo kita berangkat besok, perlengkapan juga hampir semuanya siap. So, ya cuma itu yang mau gue kasih tau ke lo," jelas Woojin.

"Apa gak terlalu buru-buru? gue gak mau maksa kalian, kalo kalian belum siap gapapa santai aja," ujar Doyoung.

"Nggak kok, mereka juga semangat banget. Lagi pula terus lama-lama di sini gak baik kan?" tanya Woojin balik. "Kita harus pulang."

...

Esoknya mereka mengantar tim Woojin sampai depan hutan yang menurut pemuda itu tidak terlalu dalam dan tidak seberbahaya bagian hutan yang lain.

"Gue harap itu portalnya," ujar Dayeon.

"Semisalnya kalian gak nemu apa-apa, kalian harus balik ke sini," pesan Doyoung yang sudah jauh memikirkan sampai ke hal terburuk.

"Hati-hati bro!" seru Taeyoung.

Seruan lainnya datang dari si dokter sekolah. "Jangan ada yang sakit atau sampai terluka!"

"Tenang aja Ji," kata Woojin diakhiri senyum manisnya.

Kemudian keenamnya masuk ke hutan dan hilang dari pandangan mereka. Setelah mengantar Woojin dan timnya Yuna langsung kembali ke aula bersama Dana dan Hyunsoo.

"Gue masih gak terima kalah dari Intak," ujar gadis Shin itu.

"Yang kalah semuanya kali Yun bukan anak MIPA doang," balas Dana santai.

"Iya tapi mafia itu 3 dari 4 anak IPS, sama aja kaya kita kalah dari anak IPS," kata Yuna. "Terutama gue."

"Terus lo mau main lagi?" Pertanyaan yang Yuna tunggu-tunggu akhirnya dilontarkan oleh Hyunsoo.

"Gue mau main lagi, tapi permainan yang beda," jawab Yuna sampai menyunggingkan senyumnya memikirkan permainan yang akan mereka mainkan.

"Permainan kali ini jauh lebih seru," tambahnya.

"Yun, sorry gue sama Dana kayanya gak bisa ikut," kata Hyunsoo yang matanya tidak sengaja menangkap Kyungmin dan Doah sedang bersama. Tanpa aba-aba pemuda itu langsung menarik tangan Dana, menghampiri keduanya.

"Hyun kenapa?!" tanya yang ditarik bingung.

"Yang Woojin bilang bener, Kyungmin sama Doah di sana," jelas Hyunsoo menunjuk ke sepasang pemuda-pemudi.

"Mereka ngomongin apa sih," monolog Dana yang kesal karena tetap tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada keduanya.

Kemudian masih dalam posisi bersembunyi Hyunsoo mengajak Dana untuk mendekat pada Kyungmin dan Doah.

"Gini aja, karena yang lain udah terlanjur tau ada lo disitu jadi anggep gue yang gak pernah ada," kata Doah yang terdengar samar-samar oleh Hyunsoo dan Dana.

"Tau apa?" tanya Dana tanpa suara, sementara itu Hyunsoo lawan bicaranya hanya mengangkat bahu sebagai isyarat bahwa pemuda itu juga tidak tahu.

"Gak bisa. Setelah gue pikir mateng-mateng lagi, gue gak akan pernah ngomong apapun tentang malam itu," balas Kyungmin. "Kalo misalkan orang itu bener pembunuh gue takut dia akan ngelakuin sesuatu ke gue atau lo dan gue gak mau lo kenapa-kenapa."

"Arghhh sialan!" umpat Doah yang kesal tidak bisa melakukan apapun. "Kenapa kehidupan kelas 12 kita harus kaya gini, kenapa?!"

"Gue mungkin gak tau akan segila apa ujian sekolah, ujian praktek dan persiapan masuk univ, tapi itu gak akan segila kejebak di tempat asing dengan anak-anak yang gak pernah akur dan jangan lupa ada orang lain selain kita entah itu psikopat atau mungkin makhluk astral!" Gadis itu pun meluapkan semua emosinya yang kemudian menjadi lebih tenang setelah Kyungmin tiba-tiba memeluknya.

Second Home | 03line ✔Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu