Bab 19. Dom Anderson

63 16 4
                                    

“Dia mencuri uangku. Dia mengantarkan beberapa ekor ayam dan beberapa kilogram daging, tetapi tidak pernah menyetorkan uang pembayarannya kepadaku.”

“Apa yang kau lakukan kepadanya setelah mengetahui bahwa dia mencuri uangmu? Apa kau memecatnya?”

“Tidak. Aku hanya memberinya peringatan keras dan memotong gajinya untuk mengganti uang itu. Aku juga melarang dia melakukan pengantaran langsung ke konsumen.”

“Kenapa kau tidak memecatnya saja? Dia seorang pencuri. Kenapa dipertahankan?”

Richard memijiti keningnya. Ia tampak lelah dan bosan. “Aku tidak bisa memecatnya begitu saja. Dia harus mengajari Keith untuk mengurus peternakan, karena anak itu baru mulai bekerja dan tidak tahu apa-apa. Pekerjaan Anderson sebenarnya bagus. Dia kuat dan cepat mengerti perintah, tetapi sayangnya dia pemalas.”

Jace mencatat pernyataan Richard McNamara yang tampak geram. Ia meminta Brad mengeluarkan surat perintah untuk memanggil kembali Richard McNamara, Jack McNamara, dan Keith Granero, sehubungan dengan apa yang ditemukan oleh Jace dan Franzine di peternakan Happy Farm.

(Tiga hari sebelum Richard McNamara, Jack McNamara, dan Keith Granero dipanggil kembali untuk memberikan kesaksian di Kantor Pusat Kepolisian Paradiso City).

Jace membuka pintu pondok sebelah kanan, yang disebut oleh Keith sebagai pondok kosong dan seharusnya menjadi tempat tinggal pekerja yang lain. Bau apak dan kayu lapuk membuat Jace terbatuk-batuk ketika pintu pondok terbuka.

Ada sebuah tempat tidur untuk satu orang, sebuah lemari kayu, meja nakas, dan pintu kecil yang terbuka di pondok itu. Jace tahu bahwa pintu kecil yang terbuka itu adalah pintu menuju kamar mandi karena sama-samar tercium juga bau urine yang sudah kering mengambang di udara.

Pondok itu jelas sudah lama ditinggalkan dan sepertinya Keith, sebagai satu-satunya orang yang selalu berada di wilayah ini, tidak pernah mau repot-repot membersihkan. Jace jelas akan mengatai anak muda itu bodoh, kalau dia sampai melakukan hal itu, tentunya.

Jace melangkah masuk ke dalam pondok dan melihat-lihat, menghindari untuk menyentuh apapun karena tidak mau mengotori tanganny dengan debu, sampai ia melihat sesuatu di bawah meja nakas.

Jace mengamati benda di bawah meja nakas itu dari kejauhan. Itu seperti sepotong kain dalam warna-warni yang cukup cerah, tetapi tertutup debu. Di mana ia pernah melihat kain seperti itu?

Jace mencari kayu, tongkat, atau apapun yang bisa ia gunakan untuk meraih benda itu. Ada sebuah sikat toilet yang ditemukan oleh Jace di dekat pintu kamar mandi. Jace menggunakan benda itu untuk menarik kain dari bawah meja nakas dan mengangkatnya ke depan mata agar ia bisa melihat dengan jelas.

Jantung Jace berdetak dua kali lebih cepat ketika ia melihat dengan jelas kain apa yang sekarang ada di depan matanya. Ia berjalan cepat keluar dari pondok dan mencari Franzine. Kain yang ia temukan dibawanya di ujung sikat toilet.

“Franz, kau harus melihat ini!”

Franzine menghampiri Jace dan menatap benda yang disodorkan oleh rekannya itu. Mula-mula ia mengira Jace memintanya melihat sebuah sikat toilet tua yang hampir botak, tetapi kemudian ia menyadari kain di ujung sikat toilet itu sebagai sesuatu yang tampak tidak asing.

“Jace, darimana kau dapatkan ini?”

“Pondok di sebelah sana.”

“Ini adalah—“

“Tuan, semua sudah siap,” ujar Keith yang datang menghampiri kedua detektif yang sedang menatap serius sebuah kain di ujung sebuah sikat toilet. “Aku sudah memasukkan semua ayam yang sudah bersih kucabuti bulunya ke dalam kotak kemasan, jadi mereka tidak akan mengeluarkan bau tidak sedap sampai ke tempat tujuan.”

Snakeroot KillerDonde viven las historias. Descúbrelo ahora