Bab 11. Botol Susu

57 20 3
                                    

“Kenapa dia baru muncul sekarang?”

“Dia sakit dan anaknya—maksudku anak kandungnya—memintanya untuk tetirah di pedesaan, di rumah salah satu kerabat mereka. Lagipula, dia sendiri mengakui bahwa hubungannya dengan Elaine berubah menjadi dingin setelah Elaine memutuskan untuk pergi dari rumahnya dan tinggal sendiri.”

“Gadis yang sulit, huh,” dengkus Jace sambil meluruskan tubuh dan meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku. “

“Amelie memutuskan membawa Elaine ke rumahnya karena dia tahu gadis itu sebatang kara. Dia hanya mencoba menolong, meskipun kemudian hal itu malah memicu pertengkaran terus-menerus antara Elaine dan anak kandungnya,” jawab Franzine. Ia menutup laptopnya dan membereskan beberapa kertas yang berserakan di atas meja kerjanya.

“Apa kata kata David? Kau menyuruh dia mengecek ulang latar belakang Amelie dan semua ceritanya, kan?”

“Hm. Sejauh ini apa yang dikatakan olehnya benar. Dia pernah mendekam selama beberapa hari di sel kantor polisi karena laporan Nyonya Antonia dan sepertinya, meskipun kita tidak boleh berbicara buruk tentang orang yang sudah meninggal, Nyonya Antonia memang benar-benar orang yang mudah membuat orang menaruh dendam.”

“Bahkan anak-anaknya sendiri enggan berada dekat dengannya,” gumam Jace. Ia membuka sebuah map dan menunjuk beberapa baris kalimat yang tertera di atas kertas di dalam map itu. “Lihat komentar yang diberikan oleh para tetangga dan mantan rekan-rekan kerjanya. Ini semua hanya basa-basi yang dicoba untuk memperhalus ketidaksukaan mereka kepada almarhumah. Mereka adalah orang-orang yang beradab dan menjunjung etika untuk tidak berbicara buruk tentan orang yang sudah meninggal.”

“Elaine juga bukan wanita baik-baik yang bisa membuat orang menyayanginya dengan tulus. Thomas Baine sendiri mengakui bahwa dirinya cukup bodoh untuk mencintai Elaine dan memberi semua yang diinginkannya.” Franzine menghela napas, teringat ucapan Thomas Baine sebelumnya, ketika ia menanyai soal Elaine lagi.

Pada awalnya Thomas bersikeras untuk tidak mengatakan apapun tentang Elaine lagi. Namun, ketika Franzine mendesak dengan mengatakan bahwa pernyataannya mungkin bisa membantu menemukan pembunuh Elaine, dia menceritakan bahwa ketika mulai menjalin hubungan dengan kekasihnya itu, Elaine sedang hamil 14 minggu dan Elaine terus-menerus minum obat penggugur janin sampai akhirnya janin itu luruh. Elaine mengatakan bahwa ia sendiri tidak tahu siapa ayah sang janin. Thomas mengatakan semuanya dengan airmata bercucuran.

“Aku akan mengumpulkan semua data yang berceceran dan membawa David untuk berkeliling sedikit mengumpulkan informasi tambahan di sana-sini. Kau mau pulang? Sepertinya kau perlu tidur, Franz.”

Franzine menggelengkan kepala dan memakai jaketnya yang tersampir pada sandara kursi. “Aku akan menemui si kembar lagi dan mengajak mereka makan es krim. Kemarin aku datang sangat terlambat karena harus mendengarkan Amelie dan ketika datang, sudah terlalu larut untuk mengajak mereka keluar.”

“Pergilah. Kau berutang banyak waktu kepada mereka.”

Franzine melambaikan tangan dan keluar dari ruangan, setengah berlari ke tempat parkir. Ucapan Sheryl yang cukup pedas ketika ia menelepon dan mengatakan akan terlambat menemui si kembar karena kehadiran Amelie sudah cukup membuat Franzine gelisah selagi ia mendengarkan Amelie berbicara.

Sheryl bahkan tidak memeluk dan memberinya ciuman di pipi seperti biasa, ketika akhirnya Franzine datang dan hanya sempat mengantar si kembar ke tempat tidur mereka masing-masing.

Franzine menyempatkan untuk membeli pizza ukuran jumbo di perjalanan dan si kembar sudah duduk di kursi teras ketika mobilnya merapat ke trotoar di depan halaman. Mereka berlari dengan lincah dan masuk ke dalam pelukan Franzine sambil mengoceh dengan ribut.

Snakeroot KillerWhere stories live. Discover now