BAB 43 : Keputusan

61.3K 6.2K 106
                                    

Haii semuanyaaa~ Semoga stok sabar kalian masih banyak yah, hehe. Nulis bab ini penuh perjuangan banget. Nulis sedikit, diapus, nulis lagi, diapus lagi, karna kurang sreg pas aku baca lagi. Jadinya udah lama, makin lama lagi update-nya :'(
Terakhir, makasih buat yang masih nunggu cerita ini update dan met baca semuanyaa~

 Jadinya udah lama, makin lama lagi update-nya :'(Terakhir, makasih buat yang masih nunggu cerita ini update dan met baca semuanyaa~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jahil. Jahil. Jahil.

Kata favorit Nayara itu terus berputar di otaknya. Ya, Arsen memutuskan kalau satu kata itu adalah kata favorit Nayara karna setiap kali Arsen mengungkapkan rasa sukanya atau melakukan sesuatu yang menunjukkan rasa sukanya, wanita itu selalu melontarkan satu kata itu sebagai balasannya.

Apa semua yang dia ungkapkan dan lakukan sejauh ini masih kurang menunjukkan rasa sukanya pada wanita itu? Lalu, Arsen harus bagaimana lagi meyakinkan Nayara jika semua yang dia lakukan dan katakan itu serius bukan jahil? Arsen marah, kesal, atau apapun itu nama lainnya pada Nayara. Tapi dia lebih marah dan kesal pada dirinya sendiri. Seandainya saja dulu dia tidak pernah menjadikan Nayara bahan taruhan, semuanya tidak akan serumit ini.

Arsen harus meluruskan semuanya dengan Nayara. Tadinya dia berniat ingin membicarakan hal ini di dalam mobil sambil mengantar Nayara kembali ke toko bunganya. Namun setelah dipikirkan lagi, sepertinya pembicaraan ini akan memakan waktu lebih lama dan tidak cocok dibicarakan di dalam mobil. Dia butuh tempat yang lebih tenang, private dan tidak berbahaya seperti di dalam mobil. Jadi, Arsen memutuskan untuk mengajak Nayara ke apartemennya.

Sebenarnya kata mengajak kurang tepat untuk mendeskripsikan apa yang Arsen lakukan sesungguhnya. Dia tidak mengajak Nayara sama sekali melainkan langsung melajukan mobilnya menuju gedung apartemennya. Arsen tidak peduli jika nanti ayahnya memarahinya karna tidak kembali lagi ke kantor. Saat ini, meluruskan kesalahpahaman Nayara padanya adalah yang terpenting. Ayahnya pasti mengerti itu.

"Ar, toko bunganya-" ucap Nayara saat sadar bahwa mobil Arsen sudah melewati toko bunganya dan tidak berhenti. Tanpa menolehkan kepalanya, Arsen memotong ucapan Nayara, "Kita ke apartemen aku. Kita bicara di sana".

"A-apartemen kamu?"

Hanya dengan mendengar suaranya saja, Arsen tahu Nayara terkejut. Tentu saja Nayara terkejut. Awalnya dia bilang akan berbicara di mobil, tapi selama di mobil dia tidak membuka suaranya sama sekali dan sekalinya buka suara malah mengajak wanita itu ke apartemennya.

"Hmm"

"Ng-ngapain?" tanya Nayara lagi, masih tergagap.

Arsen tidak membalas lagi dan terus mengemudikan mobilnya sampai bertemu lampu merah. Saat sedang menunggu lampu berubah warna menjadi hijau, Arsen baru menolehkan kepalanya ke tempat duduk penumpang di sampingnya dan melihat Nayara yang duduk dengan gelisah.

Apa dia ketakutan?

Arsen menghembuskan napasnya pelan. Tentu saja Nayara ketakutan. Tiba-tiba mau dibawa ke apartemen oleh lawan jenis tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu, wanita mana yang tidak ketakutan. Arsen harus menenangkannya.

Enchanté, Ex!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang