Turn Back

10K 685 36
                                    

Jane membuka mata perlahan dan merasakan seluruh tubuhnya begitu nyeri—apalagi bagian kepalanya. Ketika kedua matanya benar-benar terbuka, Jean menoleh dan mendapati seorang pria tertidur sambil menggenggam tangannya. Jane menatap langit kamar dengan kilasan kejadian yang kembali terputar di kepalanya. Rasa sakit itu lagi-lagi mencekiknya, membuat Jane memejamkan mata sesaat sambil menarik napas berat.

"Sayang..."

Kedua mata Jane terbuka, lalu menoleh dan mengulas senyum tipis pada pria yang memanggilnya dengan lembut dan penuh kekhawatiran.

Nate benar-benar lega saat melihat Jane membuka mata setelah dua hari tidak sadarkan diri. "Biar aku panggil dokter sebentar," pamitnya sambil memberi kecupan pada Jane.

"Nate..."

Panggilan itu membuat Nate menghentikan gerakannya menekan tombol panggilan. "Ya? Apa ada yang sakit?" tanyanya, segera kembali mengusap puncak kepala Jane.

Kepala Jane menggeleng pelan, lalu kembali memberikan senyum di wajahnya yang pasti masih pucat. "Aku senang bisa melihatmu lagi."

Nate membuang napas lega. "Aku jauh lebih senang melihatmu baik-baik saja," sahutnya dengan tatapan lembut. "Tunggu sebentar, ya. Dokter akan segera memeriksamu."

Setelah itu, Jane membiarkan dokter dan perawat memeriksa keadaannya. Sekalipun yakin sudah baik-baik saja, tapi Jane merasa tetap ada yang salah pada tubuhnya.

"Tidak ada luka dalam yang perlu dikhawatirkan. Hanya saja, kau baru mengalami keguguran karena kecelakaan itu. Jadi, sampai satu minggu ke depan, kau harus tetap ada di rumah sakit sampai kondisimu membaik."

Tubuh Jane seketika membeku saat mendengar penjelasan itu. Tatapannya langsung mengarah pada Nate yang ternyata sedang menatap sendu ke arahnya, sambil mengusap punggung tangannya dengan lembut.

Dokter wanita itu tersenyum maklum, lalu mengusap lengan Jane—sedikit memberi ketenangan. "Kalian bisa memilikinya lagi beberapa bulan ke depan. Jadi sebaiknya, kita fokus pada pemulihanmu dulu."

Raut Jane yang begitu terpukul membuat Nate menghela napas berat. "Terima kasih, Dokter."

Sepeninggal dokter dan perawat itu, Nate kembali duduk di kursi dekat ranjang rawat Jane tanpa melepaskan genggaman tangannya. "Jane... Tidak apa-apa. Bagiku, yang penting keselamatanmu."

Jane berusaha kuat menekan kemarahannya saat mendengar nada lembut dibalut kekhawatiran dari pria yang masih menjadi suaminya itu. Tetapi demi semua hal yang sudah direncanakannya—walau kali ini perasaannya semakin tidak berbentuk—Jane memilih mengulas senyum membalas genggaman tangan Nate. "Terima kasih. Aku beruntung sekali memilikimu."

Menjijikkan.

Nate kembali mengecup kening Jane. "Istirahatlah lagi. Aku akan mene—"

Ponsel Nate berdering dan Jane tidak buta—walau melihat sekilas, untuk menemukan siapa sang penelepon. Sekali lagi, Jane berusaha keras untuk terlihat tidak tahu. Jane akan berpura-pura bodoh, lalu menghancurkan mereka sampai tak bersisa. "Kenapa tidak diangkat? Apa itu soal pekerjaan?"

"Hm." Nate berdeham canggung dan langsung memasukkan ponselnya ke saku celana. "Seharusnya aku menemanimu sekarang. Tapi tadi adalah telepon dari Oscar karena siang ini seharusnya kami ada pertemuan membahas proyek pembangunan hotel atas namamu."

Atas namaku? Jane hampir saja mendengkus sinis.

"Pergilah. Aku sudah baik-baik saja."

"Maafkan aku. Tapi aku berjanji akan kembali satu jam lagi." Nate bangkit berdiri setelah lagi-lagi memberi kecupan di kening dan bibir Jane.

Tidak lama setelah Nate pergi, pintu ruangan Jane terbuka dan menampilkan sosok yang tadi sudah akan Jane hubungi untuk datang. "Jo..."

"Bagaimana keadaanmu?"

"Tentu saja aku baik," sahut Jane sambil berusaha bangkit duduk yang langsung dibantu oleh Jo.

Jo meletakkan bantal di belakang punggung Jane agar duduk wanita itu merasa nyaman. "Kau keguguran, Jane."

"Jangan bahas tentang itu." Jane memang bersedih. Sekalipun sudah membenci Nate, tapi Jane tidak pernah berniat menghilangkan nyawa tak berdosa itu.

"Dia pergi menemui wanita itu."

"Aku tahu." Tatapan Jane berubah dingin, menatap ke depan.

Jo yang melihat Jane kembali bersikap dingin hanya bisa menatap wanita itu dalam diam. "Kau yakin akan melakukan semuanya?"

Jane mendengkus, lalu menoleh menatap Jo tanpa ragu. "Apa selama mengenalku, kau pernah melihatku tak yakin pada keputusan yang kuambil?"

Jawabannya tentu saja tidak. Dibandingkan semua orang yang mengenal Jane, Jo-lah yang paling tahu bagaimana mengerikannya seorang Janice Harald.

Dengan tatapan dingin dan penuh keyakinan, Jane kembali menatap ke depan—seolah di sana berada orang-orang yang sudah menghancurkan dunianya. "Pelan-pelan, aku ingin menikmati setiap kehancuran yang kuberikan untuk mereka semua," janji Jane penuh tekad.

Karena seharusnya, itu sudah Jane lakukan sejak dulu. Hanya saja, Jane terlalu lengah karena membiarkan kesemuan yang Nate tawarkan tanpa sadar menghentikan rencana balas dendamnya.

=•=

mari kita memantau kisah Nate...

salam,
yenny marissa

05 Maret 2022

Turn Back [Completed] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang