22 | Aula

153 44 0
                                    

"Gue akan jelasin itu setelah meriksa CCTV," kata Sohee. Karena jika menjelaskannya sekarang Kangmin pasti tidak akan mengizinkannya.

"Gue percaya sama lo, tapi gue mau semuanya jelas dulu," balas Kangmin.

Pada akhirnya Sohee menyerah karena Kangmin akan tetap pada pendiriannya.

"Cuma lo dan salah satu orang yang akan tau ini, gue harap lo bisa jaga rahasia ini dulu. Sebenernya Sungwon saudara kembar gue dan gue cuma mau mastiin kalo kembaran gue, bener pembunuh Yujin atau bukan," jelas Sohee final.

"Sorry, gue gak bisa ngabulin permintaan lo," ucap Kangmin tanpa berpikir panjang lagi.

"Min, gue cuma mau mastiin, bukan berarti gue percaya Sungwon bukan pembunuhnya," ujar Sohee.

"Oke gini, apa udah ada yang meriksa CCTV atau kalian langsung nyimpulin Sungwon pelakunya karena ada barang bukti di tasnya?" Kini gadis itu bertanya.

Benar, Kangmin baru teringat. Kenapa mereka lupa untuk memeriksa CCTV terlebih dahulu dan langsung menyimpulkan Sungwon yang menyimpan pisau itu sendiri. Bagaimanapun, mereka bukan detektif sungguhan.

"Gue akan meriksa tapi bukan berarti gue ngabulin permintaan lo dan lo diem aja di situ," kata Kangmin kemudian sibuk pada layar komputernya.

Pemuda itu mengerutkan keningnya setelah lama berkutat pada komputernya. "Wait?" ujar Kangmin tiba-tiba.

"Kenapa?" tanya Sohee balik.

"Ada yang ngapus rekamannya," jelas Kangmin singkat, lalu kembali fokus pada komputernya.

"Rekaman hari ini juga banyak dihapus," lanjut pemuda itu.

"Mungkin orangnya baru aja ngehapus hari ini karena selama lo gak ada Woojin gak pernah ninggalin ruang ini, kalaupun dia pergi pasti ada yang gantiinnya," kata Sohee.

"Jadi, karena tadi ada celah sebentar gak ada yang jaga di sini, orang itu langsung ngehapus rekaman-rekaman itu?" simpul Kangmin.

"Tapi siapa? sampai kapanpun kita gak akan tahu pelakunya kalo rekamannya aja dihapus," tanya Sohee lagi.

Tiba-tiba pintu dibuka kasar, lalu menampilkan Dayeon yang terlihat panik.

"Kangmin, Sohee cepet ngumpul ke aula!" seru gadis itu kemudian langsung pergi terburu-buru.

Setelah saling bertukar pandang mencerna seruan Dayeon, keduanya bergegas pergi sesuai yang diperintahkan gadis Kim itu, lalu tiba di aula dengan raut wajah yang bingung masih tidak mengerti maksud Dayeon.

"Hina, sebenernya ada apa?" tanya Sohee.

"Nggak tau, kita cuma disuruh ngumpul di sini," jawab gadis itu.

Kemudian Doyoung naik ke atas podium dengan wajah yang terlihat panik.

"Gue mohon kalian tetap tenang bahkan setelah gue ngejelasin alasan kalian dikumpulin di sini," kata Doyoung pertama kali.

"Jadi sebenernya Dayeon nemuin ini," jelas pemuda Kim itu menunjukkan sebuah korek api.

"Ini punya Yujin, bisa diliat dari stiker yang ditempel di sana, Seongmin dan Yuna juga udah ngonfirmasi itu," lanjutnya.

Kemudian Dayeon sebagai saksi maju. "Gue yakin banget gak ada korek itu sebelumnya, bahkan gue udah sering banget duduk di bangku taman itu tapi gak ada korek Yujin," ungkap Dayeon sangat yakin.

"Beberapa tim penyelidik langsung mikir kemungkinan pembunuhnya yang menaruh di bangku taman karena gak ada satupun yang ngaku naruh korek Yujin di sana, dan itu artinya bisa aja pembunuhnya ada di sini," simpul Doyoung.

"Sementara gue masih mau diskusiin ini, kalian yang gak beniat diskusi sama gue atau yang lain, tolong tetep di sini bareng-bareng. Gue gak mau ada hal buruk lagi yang menimpa kita," kata Doyoung terakhir sebelum turun dari podium.

"Apa ini salah satu alasan rekaman CCTV yang ilang?" tanya Sohee dengan berbisik pada Kangmin.

"Mungkin, makanya kita harus kasih tau ini ke Doyoung," jawab Kangmin kemudian pergi menghampiri Doyoung yang lalu diikuti Sohee.

"Woi Kim Doyoung!" seru Sujin tiba-tiba.

"Saran gue, lo periksa dulu pembunuh itu bener ada di sini atau nggak. Jangan sampe lo udah ngumpulin kita di sini tapi ternyata di luar sana gak ada apa-apa!" katanya.

"Kalo gitu lo aja yang meriksa," sahut Minjae.

"Eh anj-"

"Biar gue aja yang meriksa," ujar Junhan tiba-tiba muncul.

"Doyoung lo juga tunggu di sini aja," katanya lagi.

"Tapi kak-" sahutan Doyoung dipotong sebelum pemuda itu menyelesaikannya.

"Please, gue cuma mau lebih berguna buat kalian. Anggap aja ini salah satu perlindungan dari kepala sekolah dengan gue sebagai anaknya untuk kalian yang kejebak di sini," kata Junhan mengelus lembut lengan atas Doyoung.

"Gue pasti akan balik jadi, jangan keluar sebelum gue balik," ujarnya kali terakhir sebelum benar-benar meninggalkan mereka di aula.

Baik Doah maupun Kyungmin hanya menontonnya bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi, semuanya tidak sesuai pada apa yang keduanya ketahui. Meski begitu Doah dan Kyungmin lega karena jika Junhan memang benar pembunuhnya, itu artinya satu kecemasan berkurang, setidaknya sebelum Kim Doyoung menghancurkannya.

"Gue gak bisa diem aja!" seru Doyoung tiba-tiba, kemudian pemuda ikut menyusul Junhan.

"Gue akan nyusul kak Junhan kalian di sini aja, jangan ada yang keluar sebelum kita berdua balik," pesan Doyoung yang sudah di ambang pintu.

Jiheon ingin menghentikannya tapi tiba-tiba Doyoung malah mengunci pintu aula. Pemuda itu memang selalu melakukan hal sesukanya. Dan itu masih menjadi hal yang paling Jiheon benci.

"Doyoung tuh gak mikir ya, dia nyuruh buru-buru ngumpul di aula dan gue sekarang kebelet!" gerutu Linlin, seperti biasa setelah itu suasana langsung ricuh. Tetapi gadis Baek itu masih bergeming di sana.

Second Home | 03line ✔Where stories live. Discover now