25 - Memberi Kehancuran

6.5K 768 361
                                    

Dokter mengatakan kondisi Nate membaik lebih cepat dari yang diperkirakan. Tentu saja kedua orangtua Nate tahu alasan apa yang membuat kondisi putra mereka semakin membaik hari demi hari. Kehadiran Jane yang tak pernah lepas memberi perhatian pasti membuat perasaan Nate terus meringan sampai akhirnya putra mereka itu lebih cepat pulih.

Karena itu, setelah lima hari dirawat di rumah sakit, Nate sudah diijinkan pulang ke rumah dengan catatan harus melakukan kontrol seminggu sekali.

"Apa ada sesuatu yang kau butuhkan?" tanya Jane setelah merapikan selimut yang Nate pakai, setelah mereka sampai di dalam kamar.

"Peluk aku sampai tertidur," pinta Nate dengan senyum lembut sambil merenggangkan sebelah tangannya.

Jane pura-pura berdecak sebal. "Kau benar-benar manja sekali," gerutunya, tapi tetap ikut membaringkan diri di sisi kiri Nate—yang tidak terluka.

"Aku masih tidak menyangka bisa memelukmu tanpa perdebatan seperti ini," gumam Nate saat memeluk Jane dengan tangan kirinya. "Aku sangat bahagia. Terima kasih karena sudah memaafkanku."

"Ini kesempatan terakhir, Nate. Dan jangan lupa untuk menyelesaikan apa pun hubungan di antaramu dan Ava. Karena jika tidak, sekali lagi aku akan mengabaikan perasaanku padamu."

Kepala Nate mengangguk yakin. "Aku pasti akan segera menyelesaikannya," sahutnya. "Maafkan aku. Setelah ini, aku berjanji hanya akan memberimu kebahagiaan."

"Sudah kubilang, aku tak memerlukan janji. Kau cukup—"

"Aku akan membuktikannya," potong Nate, lalu memberi kecupan di puncak kepala Jane. "Tapi, Jane... apa kau sungguh sudah memaafkanku?"

Jane mendongak kecil menatap Nate dengan lekat. "Kau ingin jawaban jujur?"

"..."

"Sejujurnya, aku masih sangat kecewa dengan semua pengkhianatanmu. Aku membencimu. Tapi melihatmu terluka karena menyelematkanku, rasanya juga menyakitkan. Itu membuatku memikirkan banyak hal selama kau tidak sadar. Rasanya begitu menyebalkan saat perasaan benciku justru menguap begitu saja tertelan perasaan khawatir dan takut kehilanganmu," jelas Jane, lalu membuang napas berat. "Karena itu, kurasa memberimu satu kesempatan lagi tak akan menjadi masalah. Aku akan benar-benar meninggalkanmu jika seandainya nanti kau membuatku kecewa lagi."

"Tidak, aku tak akan melakukannya lagi," sambar Nate tanpa jeda—dengan pelukan yang semakin menguat. "Kau tidak tahu bagaimana kacaunya aku saat kau pergi setelah menyerahkan surat cerai itu padaku."

"Sekacau apa?"

Nate terdiam membayangkan perasaan sakitnya saat itu. "Terlalu sulit untuk dijelaskan. Tapi yang pasti aku merasa begitu kosong tiap kali membayangkan akan kehilanganmu."

Jane mengulas senyum sambil mengusap lembut sebelah pipi Nate. "Sepertinya, kau memang sangat jatuh cinta padaku."

"Benar. Aku sangat mencintaimu. Aku bahkan berusaha bersikap tak tahu malu saat menahanmu dengan penawaran itu, karena aku tak menemukan cara lain untuk membuatmu tetap tinggal di sisiku." Nate menatap lembut kedua mata Jane dan perasaannya begitu bahagia saat sudah menemukan kembali tatapan yang dirindukannya. Istrinya, sudah kembali.

"Kita akan memulai semuanya dari awal."

Nate tak mampu lagi menahan diri saat melihat senyum cantik yang selama ini selalu disukainya dari Jane. Ia menundukkan kepala hanya untuk mencium bibir kesukaannya dengan lembut. Tanpa mempedulikan lukanya, Nate semakin menggebu mencium bibir Jane sambil mengubah posisi mereka. Sungguh, Nate sangat merindukan Jane. Ditambah telah kembali menemukan binar cinta di kedua mata indah Jane tentu membuat perasaan Nate semakin menggebu.

Turn Back [Completed] ✔️Where stories live. Discover now