05 | Teori dan Donghyun

285 67 11
                                    

Keributan sebelumnya benar-benar membuat gadis Baek itu kesal, ia sudah cukup lelah menjadi anak IPS yang selalu diremehkan. Jiheon terus memutar otak encernya mencari teori atas yang mereka alami dan membuktikan pada mereka yang meremehkan anak IPS. Sebenarnya Jiheon punya satu teori, mungkin tidak sedikit anak yang sepemikiran dengannya.

"Parallel universe," ujar Jiheon kecil.

"Hai!" sapa Doyoung yang tiba-tiba muncul di hadapan gadis itu.

"Jadi lo punya teori apa?" tanyanya basa-basi.

Tanpa berniat merespon Doyoung, Jiheon berlalu begitu saja melewati pemuda Kim itu.

"Lo masih marah sama gue?" Akhirnya pembahasan yang paling Jiheon benci mulai dibuka oleh Doyoung.

Gadis itu membalikan tubuhnya menatap Doyoung. "Ini yang paling gue benci dari lo, lo selalu ngelakuin hal semau lo tanpa perduliin orang lain. Lo pikir disini gue yang salah karena marah sama lo?" kata Jiheon.

"Maksud gue gak gitu," sanggah Doyoung.

"Bohong! Jelas lo kesel karena gue masih marah sama lo," balas Jiheon dengan tatapan tidak sukanya.

Doyoung memang salah dan pemuda itu tidak mau mengakuinya. Jiheon selalu bersemangat semua tentang OSIS termasuk pencalonannya, ia menyiapkannya bahkan sudah sejak kali pertama terjun ke organisasi sekolah itu. Doyoung sendiri yang menjadi saksi bagaimana Jiheon berkerja keras, tapi akhirnya Doyoung sendiri yang menghianati gadis itu.

Awalnya Doyoung sudah berjanji pada Jiheon untuk tidak akan mencalonkan diri, tapi pemuda itu malah menerima tawaran Jang Dana untuk mencalonkan diri. Dan seperti sebuah keharusan banyak kakak kelas, guru dan staff yang memilih Doyoung karena pemuda itu dari MIPA, jangan lupa fakta tentang orang-orang yang tidak suka dipimpin oleh perempuan yang membuat Jiheon semakin kalah jauh dari Doyoung. Akhirnya semua kerja keras gadis itu sia-sia karena orang yang sebelumnya mengaku menyukai Jiheon dan dia juga harus diremehkan.

Meninggalkan persetegangan antara Jiheon, Doyoung dan masa lalu mereka, sekarang Yuna bersama beberapa anak MIPA yang lain tidak diam saja, mereka juga terus berteori.

"Gimana kalo mereka sengaja pergi tanpa ketauan sama kita?" kata Kangmin memulai teorinya.

"Kalo kita beneran ilang bukan seharusnya mereka udah nyari kita? Misalnya emang secara gaib muncul hutan, mereka kan bisa minta bantuan untuk nyari pake heli," lanjutnya.

"Jadi mereka yang sengaja entah gimana munculin hutan di gerbang utama?" tambah Yuna yang mulai nyambung dengan teori Kangmin.

"Speechless, kenapa gue gak kepikiran sampe situ..." ujar Dana.

"Tapi atas alasan apa?" Kali ini Hyunsoo yang bertanya.

"Lo inget gak gosip tentang kakak kelas anak kepala sekolah yang pindah?" tanya Kangmin balik.

"Dia emang pindah kan," balas Yuna. Tapi berlawanan dengan gadis Shin itu, Dana malah menggelengkan kepalanya.

"Gue pernah denger dari Doah yang gosip sama circlenya kalo anak kepala sekolah sebenernya ilang," kata Dana dengan wajah serius tapi sepertinya Yuna dan Hyunsoo tidak percaya itu.

"Lo tau kan anak kepsek pernah deket sama salah satu dari mereka, kayanya alasan itu juga yang bikin mereka marahan sekarang," lanjut Dana.

"Ya terus sekarang apa hubungannya?" tanya Yuna yang merasa pembahasan mereka sudah kemana-mana.

Kangmin kembali serius menjelaskan teorinya lagi. "Oke jadi anak kepala sekolah kan ilang dan ini masih ada hubungannya sama Donghyun."

"Keum Donghyun? Seo Donghyun?" tanya Yuna yang jadi bingung karena ada dua Donghyun, tapi sebenarnya masih tidak lebih membingungkan dibandingkan Lee Woojin dan Lee Woojin.

"Seo Donghyun," jawab Kangmin.

"Jadi intinya?"

"Kepala sekolah cuma mau bikin Donghyun ilang juga tapi lo tau kan dia selalu diem aja di kelas?"

"Mungkin sekalian nutupin kalo mereka mau buang Donghyun jadi dibikin seolah-olah kita ilang sekelas?" sambung Dana.

"Gue pusing, dan ini terlalu gak masuk akal!" seru Yuna.

"Tapi kalo gitu anak-anak lain, guru-guru gak akan diem aja. Lagi pula ikut ngorbanin satu kelas cuma karena satu orang itu terlalu berlebihan. Terus gimana sama anak IPS 3 yang gak ada hubungannya langsung sama Donghyun." Bukan bermaksud terus menyanggah teori Kangmin, hanya saja pemuda Jang itu memang selalu berpikir kritis.

"Lo tau kan gak ada yang berguna di kelas itu selain Jiheon," jawab Kangmin enteng.

"Shin Yuna!"

Nama Yuna yang dipanggil tapi tiga lainnya ikut menatap ke sumber suara. Seo Donghyun berdiri di sana.

"Temen lo lagi sekarat," lanjut Donghyun.

"Gue tau lo kadang suka gak waras tapi gue percaya lo gak segila itu mainin yang berkaitan sama keadaan seseorang. Bercandaan lo gak lucu," balas Yuna mencoba menahan emosinya.

"Ahn Yujin sekarat," perjelas Donghyun.

"Bangsat! Gue bilang bercandaan lo gak lucu!" seru Yuna akhirnya emosi gadis itu pada puncaknya.

Tidak langsung membalas Yuna, Donghyun malah menunjukan ponselnya. "Lo percaya sama gue kan?" tanyanya.

Di layar ponsel pemuda itu menampilkan foto Yujin yang sudah berlumuran darah.

"Nggak!" seru Yuna histeris sampai mendorong pemuda di hadapannya.

"Bajingan, ngaku ini cuma akal-akalan lo doang!" seru gadis itu lagi, kali ini Yuna mendorong Donghyun lebih kencang hingga hampir hilang keseimbangan.

"Gue gak bohong, dan lebih baik lo periksa sendiri keadaan temen lo dari pada marah-marah sama gue yang cuma mau ngasih info ke lo!" balas Donghyun tidak seperti biasanya, kali ini pemuda itu terlihat lebih seram.

Second Home | 03line ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang