7. Alasan.

73 25 19
                                    

|Can you hold me?
Can you make me leave my demons and my broken pieces behind?|


-

Makan malam, tidak, tujuan Nora bertemu Chanyeol sebenarnya hanya untuk mendiskusikan tawaran pria itu. Yaitu menjadi guru privat Sooyoung. Nora tidak pernah mengharapkan makan malam mewah diiringi musik klasik, duduk berseberangan di bawah cahaya lampu kuning yang meneduhkan, di dalam sebuah restoran mewah yang memiliki langit-langit tinggi dan dinding kaca, memamerkan pemandangan kota Seoul dari lantai tertinggi.

Nora pikir ia hanya perlu memesan kudapan ringan seperti kacang rebus atau ayam goreng di cafe dekat sekolah dan berbincang singkat dengan Chanyeol.

Kenapa jadi seperti ini?

"Tidakkah ini terlalu--mewah?"

Mahal, maksud Nora mahal. Gajinya tidak akan sanggup menebus sepiring panna cotta yang tersaji elegan dalam gelas kaca dan ditabur selai mulberry tersebut.

Chanyeol seolah-olah bodoh. "Oh, apa kau tidak suka?"

"Bukan seperti itu," jawab Nora. Ia menjaga intonasinya agar tidak menyinggung Chanyeol sama sekali. "Aku hanya tidak terbiasa dengan tempat seperti ini."

Senyum Chanyeol merekah tipis. "Tempat ini sama dengan tempat lainnya. Jangan sungkan."

Ucapan Chanyeol tidak membuat Nora merasa tenang. Yang ada, ia merasa ingin melarikan diri keluar dari sana dan mampir ke kedai ramen di bibir jalan.

"Lupakan masalah tempatnya dan rileks...," Chanyeol menyentuh ujung jari Nora di atas meja dengan telunjuknya. Merasakan sentuhan Chanyeol pula, Nora buru-buru menarik tangannya ke bawah meja.

"Ah, sepertinya aku membuatmu semakin tidak nyaman."

"Maaf, aku tidak---" Nora menggantung ucapannya di udara. Ia menatap Chanyeol yang masih duduk tenang memandangnya, mata kelam itu seakan mengeksploitasinya. Nora merasa seperti tidak ada meja di antara mereka. Tidak ada apa-apa selain dirinya dan tatapan mata Chanyeol yang tajam.

Situasi ini sangat membingungkan. Apa yang Chanyeol pikirkan? Nora tidak berani membuat asumsi walau sedikitnya ia mengerti.

"Kau benar, mari lupakan masalah tempatnya." Nora berdeham sebelum mengatur pikirannya kembali ke jalan yang lurus. "Mari bahas penawaranmu."

Air muka Chanyeol langsung berubah ketika Nora melarikan diri dari matanya. Gadis itu mengubah sikapnya segampang satu kedipan. Sinyal yang Chanyeol pancarkan dalam setiap gerak-gerik dan sinar matanya--terpantul sia-sia.

"Baiklah," ujar Chanyeol dengan suara suka tidak suka. "Jadi, apa kau sudah memutuskan? Walau sebelumnya kau menolakku dengan dingin, aku harap kali ini kau menanggapiku serius, Nora-ssi."

"Karena kau bersikeras dan upah yang diberikan cukup menjanjikan, maka aku tidak punya alasan untuk menolakmu." Nora berterus terang tanpa upaya mempermanis kata-kata. "Hanya saja, aku punya ketentuan."

"Baiklah, apa itu?"

"Aku hanya akan mengajar Sooyoung tiga kali dalam seminggu. Jadi..., bagaimana kalau mulai dari hari jumat sampai hari minggu?"

"Apa kau yakin tiga kali dalam seminggu cukup untuk membuat otak primitif adikku ter-upgrade?"

"Aku tidak tau tentang Sooyoung, tapi aku cukup percaya diri dengan kemampuanku."

Chanyeol tersenyum simpul. "Mengagumkan. Kepercayaan diri yang mengagumkan." Chanyeol menyentuh wine di atas meja dan menenggak cairan merah itu tanpa melepaskan matanya dari Nora.

HARMONIA (PCY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang