Rizal 6 • Oh Shit!

16K 1.4K 49
                                    

Halo teman-teman ...
Gimana nih kabar kalian? Semoga baik-baik aja yaaa

Mau cerita nih kalo kemaren aku abis vaksin dan malemnya langsung down, demam dan pegel-pegel wkwk
Kalian gitu juga nggak?

Yuk sharing, buat pertimbangan yang mau vaksin biar siap-siap

Selamat membaca

***

Dalam kehidupanku yang tergolong selalu sesuai rencana, tidak sekalipun aku membayangkan kejadian aneh semacam ini. Kejadian yang sebenarnya tidak masuk di akal, tetapi dengan berat hati harus aku lakukan karena tuntutan keadaan.

Berkenalan dengan pacar sendiri, dan berakting seolah-olah kami belum pernah berinteraksi sama sekali.

"Rizal." Aku membalas ucapan perkenalan perempuan cantik di hadapanku, dengan ekspresi wajah yang mungkin tidak setenang biasanya.

Aku tidak tahu apa yang salah, yang jelas jika itu berkaitan dengan seorang Talisa Jessi aku memang biasanya tidak cukup terkendali. Aku yang biasanya selalu ahli menjaga ekspresi dan pandai menempatkan diri di segala macam situasi, mendadak menjadi cukup kewalahan bahkan untuk sekedar mengendalikan mimik wajah agar terlihat biasa.

"Salam kenal Pak Rizal."

What?

Apa itu yang barusan aku dengar? apa dia sungguhan memanggilku Pak Rizal?

Benar-benar panggilan yang hampir membuatku oleng karena terlalu shock.

Tapi memangnya aku berharap apa? dipanggilnya 'Mas' seperti biasanya saat orang-orang di sini tahunya ini adalah pertemuan pertama kami? yang benar saja!

***

"Dim, tolong cari semua informasi soal Aldi dan kirim ke saya paling lambat pagi ini." Tanpa ada basa-basi, aku langsung menugaskan Dimas untuk mencari tahu semua hal yang berkaitan dengan bocah bernama Aldi. Bocah yang namanya sering disebut-sebut oleh Jeje, yang baru aku ketahui wujud aslinya tadi.

"Temannya Mbak Jesi, Pak?" pertanyaan yang dilontarkan Dimas membuatku mengernyitkan dahi.

"Kamu panggil Jeje apa, Dim?"

"Mbak Jesi, Pak."

"Siapa yang suruh?" entah karena masih terkena efek kesal di dalam hotel tadi atau bagaimana, kupingku langsung panas hanya karena mendengar panggilan Dimas kepada Jeje. Apa yang salah dengan sebutan 'Mbak'? sebenarnya tidak ada jika mood ku sedang cukup baik ketika mendengarnya.

"Mbak Jesi sendiri, Pak." Dimas melirikku melalui kaca spion mobil.

Aku mengangguk. Mencoba bersikap rasional dan tidak melibatkan orang lain dalam masalahku menangani emosi. "Besok diganti jadi Ibu aja ya, Dim. Biar lebih cocok sama panggilan kamu ke saya." Akhirnya aku memberitahunya agar mengganti panggilan pada Jeje. Selain karena alasan tidak cukup enak di dengar di telingaku, aku juga merasa bahwa 'Ibu' akan lebih cocok untuk disandingkan dengan aku yang biasa dipanggil anak-anak dengan sebutan 'Bapak'.

Childish banget lo, Zal!

"Jadi ini mau pulang kemana, Pak?" Dimas kembali melontarkan pertanyaan setelah beberapa saat kami terdiam.

"Apartemennya ibu ya," ujarku memberi tahu.

"Ibu Jesi?' aku mengangguk.

Memang dibandingkan pulang ke apartemen sendiri, rasa-rasanya aku akan lebih tenang jika mampir ke apartemennya terlebih dulu. Aku membutuhkan banyak penjelasan darinya agar bisa tidur dengan tenang. Jadi daripada harus insomnia karena kepikiran, aku lebih memilih opsi pergi ke tempatnya untuk mencari ketenangan hidup. Lebih bersyukur jika nantinya dia mau mengizinkanku untuk menginap karena jujur aku cukup merindukannya akibat beberapa hari ini selalu disibukkan dengan urusan pekerjaan yang tidak ada habisnya.

Backstreet [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang