Chapter 3 | First Lesson

147 43 4
                                    

Previous

"Kalau begitu, apa kita bisa langsung mulai kegiatan belajarnya?" tanya Yura gugup langsung ke inti.

Sungguh, Yura juga tidak ingin berlama-lama berada disini. Melihat sikap anak itu saja kembali membuat nyali Yura menciut. Entah ayah ataupun anaknya, mereka sama saja. Sama-sama menakutkan.

Semoga ia bisa bertahan melalui ini.

**

"Ikuti aku ke atas." Genta terlihat berjalan mendahului dan disusul Yura di belakang.

Rupanya di atas terdapat tempat ruang keluarga juga namun di sini terkesan lebih santai untuk me-time berbeda dengan yang di bawah terkesan yang lebih classy dan elegan.

Disana sudah terdapat meja persegi yang cukup luas untuk belajar dengan ketinggian kurang lebih 30cm di tengah karpet berbulu.

Ditempatnya berdiri, Yura tidak berani duduk sebelum si empunya rumah mempersilakan.

Terlihat Genta melipir ke salah satu ruangan yang berada di sebelah. Yura pastikan itu adalah kamar pribadinya. Tak lama Genta kembali ke hadapannya, sambil menenteng beberapa buku di sebelah tangannya.

BRAKK!!

Gebrakan buku ke meja yang berada di hadapannya membuat Yura sedikit terperanjat.

Ingin sekali rasanya Yura melemparkan kembali perkataan anak itu. Dimana sopan santunnya itu?

Walaupun lemparannya tidak terlalu keras, tetap saja membuatnya terkejut.

"Apa kau akan terus berdiri bak patung seperti itu, Miss?"

Perkataan Genta membuat Yura tersadar kembali. Ia pun langsung duduk di karpet lembutnya dan mulai mengeluarkan buku dalam tas selempangnya.

"Nah, sekarang kita mulai langsung saja. Untuk pertemuan pertama ini kita tidak akan langsung ke pembahasan pelajaran yang berat." Yura mulai menjelaskan. "Sebelumnya boleh aku tahu bagaimana nilai rapormu di sekolah?"

Seperti inilah salah satu cara Yura memahami anak didiknya. Dengan mengamati terlebih dahulu nilai-nilai ulangan di sekolahnya. Lalu mengevaluasi ulang apa saja nilai yang kurang. dan metode apa yang cocok untuk membuat anak didiknya lebih cepat memahami. Tak lupa, Yura selalu memberikan edukasi dalam bersikap dan berperilaku. Tidak heran itu menjadi nilai plus yang atasannya sukai tentang kinerja mengajarnya.

"Tidak ada yang spesial mengenai nilai raporku di sekolah. Akan sangat jarang jika kau menemukan nilai C dalam raporku."

Yura kurang mengerti akan maksud kalimat terakhir anak itu. "Maksudmu karena itu adalah nilai terjelekmu?"

Terlihat gelengan pelan dari Genta. "Itu adalah nilai terbagusku. Dari rata-rata D," Genta mengendikkan bahu acuh. Seolah itu bukanlah suatu hal yang harus kau pikirkan.

Berbeda dengan Yura saat ini. Ia tidak tahu bagaimana caranya untuk tidak lebih tercengang lagi.

"Waw ... itu ... adalah hal yang luar biasa ... memalukan," cicitnya di kata terakhir sambil memalingkan mukanya.

Sungguh, bagaimana pria itu bisa mengatakannya tanpa ada rasa malu?

"Memalukan, ya?" Terdengar gelak tawa keluar dari mulut Genta. "Wah, baru kali ini aku melihat orang yang blak-blakan." Genta memegangi perutnya yang terasa lelah karena tawanya. "Aku sangat apresiasi kejujuranmu, Miss."

Kegugupan Yura pun kini perlahan menghilang. Sekarang ia mulai bisa rilex terlebih melihat tawa anak itu yang secara tidak langsung mencairkan suasanya yang sebelumnya begitu canggung.

GENURA [Genta & Yura]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن